Journal Asri


Belakangan ini ada sebuah kasus yang sedang sangat ramai diperbincangkan di dunia maya dan ribut diberitakan di media mainstream Indonesia : Kasus seorang anak yang melaporkan gurunya karena dicubit hingga membekas. 

Awalnya saya tidak mau banyak berkomentar, atau bahkan sharing berita, jujur saya tidak terlalu mengikuti berita ini, mengapa si anak dicubit, mengapa si guru mencubit dan saya tidak berusaha mencari tahu dimana sekolah si anak. Hingga belakangan teman-teman saya yang juga lulus dari jurusan pendidikan membagi tulisan memaki si anak, menyebutkan ia lemah karena dicubit sedikit lapor polisi, membagikan gambar perilaku buruk si anak dan sebagainya, intinya ia kesal dengan perbuatan si anak dan membenarkan perbuatan sang guru mencubit muridnya demi apa yang ia anggap sebagai pendidikan karakter.

Ada banyak kasus serupa yang sebenarnya terjadi beberapa tahun belakangan, menjadi guru membuat saya menyadari beratnya godaan untuk tidak (setidaknya) mencubit anak-anak ketika mereka sedang bertingkah dan mood saya tidak terlalu baik, tapi setahun saya mengajar di SD, setahun pula saya berhasil menahan diri untuk tidak melakukan hukuman fisik apapun terhadap anak-anak. 

Dicubit itu sakit, jadi saya tidak akan mencubit anak-anak saya dikelas, apalagi memukul dan menampar.

Saya ingat benar pengalaman saya mendapat hukuman fisik ketika SMP, dua orang guru saya hobi sekali melakukan hukuman fisik untuk membuat kami jera. Yes we were wrong, saya dan beberapa teman tidak mengerjakan tugas yang diberikan, guru biologi saya waktu itu mencubit sesuai dengan jumlah soal yang tidak saya kerjakan. Cubitannya tidak berbekas, namun tetap saja sakit. Yang kedua guru seni rupa saya yang membuat saya mengangis didepan kelas karena mengancam akan memukul saya dengan tongkat (yang sudah ia pegang dan todong didepan wajah saya). Itu untuk pertama kalinya saya menangis didepan teman-teman yang lain. Hari itu tidak pernah saya lupakan, rasa sakitnya pun masih terasa hingga saat ini, padahal waktu itu saya masih kelas VII. Saya akhirnya dipukul dibagian betis, rasanya sakit dan walaupun tidak berbekas luka, perasaan sakit dipermalukan dan dipukul didepan kelas masih amat membekas.

Sejak saat itu saya berikrar untuk tidak menjadi guru yang menggunakan kekerasan fisik untuk menghukum anak-anak. Rasanya sakit, malu dan tidak ada karakter apapun yang dibangun dari hukuman fisik.

Saya tidak sedang membela si anak yang dicubit, ia dan orang tua nya entah mengapa mengikuti lajur logika aneh yang merasa semua masalah bisa dengan mudah diselesaikan lewat jalur hukum, sayapun tidak menutup mata dengan apa yang dilakukan sang anak kemudian, fotonya memegang rokok berseliweran di timeline saya, namun untuk menghakimi seseorang hanya berdasarkan sebuah foto kok rasanya juga salah, itu bentuk bullying yang selama ini saya ajarkan kepada anak-anak untuk dihindari, hanya tempatnya yang berbeda, bully ini terjadi di internet, cyberbullying. 

Semakin miris ketika teman-teman yang berprofesi guru sibuk membagi peraturan resmi tentang izin menghukum anak secara fisik atau membully si anak secara nyata, mengeluarkan kata-kata yang tidak sepantasnya dikeluarkan seorang pendidik. Sedih. 

Saya kira pendidikan kita sedikit demi sedikit terus melaju ke arah perubahan yang lebih baik, saya berteman dengan banyak teman guru yang amat kreatif dan amat saya kagumi idenya, namun ternyata masih banyak pula guru yang berpikir bahwa hukuman fisik bisa membuat anak-anak terbentuk karakternya. Padahal hukuman fisik hanya meninggalkan dua hal, 1. pemikiran sang anak bahwa hukuman fisik bisa membuat orang lain menurut, yang membuat si anak tumbuh menjadi tukang ancam atau 2. trauma, seperti yang saya rasakan hingga saat ini.

