[Review Asri] - Buku Am I There Yet karya Mari Andrew

Saya baru sadar saya tidak pernah menuliskan review dan pengalaman saya membaca buku Am I there Yet karya Mari Andrew empat tahun lalu :') sediih karena ini merupakan salah satu buku nonfiksi favorit saya diusia pertengahan 20an. 

Beberapa pekan lalu, saya kembali membaca buku ini dan kali ini saya ingin menuliskan pengalaman saya membaca buku ini, siapa tahu kamu sedang membutuhkan buku yang bisa menemani perjalanan kamu bertumbuh di usia 20an, terutama jika kamu perempuan dan masih single! saya amat merekomendasikan buku ini. (eits, buku ini tetap relevan dibaca kamu yang tidak lagi single kok!) hehe.

Siapa Mari Andrew?

Buku ini ditulis oleh Mari Andrew, ia merupakan seorang ilustrator yang banyak mengilustrasikan kesehariannya di atas kertas lalu ia bagikan di Instagram. Lewat buku ini, ia banyak menuliskan refleksi perjalanan hidupnya di usia 20 sampai menjelang 30. Maybe that's why I really love this book when I read it at 25! and even when I re-read it at 29 :). 

Bisa dibilang buku ini adalah guide to adulthood berdasarkan pengalaman Mari (---yang adalah orang biasa seperti saya dan orang-orang yang membaca bukunya), yang merasakan kebingungan pergi kencan pertama, yang galau sama pekerjaan, yang merasakan patah hati, yang merasakan kebahagiaan ketika menemukan sesuatu yang ternyata ia cintai. 

Membaca buku ini membuat saya sadar kalau saya suka sekali membaca buku-buku nonfiksi yang perspektifnya banyak diambil dari pengalaman dan kacamata personal penulisnya. This makes the book feel humanist and relatable. 

Di pengantar buku ini, Mari menuliskan: 

Ini bukanlah buku panduan yang akan membantumu mendapatkan pekerjaan atau membuatmu bisa melipat rapi seprai dengan pinggiran berkaret (yang ternyata tetap saja susah). Ini adalah scrapbook tentang perjalanan saya--sejauh ini-- menuju hidup dewasa. Saya berharap buki ini bisa menyenangkan dan kamu enggak sedang tersesat di perjalanan kehidupanmu. Sejalan saya memasuki usia dua puluhan, kisah-kisah orang lain adalah lampu bagi saya. Setiap perasaan yang saya dapatkan ketika mendengar kisah mereka dan bilang. "Eh, gue juga kaya gitu!" telah membantu menyingkap jalan setapak misterius di depan saya. Jalan itu pun tidak lagi terasa menakutkan.

What's on the book?

Buku ini berisi delapan bab yang padat, penuh cerita menarik, penuh refleksi dan penuh ilustrasi. Saya senang sekali Bentang Pustaka (penerbit buku ini dalam versi Bahasa Indonesia) tidak menerjemahkan ilustrasi Mari ke Bahasa Indonesia. Karena entah mengapa saya lebih suka ilustrasi tersebut dalam versi bahasa aslinya :') dan karena dikemas dalam ilustrasi ciamik, tidak terlalu sulit untuk memahami artinya, bahkan kalau kita masih di tahap belajar-belajar Bahasa Inggris, bukan di level advance. 

Karena ada banyak sekali isinya. Saya hanya akan menuliskan dua bab yang membekas buat saya! Bab 1 sebagai bab pembuka yang membuat saya merefleksikan kehidupan saya sekarang. Dan bab 5 tentang patah hati dan kehilangan. Oh iya, saya juga akan menambahkan ilustrasi menarik dari bab 6 ya!

Bab 1: Menaklukkan ketidakpastian

Bagian ini berisi tentang kegalauan pertengahan usia mid 20s, bagaimana penulis (seperti halnya saya HAHA) merasa galau dengan pekerjaan yang ia lakukan di usia pertengahan 20 tahunan. "Sering saya merasa cemas. Saya ingin sekali menjadi mapan, berhenti mencari-cari, dan cukup dengan apa yang sudah saya dapat" Cara yang paling ampuh untuk mengatasi kecemasan ini adalah dengan berpikir bahwa kehidupan merupakan kumpulan musim, bukan anak tangga. Meski memang harus diakui, rasanya puas sekali jika kita bisa menapaki anak-anak tangga dan melengkapi daftar "Hal-hal yang harus dicapai orang dewasa". 