*tulisan ini merupakan pandangan pribadi saya sebagai guru, jika suatu saat saya memiliki seorang anak yang juga mendapatkan kasus hukuman fisik, saya rasa saya tidak akan tinggal diam dan akan meminta konfirmasi dari sekolah, jika ternyata visi sekolah tidak sesuai saya mungkin akan memilih mundur, namun tidak akan semudah itu melaporkan kejadian seperti ini ke polisi :)



Kids don't remember their best day in front of television. 

Pernah mendengar kalimat diatas ? Anak-anak tidak mengingat hari terbaik mereka di depan televisi. Saya beberapa kali membaca kalimat tersebut di timeline Facebook saya. Kebanyakan di share oleh pages Children and Nature Network. 

Saya memang belum pernah menjadi orang tua, belum memiliki anak dan bahkan belum menikah, namun saya menghabiskan sebagian besar waktu saya bersama anak-anak dan percayalah, setiap kali habis liburan atau weekend mereka akan kembali ke sekolah dengan sumringah, semangat bercerita tentang liburan mereka yang isinya adalah tentang bermain di luar rumah, jalan-jalan bersama keluarga atau pergi berlibur bersama. Kalaupun ada yang menghabiskan waktu dengan menonton, ia tidak pernah terlihat antusias, malah malas menceritakan karena menurutnya liburannya tidak seru.

Memang tidak mudah memisahkan televisi dari kehidupan anak, kecuali ayah dan bundanya sepakat untuk menyingkirkan TV dari rumah, dikelas saya ada loh ! Saya sendiri amat sangat menyarankan anak-anak untuk menghindari televisi untuk acara-acara tertentu, sinetron adalah musuh menyeramkan yang bisa membuat anak-anak mendapat ceramah panjang dari saya jika mereka mulai membahas di kelas. 

Banyak orang tua yang menganggap remeh pengaruh nonton sinetron pada anak-anak, terutama orang tua yang ikut menonton sinetron tersebut. Mungkin menonton sinetron tidak begitu bermasalah jika sinetron yang mereka tonton adalah acara bermutu dengan jam tayang satu minggu sekali seperti acara televisi diluar negri, masalahnya acara yang mereka tonton adalah sinetron kejar tayang yang baik kualitas cerita, gambar maupun akting para pemerannya tak ada yang bisa diberi jempol. Malah sangat buruk.

Pada anak-anak kelas bawah yang mulai menonton sinetron, mereka mulai mengenal istilah pacaran dan beragam contoh bagaimana pacaran itu dari sinetron yang mereka lihat, mereka juga belajar bahwa lingkungan kita memperbolehkan kita untuk berteriak, berkata kasar dan berbuat tidak sopan kepada orang yang lebih tua, mereka belajar beragam sikap yang mati-matian saya tekankan merupakan perbuatan yang tidak boleh dilakukan, melawan orang tua, melanggar peraturan, menggoda teman, berbuat usil, menunjukkan sikap sombong, pilih-pilih teman dan beragam perilaku buruk lainnya.

Adakah perilaku baik yang bisa ditiru dari sinetron Indonesia ?

Well, saya beberapa kali menonton sekilas sinetron Indonesia di chanel R*TI dan S*TV yang merupakan produsen raksasa sinetron di dunia pertelivisian kita, semuanya yang pernah saya tonton tak ada yang bisa memberikan sikap yang bisa ditiru oleh anak, beberapa malah bisa memberikan persepsi yang salah pada anak-anak. 

Sedih rasanya melihat acara televisi kita yang sedikit sekali bisa mendidik anak-anak, padahal merekalah yang kemungkinan menghabiskan waktu di depan TV, beberapa chanel seperti TVRI dan Trans7 memiliki acara alternatif yang bisa di tonton oleh anak-anak, namun chanel-chanel lain masih sedikit sekali memberikan slot acara yang bermutu.

Saya berharap suatu hari pemerintah kita bisa lebih tegas memberikan aturan penayangan acara televisi, tidak sembarang acara bisa tayang. Ingatan saya ketika menonton TV saat kecil dulu adalah acara acara tutorial menggambar atau cerita-cerita unyil dan keluarga cemara di TV, anak-anak generasi ini harusnya memiliki kesempatan untuk mengenang acara-acara bermutu seperti waktu saya kecil dulu.







Okay, sambil menunggu kick off babak pertama pertandingan perempat final EURO 2016 Jerman vs Italia, mari saya lanjutkan cerita yang bisa saya bagi.

Cerita ini dimulai dari mimpi dan keinginan yang amat sangat dalam untuk menjadi pengajar muda pada program Indonesia Mengajar (IM), saya mendapatkan info pertama kali tentang IM pada tahun 2011/2012 ketika saya masih menjadi mahasiswa imut di kampus. Saya membaca flyer di mading kampus tentang program ini dan sibuk browsing di Internet, ketika membaca lebih jauh tentang program dan blog pengajar muda generasi awal saya langsung bertekad untuk mendaftarkan diri mengikuti program ini ketika tamat nanti. 

Sambil menunggu tamat, saya dan beberapa teman-teman di Bengkoeloe Moeda Community membuat program kecil yang memiliki misi yang sama dengan IM, mencerdasakan kehidupan bangsa. Kami membuat program Moeda Mengabdi yang bisa kamu baca lebih lanjut dengan membaca tautannya. Program kami tentu jauh dari sempurna dan amat sangat berantakan dibanding IM, tugasnya sama-sama mengajar, namun hanya seminggu sekali, dengan pengajar yang tidak tetap dan dana yang berasal dari kantong masing-masing volunteer, tapi jauh dari dugaan program ini yang pertama kali berjalan di awal 2013 masih berjalan hingga hari ini, dengan volunteer yang terus berganti tiap minggunya. Adik-adik kami di desa Pagar Jati, Bengkulu Tengah mendapatkan pengalaman bermain dan belajar bersama dari kakak-kakak yang siap menebarkan inspirasi tiap minggunya. 

Usai tamat tahun 2014 lalu saya langsung mendaftar begitu pendaftaran angkatan ke 10 di buka, saya lolos tahap seleksi pertama, menjadi 1 dari 200an kandidat dari 10.000 lebih pendaftar, saya sangat senang dan bahagia waktu itu, saya masih ingat hingga hari ini pengumuman di keluarkan di malam tahun baru dan saya langsung menangis saking bahagianya (dasar cengeng), saya mengikuti seleksi tahap kedua namun sayangnya saya belum ditakdirkan untuk menjadi pengajar muda di tahun itu, saya langsung menyibukkan diri dengan hal lain dan tidak larut bersedih. Berhasil lupa, saya sibuk mengajar di sekolah baru, SD PRIMA, tempat yang amat sangat menyenangkan untuk belajar bagi guru baru seperti saya. 

Beberapa bulan lalu, di timeline facebook saya muncul posting dari Allan, sahabat saya yang sebenarnya berkesempatan menjadi PM tangkatan X namun memilih untuk melanjutkan S2 di ITB. Ia membagikan tautan pendaftaran angkatan XII dengan menambahkan kalimat "saatnya keluar dari zona nyaman". Saya iseng berkomentar, "mungkin saya harus mencoba mendaftar lagi, keluar dari zona nyaman :)". Entah bagaimana saya akhirnya memutuskan untuk mendaftar dan ditengah kesibukan mengajar saya menyempatkan diri mengisi essay sampai selesai di hari terakhir pendaftaran tanggal 30 Mei lalu. 

Sekolah makin sibuk, UAS, LPA dan Persiapan membuat film bersama anak-anak membuat saya lupa saya sedang mendaftar IM, sampai suatu pagi salah satu teman satu angkatan di Universitas menghubungi menanyakan apakai ada email yang sampai dari IM, karena ia sudah mendapatkan email yang memberitahukan ia belum lulus kali ini. Saya jadi was was, ingat kembali kalau saya sudah mendaftar, akhirnya tanggal 27 Juni lalu, saya juga mendapatkan email. Alhamdulillah untuk kedua kalinya saya lulus tahap pertama, Agustus nanti insya Allah saya berangkat ke Jakarta untuk mengikuti tes tahap kedua. 

Apakah ada yang berbeda kali ini ?