Bab pembuka buku ini benar-benar pas sekali menyentil apa yang sedang saya pikirkan ketika masih berusia 25 tahun. Ketika ada banyak sekali pilihan di depan saya dan saya sendiri tidak benar-benar tahu sebetulnya apa yang terbaik untuk saya. 

Ketika membaca lagi bab ini diusia 29 tahun, ketika saya sudah menikah (yang hingga saat ini merupakan keputusan terbesar yang pernah saya ambil), dan punya anak (keputusan terbesar kedua yang pernah saya ambil juga :')). Rasanya tidak banyak pilihan yang ada didepan saya, atau setidaknya tidak sebanyak ketika saya belum menikah dan punya banyak pertimbangan dibahu saya. 

Apakah ini berarti menikah dan punya anak membuat saya tidak bahagia? Aha, saya akui kehidupan setelah menikah dan punya anak tidak selamanya seperti apa yang terlihat di media sosial, ada banyak tangis dan lelah yang tak tampak. Namun kalau diberikan kesempatan untuk mengulang beberapa tahun kebelakang dan diberikan pilihan untuk menikah dengan partner saya saat ini atau tidak. Saya akan tetap memilih untuk menikah. 


Bab 2: Menciptakan Rumah
Bab 3: Menemukan Tujuan
Bab 4: Kencan dan percintaan

Bab 5: Patah hati dan kehilangan

Bab ini adalah Bab favorit saya.
Alasannya: saya membaca buku ini tepat beberapa bulan setelah Ayah saya berpulang. Meninggalkan saya dan keluarga untuk selama-lamanya. Rasa sakit kehilangan orang yang kita sayangi untuk selama-lamanya itu unik, ia tidak langsung menghancurkan perasaan saya dalam satu waktu, tapi menggerogoti hati saya perlahan-lahan. Ada banyak malam ketika saya sendirian di kamar kos saya di Jakarta empat tahun lalu, ketika saya bertanya-tanya: apakah akan jadi berbeda kalau Bapak masih ada? will you fight this cruel world for me, dad? or if not, will you share your time to listen to my story and told me how proud you are of your daughter. 

Mari menuliskan pengalamannya kehilangan Ayahnya yang kurang lebih sama menyakitkannya, hanya versi ceritanya saja yang berbeda. Ia membuat ilustrasi tentang stages of grief yang merupakan siklus dari feel crazy dan feel less crazy-- yep, dua hal itu saja. 

Bab 6: Menghadapi kekecewaan



Bab 7: Mencari Jati Diri
Bab 8: Menemukan Jati Diri

Review Asri

Saya ingin mengulang sekali lagi: Buku ini akan superduper cocok dibaca: perempuan, single, berada diusia 20an, karena ceritanya relevan sekali dengan apa yang dirasakan Mari. Tapi! ada tapinya dan perlu saya tambahkan tanda seru. Buku ini akan tetap relevan dibaca siapapun. Perempuan atau laki-laki, single atau sudah menikah, berada diusia berapapun karena saya yakin di usia berapapun kamu, siklus hidup yang dituliskan Mari akan terus berulang. I mean, kita akan terus menerus menghadapi hal yang membuat kita kecewa kan walaupun berusia 50 tahun? yang beda tentu penerimaan kita terhadap hal tersebut. 

Saya suka sekali buku ini. It's 5/5 stars! dan ilustrasinya amat-amat-amat mewakili perasaan saya. Saya juga bisa merasakan spirit Mari di usia 20an dimana kita terlihat bisa melakukan perjalanan kemanapun, mengambil banyak pilihan dan itu amat tergambar dari ilustrasinya.

Versi terjemahan Bentang Pustaka juga bagus sekali, penerjemah bisa tetap membuat bahasanya relevan dengan kita sebagai pembaca, bukan terjemahan yang kaku! 

A very reflective yet fun reading! wajib masuk reading list kamu yang sedang ingin banyak merefleksikan hidup!

0 comments

leave yout comment here :)