Ya, tentu ada yang membedakan :) tahun lalu saya mendaftar dengan harapan tinggi akan terpilih, saya uga tidak punya fokus lain, sibuk memikirkan kemungkinan lulus dan tidak lulus, kali ini saya akan mencoba yang terbaik untuk mencari tahu jalan terbaik yang Allah pilih bagi saya. Jika saya lulus berarti Allah mengizinkan saya untuk belajar kembali di tempat baru, memberikan kesempatan bagi saya untuk menjadi orang kaya yang hartanya tidak akan berkurang jika dibagikan kepada orang lain. Jika tidak, berarti Allah menginginkan saya untuk tetap mengabdi di Cimahi, kembali mengajar di Sekolah Prima dan berada ditengah keluarga tercinta. 

Apapun yang akan terjadi nanti, saya akan tetap mengeluarkan kemampuan terbaik saya :) tidak setiap orang mendapatkan kesempatan kedua bukan ?! So, Bismillah semoga apapun hasilnya nanti itu yang terbaik bagi saya.

Menjelang hari raya, semua orang jadi khilaf belanja.


Tahun-tahun sebelum ini saya tak pernah sibuk belanja menjelang hari raya, apalagi belanja baju, selepas SMP saya tak pernah lagi sibuk dengan baju baru, saya lebih suka dapat mentahnya dari Bapak dan Ibu :)

Tapi tahun ini agak berbeda, saya sudah bekerja dan mulai memiliki uang sendiri !! dan kemarin adalah hari dimana saya pada akhirnya menjadi bagian dari orang-orang yang terkena sindrom belanja lebaran, bedanya saya tak menghabiskan uang untuk membeli barang baru dan bukan barang-barang yang akan digunakan lebaran nanti. Saya kalap belanja buku, walaupun saya selalu kalap setiap kali belanja buku, kemarin adalah kalap sekalap kalapnya karena saya membawa uang yang cukup banyak T.T.

Sebenarnya saya hanya ingin membeli komik yang sudah saya pesan. Tapi abang langganan saya di Dewi Sartika menawarkan beberapa buku yang susah sekali ditolak karena 1. Bukunya bagus dan 2. Harganya murah, jauh lebih murah daripada saya membeli di toko buku atau hunting online, akhirnya saya pulang membawa bawaan yang sangat berat karena memang bukunya cukup tebal. 

Saya mendapatkan set buku Gajah Mada 1-5 karangan Langit Kresna Hadi, buku Sejarah Dunia Kuno yang ditulis Bauer, beberapa komik DDS dan Detective Conan, seri komik musik La Corda d'Oro, buku anak berbahasa inggris tentang Mozart, Lord of The Rings part 2, dua buku ensiklopedia terbitan pustaka lebah dan tiga buku anak berbahasa korea, terakhir saya membeli buku Indonesia Mengajar karangan Pengajar Muda angkatan pertama. 

Cukup banyak bukan untuk ukutan sekali belanja ? 

Sebenarnya saya tidak pernah bangga tiap kali gelap mata ketika belanja buku, malah seringkali takut tidak terbaca, buku-buku yang saya sebutkan diatas tadi akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk dibaca. Tapi saya juga tidak akan berpura-pura sedih karena uang saya habis untuk dibelikan buku, entah mengapa saya selalu merasa bahagia setiap habis hunting buku, walaupun saya tahu sebulan penuh ini saya tidak akan bisa pergi kemana-mana karena uang saya habis untuk buku.

Nah, dengan banyaknya dana yang saya habiskan untuk membeli buku saya jadi termotivasi untuk lebih sering menulis ulasan buku yang saya baca, walalupun ulasan saya belum sekeren ulasan blogger buku yang saya baca, tapi semoga ulasannya nanti bisa bermanfaat bagi yang membaca :) 

Oh iya sudah hari ke 27 di bulan Ramadhan, artinya 3 hari lagi lebaran dan suasana liburan sudah sangat terasa, walaupun saya sudah libur selama seminggu  !! hehe, seharusnya saya punya banyak waktu untuk menulis di blog :) semoga liburan lebaran ini bisa jadi waktu yang produktif ya bagi kita semuaa ! Amien

Once upon a time . . .
Pada suatu waktu . . .
Di sebuah kerajaan yang makmur . . .

Dongeng 1
Kalimat-kalimat tersebut adalah beberapa kalimat favorit anak-anak saya di kelas. Mereka sangat suka sekali mendengarkan dongeng, saya sendiri awalnya tidak terlalu suka mendongeng, saya tidak penah merasa menjadi pendongeng yang baik, tapi semuanya berubah ketika saya mendongeng di kelas pertama kali. Saya bercerita tentang asal mula cerita seribu satu malam, daaaan, kelas saya yang biasanya selalu ribut tiba-tiba senyap, semuanya mendengarkan cerita saya dengan seksama dan saya juga menjadi percaya deiri menggunakan bahasa dan ekspresi yang berupa ketika bercerita. Sejak saat itu saya jadi sangat suka mendongeng di kelas. 

Dongeng 2
Semester genap lalu saya mulai mendongeng sambil membawa buku-buku cerita anak yang menarik, salah satunya adalah seri Harry Potter. Saya kira anak-anak tidak akan terlalu tertarik mendengar cerita ini, tapi ternyata mereka sangat antusias mendengarnya, bahkan mampu menghafal beberapa nama-nama tokoh yang cukup sulit disebutkan. Setidaknya setiap hari saya menyiapkan waktu 30 menit untuk melanjutkan cerita Harry Potter, kadang sambil menggambar di papan tulis, sambil duduk lesehan di lantai, berkumpul di meja besar di belakang, atau melingkar di dekat pojok baca dikelas kami. 

Rasanya senang sekali bisa menceritakan salah satu petualangan paling seru didunia. Beberapa dari mereka tertarik untuk membaca bukunya. Jadi tukang dongeng ternyata seruuuu sekali :) walaupun begitu saya masih harus banyak belajar dan membaca banyak dongeng untuk diceritakan kepada anak-anak. Oh iya di Sekolah PRIMA, Pak Donny yang mengajar kelas 5 dan kelasnya persis disebelah kelas 2, sangat jago sekali mendongeng, saya sering mendengarkan diam-diam ketika Pak Donny mendongeng di kelas 5 dan anak-anak juga sangat suka sekali mendengarkan dongeng dari Pak Donny.

Dongeng juga ampuh sekali untuk meningkatkan kemampuan berbahasa mereka, beberapa kali saya minta gantian mereka yang mendongeng, oh iya beberapa anak-anak di kelas saya juga sangat potensial untuk menjadi tukang dongeng yang kece :) nanti saya share yaa cerita tentang dongeng selanjutnya :)

Dongeng 3
Kemarin sebelum pamit pulang, salah satu orang tua siswa memberikan hadiah untuk saya, dan hadiah kali ini amat berbeda dengan hadiah sebagai guru yang pernah saya terima sebelumnya; kerudung, mukena, sepatu, tas dan sebagainya. Kali ini saya mendapatkan dua buah buku, lengkap dengan surat dari murid saya, Hansa. Hansa dan bundanya sering mampir di blog ini, jadi mungkin tahu kalau saya senang sekali membaca. :)

Book is the sweetest present ! 


Dua buku ini adalah buku yang covernya seliweran di timeline instagram tapi belum pernah saya baca. Buku pertama JODOH, karya Fadh Pahdepie, dan HUJAN karya Tere Liye. Keduanya adalah penulis yang saya ikuti di Facebook. Keduanya mungkin adalah buku yang akan membuat saya baper hehe.

Saya sedang menyelesaikan membaca versi pdf Me Before You karya Moyes jadi saya belum menyentuh kedua buku tersebut sampai pagi tadi, usai menamatkan Me Before You yang sudah saya baca selama beberapa hari (sambil mencuri waktu menunggu rendering film), saya memilih membaca Hujan terlebih dahulu.

Kisah Lail dan Esok

Sepertinya dari dulu saya mudah sekali terhipnotis dengan buku, termasuk buku Tere Liye yang satu ini. Karya Tere Liye memang banyak sekali, beliau salah satu penulis paling produktif di Indonesia dan karyanya yang saya baca tak pernah mengecewakan. Termasuk buku ini.

Mudah sekali terbawa perasaan ketika membaca buku Tere Liye, saya tiba-tiba dibawa menjelajahi bumi di masa depan. Merasakan kengerian akan ledakan besar gunung berapi, juga amat sangat terbawa dengan kisah Lail dan Esok, mereka manis sekali. Belum lagi persahabatan Lail dan Maryam, juga kisah mereka ketika menjadi volunteer, pahitnya penghianatan takdir terhadap Lail, juga cara Esok menyayangi Lail dan tidak terbingkai dalam kata namun bisa kita rasakan dari setiap tingkah lakunya.

Anyway, saya tidak akan memberikan spoiler buku ini disini, yang pasti ceritanya seru sekali. Saya bisa menyelesaikan membaca buku ini dalam waktu kurang dari 6 jam, sambil malas-malasan di kasur, melepas lelah sehabis diforsir untuk perkejaan hari sebelumnya. Saya juga langsung memberikan rate 4/5 di aplikasi goodreads milik saya.

Membaca buku ini membuat saya teringat Allan, beberapa bulan lalu saya menemani Allan membeli buku ini di gramedia, dia salah satu sahabat saya yang amat tergila-gila dengan kisah-kisah karangan Tere Liye, Ah kisah Lail dan Maryam juga mengingatkan saya pada Renti, saya rindu sekali kisah-kisah konyol ketika kuliah dulu, bedanya kami berdua tidak melakukan aksi heroik seperti Maryam dan Lail.

---

Dulu ketika saya kuliah, apernah seorang teman berkata, hadiah termanis yang diberikan seseorang bukanlah bunga dan coklat, tapi buku. Buku yang ketika dibaca membuat si penerima hadiah senyum senyum sendiri karena merasa genre buku dan cerita buku tersebut amat ia sukai. Memberi buku bukan sekedar membeli asal, mengambil sembarang buku di rak best seller atau new comers, memberi buku berarti memahami karakter si penerima, mengenal dengan baik orang tersebut. Saya merasa beruntung mendapatkan buku ini :) Terima kasih Hansa !! bu Asri suka sekali hadiahnya ! ah dan tak lupa suratnya yang juga sangat manis :) terima kasih yaaa.


Poster Proyek Film

Hallo !
Tak terasa bulan Ramadhan sudah memasuki hari ke 14, Tahun Ajaran di sekolah PRIMA juga sudah berakhir, walaupun saya masih punya hutang 3 LPA dengan orang tua siswa.

Kemarin kami mengadakan pertunjukan seni dan pelepasan siswa kelas 6. Jujur saya dag dig dug sekali mengerjakan projek film dari sekolah, padahal setelah di bagi saya hanya harus mengerjakan proyek 6 menit film, tapi proses syuting dan editing ternyata merepotkan sekali ditambah laptop saya yang amat sangat tak compatible untuk editing dan rendering proyek film. Jadilah hari-hari sebelum bahkan hingga hari H screening betul betul menegangkan. 

But it all turn out fine, walaupun masih sangat banyak kekurangan disana dan disini, tapi itu sudah usaha terbaik yang bisa digeder laptop saya T.T, I think i could do better, tapi apa daya peralatan tak mumpuni hehe :) 

Nah, saya sendiri masih belum tahu petualangan apa lagi yang akan terjadi di tahun-tahun berikutnya. Jadi mari nikmati hari-hari santai ke depan dengan membaca, menggambar dan menulis :D 




Bu Asri x Rio : Pekan Unjuk Kemampuan Seni Musik
Bu Asri x Zubair : Pekan Unjuk Kemampuan Seni Musik
Bu Asri x Hansa : Pekan Unjuk Kemampuan Seni Musik
Bu Asri x Reiqy : Pekan Unjuk Kemampuan Seni Musik


Halo, sekarang sudah pukul 1:10 dini hari, saya masih belum selesai menulis laporan perkembangan anak yang harus dilaporkan kepada orang tua anak-anak pagi hari jam 9 nanti. Masih ada 7 jam lebih tersisa dan saya ingin break sejenak bergulat dengan data di Ms Word dan Ms Excel, dua aplikasi yang sebenarnya paling saya hindari seumur hidup.

Jadi disinilah saya sekarang, menulis tidak jelas di blog, berdasarkan pengalaman, tulisan saya di waktu-waktu ini bisa jadi tulisan yang dalam jika saya sadar benar ketika menulis, atau malah jadi tulisan tidak jelas dan bisa jadi curhat panjang tak terkendali jika kesadaran saya hanya bersisa berapa persen saja.

Hmm, menulis laporan perkembangan anak yang ke-4 membuat saya sadar waktu yang begitu cepat berlalu, tak terasa satu tahun sudah saya belajar bersama dengan 12 anak-anak super di kelas saya. Besok sudah LPA dan saya belum bahkan menyampaikan proper goodbye, meminta maaf atas segala kesalahan yang sering sekali saya lakukan, juga berterima kasih atas beribu pelajaran selama satu tahun ini.

Saya tidak pernah memiliki pengalaman mendidik anak-anak usia mereka dan saya benar-benar menikmati bekerja bersama mereka. Ada banyak hal yang saya suka dan bisa dengan mudah saya lakukan dikelas bersama mereka, bisa menggambar dan melukis bersama, bernyanyi dan bermain musik bersama, berlari-lari dan menjajal petualangan baru, jalan-jalan, bicara tentang film, menghafal kembali surat-surat pendek bersama, berdiskusi tentang hadis-hadis yang disampaikan nabi, menjadi fotografer amatir dan menulis memiliki bahan untuk menulis di blog selama satu tahun penuh, semua hal ini belum tentu bisa saya lakukan jika saya menggeluti profesi lain, anggaplah saya menjadi seorang pegawai kantoran yang seharian penuh didepan komputer, atau menjadi seorang dosen dan bekerja dengan orang-orang dewasa, agak sedikit mustahil kan melakukan semua hal tadi dalam satu periode waktu. :)

Karena itu saya merasa bersyukur atas kesempatan dan pengalaman selama satu tahun pelajaran ini.
Saya juga melakukan banyak refleksi pada waktu-waktu tertentu, kebanyakan refleksi tentang diri saya sendiri sebagai seorang guru. Menjadi guru bagi sebagian orang adalah pekerjaan yang mudah, tapi tidak bagi saya, walaupun saya kuliah dijurusan keguruan :). Pernah sekali saya mendengar komentar, "oh jadi guru mah kan ga ribet, tinggal ngajar doang, alhamdulillah ya yang penting kerja dulu sekarang", yah sebenarnya benar juga sih, jadi guru ga ribet kalau sekedar ngajar, the thing is, there are so much things to do dibaling hanya mengajar tadi.

Membuat perencanaan, menyiapkan bahan belajar, mempelajari kurikulum dan materi ajar, menyiapkan media pembelajaran yang menarik, melakukan evaluasi dan observasi, menggabungkan berbagai pelajaran dalam satu tema yang menarik, membuat laporan perkembangan, mengingatkan anak-anak saat melakukan kesalahan, mendamaikan anak-anak yang bertengkar, menenangkan anak-anak yang menangis, mendengarkan anak-anak yang bercerita dan seterusnya dan seterusnya, adalah tugas dibalik 'hanya mengajar' tadi.

Saya bukan sedang mengeluh, tapi ya mungkin saya juga sedang mengeluh, tentang beratnya tugas menjadi guru. Saya rasa saya beruntung karena orang tua murid tidak terlalu banyak mengeluh tentang cara saya mengajar dikelas, atau cara saya menyelesaikan satu masalah yang dimiliki anak-anak. Mereka juga sangat supportif, mendukung saya dengan memberikan saran pembelajaran tertentu atau kegiatan tertentu. Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika orang tua murid saya adalah orang tua murid yang over sensitive, yang seperti berita di TV yang sedang ngetren sekarang, di cubit dikit masuk penjara. T.T, saya tidak pernah mencubit atau melakukan hukuman fisik sama sekali di kelas kok :D tapi saya juga bukan guru malaikat yang selalu tersenyum dan menjadi baik sepanjang waktu.

Ada kalanya hari yang buruk datang, mood saya tidak baik dan beberapa anak juga tidak sedang dalam semangat tinggi untuk belajar, mereka membuat beragam alasan untuk menhidari tugas, pada saat seperti ini saya dua tanduk diatas kepala saya akan keluar, transparan tentunya, dan saya akan dengan tegas berkata, Bu Asri ga suka, ini bukan sikap yang baik, atau Bu Asri capek, jangan buat bu Asri lebih capek dong, ayo kerjakan tugasnya. Hukuman terberat yang saya berikan kepada anak (menurut saya) adalah dengan mendiamkan mereka selama beberapa waktu, (pura-pura) tidak mendengarkan apa yang mereka katakan dan tidak menjawab pertanyaan mereka, aduuuuh, kalau dipikir-pikir mungkin saya adalah guru yang amat sangat kejam !! hehe, tapi saya bukan sedang bersikap jahat atau kejam, saya hanya sedang menjadi manusia biasa, yang punya waktu-waktu dimana saya bisa menjadi versi terburuk dari diri saya sendiri.

Ah, jadi panjang sekali kan ! Bicara tentang satu tahun mengajar di kelas memang tidak ada habisnya, tapi yang pasti dari semua suka dan duka yang saya rasakan selama dikelas, saya masih berada dalam dua pemikiran yang tak kunjung usai berdebat dalam otak saya sendiri, "mengajar adalah passion saya" dan "ya Allah, mungkin saya ga cocok jadi guru, saya harus mulai cari pekerjaan lain".

Saya sendiri belum tahu jawaban mana yang tepat sampai saat ini. Tapi jika ditanya apakah saya senang mengajar, saya akan menjawab, Yap, saya sangat senang mengajar dan bekerja bersama anak-anak, tapi jika ditanya apakah kamu guru yang baik dan patut dipertimbangkan untuk mengajar anak-anak kami ? (hehe, semacam pertanyaan saat melamar pekerjaan) saya akan menjawab : Nope, sampai saat ini saya belum merasa menjadi guru yang bisa mendidik dan mengatur berbagai urusan pembelajaran dengan baik, tapi saya akan terus belajar, entah untuk mencari tahu lebih dalam bahwa mungkin saya benar-benar terlahir sebagai seorang guru, atau untuk mencari tahu fakta bahwa saya sebenarnya bisa lebih bahagia jika bekerja di bidang lain. Who knows ?

Wah, sudah jam 1:48, saya harus segera melanjutkan menulis laporan !
Mari lanjutkan dengan mendengarkan lagu Dialog Dini Hari :)


xx
Asri


The Beautiful Lady
Dancing with my self

Ramadhan Goals

Bapak masih di rumah sakit, saya sendiri masih gantian jaga dengan Ibu. Ibu jaga malam, tidur disana, paginya saya menemani bapak sampai siang atau sore.

Hari-hari kami di rumah agak kacau, terutama waktu sahur kemarin. Saya, Bayu, Siwi dan Dimas bangun kesiangan, padahal tetangga kami bergantian mengetuk pintu rumah untuk membangunkan kami sahur. Akhirnya kami makan terburu-buru, saya tak sempat membuat sayur dan tumis yang saya janjikan pada ibu dan adik saya untuk disantap ketika sahur.

Sekarang, hari ini dan beberapa hari kebelakanga ketika ibu harus membagi waktu antara rumah dan rumah sakit, barulah saya sadar bahwa ibu tidak tergantikan, I love you bu.

Sementara itu sepulang dari rumah sakit tadi saya tidur sampai setengah lima sore, amat sangat kelelahan, sekarang saya menyibukkan diri didepan layar komputer, menulis laporan perkembangan anak yang harus dibagikan Sabtu dan Minggu nanti, rencananya semuanya akan saya kerjakan sejak Jumat lalu, tapi rencana tinggal rencana, jadi sekarang waktunya mengejar semuanya.


Ms Who ?

Perawat di RSUD Cibabat
a Failed Potrait of someone I used to know

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • Review Buku Angsa dan Kelelawar karya Keigo Higashino
  • Sabtu yang Menyenangkan dan kenapa saya suka membeli bunga
  • Review Asri: Manabeshima Island Japan karya Florent Chavouet
  • Main ke Toko Buku Pelagia Bandung
  • Review Asri - the house of my mother karya Shari Franke

Arsip Blog

  • ▼  2025 (16)
    • ▼  Mei 2025 (3)
      • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yu...
      • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim ...
      • Tiap Anak Berbeda, Termasuk Proses Melahirkannya; ...
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes