Journal Asri
The Fault in Our Stars - John Green
Adakah dari kalian yang menyukai warna biru ? Saya sendiri bukan penggemar warna ini, tapi bukan berarti saya tidak suka melihat warna ini, laut berwarna biru merupakan salah satu pemandangan terbaik, dimanapun saya melihat laut yang birunya membaur dengan awan dan langit, hati rasanya damai sekali. Meskipun begitu warna favorit saya adalah merah.

Salah seorang sahabat saya adalah pengagum warna biru dan hari ini, Sabtu yang sebenarnya tidak kelabu namun karena hingga tengah hari saya masih asyik leyeh leyeh belum mandi saya mencoba mencari model-model berwarna biru didalam rumah, ternyata barang-barang saya cukup banyak yang berwarna biru, saya pun melirik rak buku dan buku-buku lain yang bertebaran acak dilantai atas, ternyata koleksi buku berwarna kalem ini fotogenic sekali.

Blue Blue Blue with 2 blue postcards by Keri Smith

Sayapun mencari beberapa fakta warna biru di Internet, turn out warna ini memang mampu membuat tubuh kita mengeluarkan rasa tenang, calming. Saking kalemnya, sebuah riset menunjukkan bahwa anak-anak yang sakit lebih memilih untuk ditangani oleh perawat atau orang-orang yang menggunakan pakaian berwarna biru.

Ada fakta unik tentang warna biru loh, kalian tau jejaring sosial dengan pengguna paling banyak di Dunia ? Yap, Facebook menggunakan logo berwarna biru namun bukan karena pertimbangan psikologi (walaupun biru ternyata memang identik dengan perusahaan teknologi dan healthcare), ternyata Mark Zuckerberg memilih warna biru karena biru adalah warna terkaya dimata Mark, Mark ternyata buta warna merah dan hijau.





My forever favorite book (series) ever : Harry Potter
Fakta lain tentang biru yang saya suka adalah fakta dari beragam negara tentang makna warna ini, berikut diantaranya :

Iran : di Iran, biru, biru kehijauan dan hijau adalah warna yang melambangkan surga.
India : Mungkin beberapa dari kalian sering melihat gambar Krisna dengan tubuh berwarna biru.
Mexico : Biru merupakan lambang berduka
Aztec : Suku Aztec percaya bahwa biru adalah lambang warna untuk pengorbanan
Yunani : Biru dianggap bisa melindungi diri dari "the evil eye", karenanya mereka yang percaya mitos ini melindungi diri dengan menggunakan kalung atau gelang berwarna biru.

Saya tak mengira ada negara yang menjadikan biru sebagai lambang berduka, pantaslah sebuah quotes muncul ketika saya mencari fakta tentang warna ini di mesin pencari, bunyinya 

Blue is known as a sad colour, but when I see the ocean, all my sorrow is washed away
Saya sendiri selalu mengasosiakan biru dengan laut dan langit. Melihatnya selalu membuat perasaan kita menjadi sangat damai. 

Most of them are fiction

Oh iya fakta dan mitos tentang warna biru saya ambil dari sini yaa, silahkan baca juga fakta lain tentang warna biru :)
Mr. Peabody's Apples
Hai ! Malam ini saya ingin bercerita tentang sebuah buku anak yang ditulis oleh Madonna, (hmm, iya Madonna yang penyanyi ituu :D). Buku ini berjudul Mr. Peabody's Apples. Sebenarnya Madonna menulis seri buku anak-anak, jadi buku ini bukan satu-satunya buku anak yang ia tulis.

By the way, saya tidak sengaja membeli buku ini, seperti biasa saya hanya iseng jalan-jalan di Dewi Sartika kemudian lupa diri mencoba membeli buku-buku (yang menurut saya) bagus. Saya membeli buku ini dihari kedua lebaran ! Iya, orang lain mungkin masih berputar-putar silaturahmi, tapi saya malah asyik belanja buku ditemani Indah, sepupu saya.

Buku ini bercerita tentang Mr. Peabody, seorang guru yang pelatih baseball di Happville, sebuah kota kecil dimana segala berita bisa dengan cepat merambat diketahui seluruh orang. Suatu ketika Tommy, salah seorang murid Mr. Peabody melihat Mr. Peabody mengambil apel tanpa membayar, di hari latihan berikutnya Tommy kembali memperhatikan Mr. Peabody mengambil apel-apel tanpa membayar kepada sang penjual.

Pekan berikutnya, tak ada satu anak pun yang datang ke lapangan, hanya ada Billi kecil duduk bersedih, Mr. Peabody bertanya apa yang membuat Billy sedih, ia pun menceritakan apa yang dilihat Tommy sejak pekan lalu.

Apa yang akan dilakukan Mr. Peabody setelah mengetahui cerita yang disampaikan Billy ?

Hmm, kalian sebaiknya membaca sendiri :) cerita Mr. Peabody ini seru sekali loh, banyak pelajaran yang bisa diambil anak ketika membaca atau mendengarkan cerita Mr. Peabody, yang paling utama adalah nilai tentang menjaga ucapan. Selain cerita yang bagus, buku ini disertai ilustrasi menarik yang sangat bagus, sangat membantu jika teman-teman ingin membacakan cerita ini sebelum tidur bagi anak-anak dirumah.



Di Kota Happville

Mr Peabody and Billy Little


Beberapa bulan lalu, saya bertemu salah seorang teman dari Bengkulu yang sedang jalan-jalan di pulau Jawa :), dia menghubungi saya untuk berkeliling Kota Bandung setelah sebelumnya menghabiskan waktu di Yogyakarta. Siami namanya, kami sering bertemu dalam beberapa kegiatan di kampus dulu. Dia merupakan salah satu pegiat literasi di Universitas Bengkulu, lebih freak urusan membaca dibanding saya, kalau saya sering disebut bookworm nah Ami, mungkin masuk kategory Bookdragon, satu kongsi dengan sahabat saya Prof Ela, mereka bersahabat dekat. 

Sampai di Bandung, Ami mengajak saya pergi ke Kineruku, sebuah kafe buku di daerah Hegarmanah. Saya sudah lama mengikuti akun Kineruku di Instagram, dari dulu juga sebenarnya ingin sekali pergi ke tempat ini, jadilah kami bertanya kepada orang-oranga yang kami temui di jalan rute angkot apa yang harus kami naiki untuk sampai kesana. 

Ternyata tempatnya berada di daerah komplek perumahan yang tidak dilewati angkot, jadi kami harus berjalan cukup jauh kedalamnya, mungkin sebenarnya tidak terlalu jauh, tapi waktu itu hujan sangat deras dan kami tidak menemukan tempat berteduh sehingga terus berjalan ke Kineruku.

Akhirnya kami sampai disana sekitar jam 6, ketika masuk, waaah saya merasa sedang berada di surga kecil hehe (saya menyimpan surga besarnya nanti, ketika saya mengunjungi perpustakaan di Orchid road yang legendaris itu), tapi asliiiiii, kineruku keren sekali untuk tempat hangout bagi saya atau kamu yang suka sekali membaca buku dan suasana intim ketika berkumpul dengan teman-teman. 

Baca, Baca
Di Kineruku, kita bisa memesan makanan ringan dan minuman hangat atau dingin dan ngobrol pelan-pelan di teras belakang. Kami sempat ditegur karena mengobrol terlalu keras, hehe. Kami sampai lupa waktu dan baru keluar ketika tempat akan segera tutup.

Kalau kamu ingin mengunjungi tempat ini, kamu bisa mencari info lebih lanjut lewat akun Instagram @kineruku atau mencari lokasi via GPS, selain membaca gratis di tempat, bisa sambil ngopi atau ngeteh, kita juga bisa menjadi anggota dan membaca buku atau CD musik ke rumah, biaya keanggotaannya beragam, ada yang 45.000 dan 90.000, selain itu kita juga bisa membeli buku-buku indie yang memang tidak dijual di toko buku besar seperti Gramedia. Ada juga acara bedah buku dan acara menarik lainnya yang rutin diselenggarakan disini. Seru deh, sayang saya belum sempat main lagi ke sini karena tempatnya lumayan jauh dari Cimahi.

Jadi para pecinta buku, kapan mau main ke Kineruku ? :)


Little Heaven

Little Prince dan Matilda
Halaman Pertama Little Prince


Little Bee - Chris Cleave
“We must see all scars as beauty. Okay? This will be our secret. Because take it from me, a scar does not form on the dying. A scar means, 'I survived'.”  

Saya pertama kali membaca review buku ini dari 20 buku yang direkomendasikan TIME untuk dibaca, saya lupa kategorinya entah tentang perempuan atau tentang keberagaman, namun saya ingat sekali judul dan cover buku ini. Beberapa waktu lalu saya membeli buku ini di Gramedia, buku ini versi terjemahannya kok :) di Indonesia buku ini diterbitkan oleh penerbit GagasMedia.

Saya akan jujur : Saya belum selesai membaca buku ini, saya selalu membaca buku ini didalam ransel saya dan mencoba membacanya di perjalanan berangkat dan perjalanan pulang kerja. Saya tidak akan menuliskan review buku ini nantinya, namun saya rasa jika buku ini sampai direkomendasikan oleh situs semacam TIME, buku ini layak dibaca disela-sela perjalanan bekerja saya.

Belakangan ini beberapa orang selalu menyarankan saya untuk mulai mencoba menggunakan motor untuk bekerja, supaya saya lebih mobile dan ongkos lebih irit. Namun berat sekali bagi saya untuk mulai mencicil beli motor, bukan karena biaya, T.T dengan pekerjaan saya sekarang mungkin saya bisa mengambil cicilan motor tanpa harus merepotkan ibu, namun saya nyaman sekali naik angkot untuk mobilitas bekerja, walaupun jaraknya lumayan jauh, saya hanya perlu naik angkot sekali pergi dan sekali pulang, ongkosnya pun hanya 6.000 PP, plus saya bisa tetap berjalan kaki sehingga saya tetap bisa berolah raga tiap kerja dan yang paling menyenangkan, saya bisa baca buku di angkot, saya bisa mengamati ibu-ibu yang berbelanja di pinggiran pasar Antri tiap pagi, saya bisa mendengarkan musik sambil memikirkan rencana belajar yang menyenangkan bagi anak-anak dikelas, saya juga membantu menyelamatkan bumi karena mengurangi polusi udara dengan menggunakan angkutan umum.

Intinya, saya sangat nyaman menjadi pelanggan supir angkot dan angkutan umum lainnya.

Jadi saya akan tetap naik angkot, sampai suatu hari, kebutuhan untuk berkendara dengan motor lebih banyak manfaatnya, maka saya akan berganti, namun jika tidak, saya rasa saya akan tetap jadi angkoters :D


Dimas adalah bungsu dikeluarga kami, jarak usia Dimas dengan saya amat sangat jauh, 16 tahun. Dulu tiap kali memposting foto saya dengan Dimas ketika bayi, saya selalu disangka ibu muda yang belum tamat SMA tapi sudah punya anak, sekarang pun tiap kali kami jalan-jalan berdua atau bertiga bersama Bayu, saya selalu disangka sebagai Ibu, namun terkadang orang-orang yang memperhatikan tingkah kami bisa langsung menebak kalau Dimas adalah adik saya. Setua apapun saya (eh, bulan depan saya 23!) saya selalu hobi bertengkar dengan adik-adik saya.

Dua hari lalu saya mengajak Dimas main ke gramedia, jalan-jalan paska lebaran sambil belanja buku, sebenarnya saya sudah menahan diri dari rumah untuk tidak membeli buku lagi, karena banyak sekali buku yang belum saya baca di rumah, namun saya tidak tahan ketika membaca beberapa lembar buku Babad Tanah Jawi, yang memang sudah sejak lama ingin saya baca. Akhirnya, dengan perasaan bersalah namun senang, guilty pleasure orang menyebutnya, saya membeli buku ini. Harganya sedang di diskon 55 ribu saja karena kondisinya memang sudah tidak terlalu bagus luarnya.

Sampai rumah saya membaca bab-bab pertama, tentang Asal Muasal Tanah Jawa, Prabu Watu-Gunung dari Negeri Giling Wesi dan Siyung Wanara, baru 24 dari 780an lembar isi buku ini. Saya tak pernah bisa membaca kilat buku-buku nonfiksi, padahal kalau membaca buku fiksi, setebal apapun biasanya tidak akan berhenti sampai saya membaca endingnya T.T. Saya pasti ketiduran ketika membaca buku-buku genre ini.

Sore tadi saya bercerita tentang Siyung Wanara kepada Dimas, ia mendengarkan sambil bermain lego, semakin lama, ia semakin tertarik dan 100% menyimak apa yang saya sampaikan, sayangnya saya banyak sekali lupa nama-nama penting dalam cerita Siyung Wanara, sampai saya selesai bercerita, Dimas mengambil buku Babad Tanah Jawi yang ingin saya lanjutkan baca, dia bertanya halaman berapa cerita tentang Siung Wanara dan membaca sendiri ceritanya.

Awalnya saya kira ia hanya ingin melihat nama-nama yang saya lupakan, namun ternyata ia membaca betul cerita tersebut, ketika sampai di bagian Siyung Wanara harus dibuang ke sungai, ia berkomentar, "Seru geuning mba, tapi sedih juga, kasian bayinya dibuang".

Wah.

Dimas betul-betul membaca, saya sampai kaget dibuatnya, baru sampai lembaran ketiga, ia menyimpan buku dan buru-buru lari ke masjid untuk sholat berjamaah, sampai rumah ia lanjutkan lagi membaca cerita tentang Siyung Wanara. Tentu ada beberapa kata yang tidak ia mengerti, ia bertanya dan saya mencoba menjelaskan arti kata tersebut.

Sebetulnya Dimas tidak terlalu suka membaca, namun ia selalu semangat membaca cerita dari dongeng yang saya ceritakan, begitu juga cerita nabi, kisah 1001 malam, ia membaca buku-buku kisah tersebut setelah ia tertarik mendengarkan dongengnya.

---

Melihat Dimas mampu memahami sepenggal cerita dari buku Babad Tanah Jawi membuat perasaan saya sedikit campur aduk, bangga karena adik saya yang amat lucu dan menyebalkan ini baru masuk kelas 2 minggu depan namun tidak malas membaca buku hanya karena melihat tebalnya isi buku, juga malu karena saya dulu boro-boro baca buku seperti ini, memegang buku pun ogah.




Halo ! Selamat lebaran teman - teman. Beberapa hari ini saya tidak membuka PC, tidak menulis dan sedikit membaca, sebagian waktu libur lebaran saya habiskan untuk menonton drama korea secara maraton, sesuatu yang sudah saya nantikan sebelum libur panjang sekolah. 

Lebaran kali ini saya tidak pergi kemana-mana, bahkan untuk sekedar main dengan teman-teman atau kerabat pun malas sekali rasanya. Hari pertama lebaran seperti biasa digunakan untuk halal bi halal di rumah eyang saya, seharian penuh kami menerima tamu, siangnya tradisi utama dikeluarga kami adalah tiduuurr ! (yap tidur siang), entah mengapa tiap siang lebaran kami semua selalu tertidur ditempat manapun yang nyaman untuk ditiduri, tapi kebanyakan cucu eyang tertidur di kursi atau sofa dari ruang depan hingga belakang. 

Hari kedua lebaran saya malah pergi ke dewi sartika (lagi!) saya pergi bersama sepupu saya yang sepertinya sedang suntuk berdiam diri di rumah, huaaah baru kali itu saya naik motor di Bandung tanpa macet ! kami mencari kafe buku dan toko buku yang buka di hari raya kedua, tapi semuanya tutup sehingga saya malah mengajak pergi ke Dewi Sartika.

Hari ketiga saya seharian di rumah, melanjutkan drama korea yang sedang saya tonton. 

Hari keempat kembali bertemu keluarga besar eyang sebelum akhirnya berpisah kembali ke rutinitas di hari senin. 

Sekarang hari kelima, rasanya rugi sekali kalau tidak menulis atau membaca, sebentar lagi masuk kerja dan masih banyak target liburan yang belum tercapai, kebanyakan target menulis dan membaca. 

Oh iya, teman-teman blogger, saya minta maaf dari hati yang terdalam jika pernah terucap dan tertulis kata-kata yang tidak menyenangkan dan juga candaan yang berlebihan yaa, selamat lebaran !
Bagir
Ini adalah salah satu posting terlambat hehe, saya pernah memberikan tugas anak-anak untuk mendongeng menggunakan panggung boneka. Sebenarnya seluruh pertunjukan anak-anak saya rekam dalam bentuk video, namun hingga hari ini belum sempat di edit dan di unggah ke youtube, jadi saya akan share foto-foto mereka ketika mendalang didepan kelas. Mereka keren sekali loh, hehe tugas membuat panggungnya saya jadikan tugas akhir pekan, jadi mereka bisa memikirkan properti dan cerita bersama orang tua :)

Hansa
Rio
Rafif
Nur
Abin
Faris



Belakangan ini ada sebuah kasus yang sedang sangat ramai diperbincangkan di dunia maya dan ribut diberitakan di media mainstream Indonesia : Kasus seorang anak yang melaporkan gurunya karena dicubit hingga membekas. 

Awalnya saya tidak mau banyak berkomentar, atau bahkan sharing berita, jujur saya tidak terlalu mengikuti berita ini, mengapa si anak dicubit, mengapa si guru mencubit dan saya tidak berusaha mencari tahu dimana sekolah si anak. Hingga belakangan teman-teman saya yang juga lulus dari jurusan pendidikan membagi tulisan memaki si anak, menyebutkan ia lemah karena dicubit sedikit lapor polisi, membagikan gambar perilaku buruk si anak dan sebagainya, intinya ia kesal dengan perbuatan si anak dan membenarkan perbuatan sang guru mencubit muridnya demi apa yang ia anggap sebagai pendidikan karakter.

Ada banyak kasus serupa yang sebenarnya terjadi beberapa tahun belakangan, menjadi guru membuat saya menyadari beratnya godaan untuk tidak (setidaknya) mencubit anak-anak ketika mereka sedang bertingkah dan mood saya tidak terlalu baik, tapi setahun saya mengajar di SD, setahun pula saya berhasil menahan diri untuk tidak melakukan hukuman fisik apapun terhadap anak-anak. 

Dicubit itu sakit, jadi saya tidak akan mencubit anak-anak saya dikelas, apalagi memukul dan menampar.

Saya ingat benar pengalaman saya mendapat hukuman fisik ketika SMP, dua orang guru saya hobi sekali melakukan hukuman fisik untuk membuat kami jera. Yes we were wrong, saya dan beberapa teman tidak mengerjakan tugas yang diberikan, guru biologi saya waktu itu mencubit sesuai dengan jumlah soal yang tidak saya kerjakan. Cubitannya tidak berbekas, namun tetap saja sakit. Yang kedua guru seni rupa saya yang membuat saya mengangis didepan kelas karena mengancam akan memukul saya dengan tongkat (yang sudah ia pegang dan todong didepan wajah saya). Itu untuk pertama kalinya saya menangis didepan teman-teman yang lain. Hari itu tidak pernah saya lupakan, rasa sakitnya pun masih terasa hingga saat ini, padahal waktu itu saya masih kelas VII. Saya akhirnya dipukul dibagian betis, rasanya sakit dan walaupun tidak berbekas luka, perasaan sakit dipermalukan dan dipukul didepan kelas masih amat membekas.

Sejak saat itu saya berikrar untuk tidak menjadi guru yang menggunakan kekerasan fisik untuk menghukum anak-anak. Rasanya sakit, malu dan tidak ada karakter apapun yang dibangun dari hukuman fisik.

Saya tidak sedang membela si anak yang dicubit, ia dan orang tua nya entah mengapa mengikuti lajur logika aneh yang merasa semua masalah bisa dengan mudah diselesaikan lewat jalur hukum, sayapun tidak menutup mata dengan apa yang dilakukan sang anak kemudian, fotonya memegang rokok berseliweran di timeline saya, namun untuk menghakimi seseorang hanya berdasarkan sebuah foto kok rasanya juga salah, itu bentuk bullying yang selama ini saya ajarkan kepada anak-anak untuk dihindari, hanya tempatnya yang berbeda, bully ini terjadi di internet, cyberbullying. 

Semakin miris ketika teman-teman yang berprofesi guru sibuk membagi peraturan resmi tentang izin menghukum anak secara fisik atau membully si anak secara nyata, mengeluarkan kata-kata yang tidak sepantasnya dikeluarkan seorang pendidik. Sedih. 

Saya kira pendidikan kita sedikit demi sedikit terus melaju ke arah perubahan yang lebih baik, saya berteman dengan banyak teman guru yang amat kreatif dan amat saya kagumi idenya, namun ternyata masih banyak pula guru yang berpikir bahwa hukuman fisik bisa membuat anak-anak terbentuk karakternya. Padahal hukuman fisik hanya meninggalkan dua hal, 1. pemikiran sang anak bahwa hukuman fisik bisa membuat orang lain menurut, yang membuat si anak tumbuh menjadi tukang ancam atau 2. trauma, seperti yang saya rasakan hingga saat ini.

*tulisan ini merupakan pandangan pribadi saya sebagai guru, jika suatu saat saya memiliki seorang anak yang juga mendapatkan kasus hukuman fisik, saya rasa saya tidak akan tinggal diam dan akan meminta konfirmasi dari sekolah, jika ternyata visi sekolah tidak sesuai saya mungkin akan memilih mundur, namun tidak akan semudah itu melaporkan kejadian seperti ini ke polisi :)



Kids don't remember their best day in front of television. 

Pernah mendengar kalimat diatas ? Anak-anak tidak mengingat hari terbaik mereka di depan televisi. Saya beberapa kali membaca kalimat tersebut di timeline Facebook saya. Kebanyakan di share oleh pages Children and Nature Network. 

Saya memang belum pernah menjadi orang tua, belum memiliki anak dan bahkan belum menikah, namun saya menghabiskan sebagian besar waktu saya bersama anak-anak dan percayalah, setiap kali habis liburan atau weekend mereka akan kembali ke sekolah dengan sumringah, semangat bercerita tentang liburan mereka yang isinya adalah tentang bermain di luar rumah, jalan-jalan bersama keluarga atau pergi berlibur bersama. Kalaupun ada yang menghabiskan waktu dengan menonton, ia tidak pernah terlihat antusias, malah malas menceritakan karena menurutnya liburannya tidak seru.

Memang tidak mudah memisahkan televisi dari kehidupan anak, kecuali ayah dan bundanya sepakat untuk menyingkirkan TV dari rumah, dikelas saya ada loh ! Saya sendiri amat sangat menyarankan anak-anak untuk menghindari televisi untuk acara-acara tertentu, sinetron adalah musuh menyeramkan yang bisa membuat anak-anak mendapat ceramah panjang dari saya jika mereka mulai membahas di kelas. 

Banyak orang tua yang menganggap remeh pengaruh nonton sinetron pada anak-anak, terutama orang tua yang ikut menonton sinetron tersebut. Mungkin menonton sinetron tidak begitu bermasalah jika sinetron yang mereka tonton adalah acara bermutu dengan jam tayang satu minggu sekali seperti acara televisi diluar negri, masalahnya acara yang mereka tonton adalah sinetron kejar tayang yang baik kualitas cerita, gambar maupun akting para pemerannya tak ada yang bisa diberi jempol. Malah sangat buruk.

Pada anak-anak kelas bawah yang mulai menonton sinetron, mereka mulai mengenal istilah pacaran dan beragam contoh bagaimana pacaran itu dari sinetron yang mereka lihat, mereka juga belajar bahwa lingkungan kita memperbolehkan kita untuk berteriak, berkata kasar dan berbuat tidak sopan kepada orang yang lebih tua, mereka belajar beragam sikap yang mati-matian saya tekankan merupakan perbuatan yang tidak boleh dilakukan, melawan orang tua, melanggar peraturan, menggoda teman, berbuat usil, menunjukkan sikap sombong, pilih-pilih teman dan beragam perilaku buruk lainnya.

Adakah perilaku baik yang bisa ditiru dari sinetron Indonesia ?

Well, saya beberapa kali menonton sekilas sinetron Indonesia di chanel R*TI dan S*TV yang merupakan produsen raksasa sinetron di dunia pertelivisian kita, semuanya yang pernah saya tonton tak ada yang bisa memberikan sikap yang bisa ditiru oleh anak, beberapa malah bisa memberikan persepsi yang salah pada anak-anak. 

Sedih rasanya melihat acara televisi kita yang sedikit sekali bisa mendidik anak-anak, padahal merekalah yang kemungkinan menghabiskan waktu di depan TV, beberapa chanel seperti TVRI dan Trans7 memiliki acara alternatif yang bisa di tonton oleh anak-anak, namun chanel-chanel lain masih sedikit sekali memberikan slot acara yang bermutu.

Saya berharap suatu hari pemerintah kita bisa lebih tegas memberikan aturan penayangan acara televisi, tidak sembarang acara bisa tayang. Ingatan saya ketika menonton TV saat kecil dulu adalah acara acara tutorial menggambar atau cerita-cerita unyil dan keluarga cemara di TV, anak-anak generasi ini harusnya memiliki kesempatan untuk mengenang acara-acara bermutu seperti waktu saya kecil dulu.







Okay, sambil menunggu kick off babak pertama pertandingan perempat final EURO 2016 Jerman vs Italia, mari saya lanjutkan cerita yang bisa saya bagi.

Cerita ini dimulai dari mimpi dan keinginan yang amat sangat dalam untuk menjadi pengajar muda pada program Indonesia Mengajar (IM), saya mendapatkan info pertama kali tentang IM pada tahun 2011/2012 ketika saya masih menjadi mahasiswa imut di kampus. Saya membaca flyer di mading kampus tentang program ini dan sibuk browsing di Internet, ketika membaca lebih jauh tentang program dan blog pengajar muda generasi awal saya langsung bertekad untuk mendaftarkan diri mengikuti program ini ketika tamat nanti. 

Sambil menunggu tamat, saya dan beberapa teman-teman di Bengkoeloe Moeda Community membuat program kecil yang memiliki misi yang sama dengan IM, mencerdasakan kehidupan bangsa. Kami membuat program Moeda Mengabdi yang bisa kamu baca lebih lanjut dengan membaca tautannya. Program kami tentu jauh dari sempurna dan amat sangat berantakan dibanding IM, tugasnya sama-sama mengajar, namun hanya seminggu sekali, dengan pengajar yang tidak tetap dan dana yang berasal dari kantong masing-masing volunteer, tapi jauh dari dugaan program ini yang pertama kali berjalan di awal 2013 masih berjalan hingga hari ini, dengan volunteer yang terus berganti tiap minggunya. Adik-adik kami di desa Pagar Jati, Bengkulu Tengah mendapatkan pengalaman bermain dan belajar bersama dari kakak-kakak yang siap menebarkan inspirasi tiap minggunya. 

Usai tamat tahun 2014 lalu saya langsung mendaftar begitu pendaftaran angkatan ke 10 di buka, saya lolos tahap seleksi pertama, menjadi 1 dari 200an kandidat dari 10.000 lebih pendaftar, saya sangat senang dan bahagia waktu itu, saya masih ingat hingga hari ini pengumuman di keluarkan di malam tahun baru dan saya langsung menangis saking bahagianya (dasar cengeng), saya mengikuti seleksi tahap kedua namun sayangnya saya belum ditakdirkan untuk menjadi pengajar muda di tahun itu, saya langsung menyibukkan diri dengan hal lain dan tidak larut bersedih. Berhasil lupa, saya sibuk mengajar di sekolah baru, SD PRIMA, tempat yang amat sangat menyenangkan untuk belajar bagi guru baru seperti saya. 

Beberapa bulan lalu, di timeline facebook saya muncul posting dari Allan, sahabat saya yang sebenarnya berkesempatan menjadi PM tangkatan X namun memilih untuk melanjutkan S2 di ITB. Ia membagikan tautan pendaftaran angkatan XII dengan menambahkan kalimat "saatnya keluar dari zona nyaman". Saya iseng berkomentar, "mungkin saya harus mencoba mendaftar lagi, keluar dari zona nyaman :)". Entah bagaimana saya akhirnya memutuskan untuk mendaftar dan ditengah kesibukan mengajar saya menyempatkan diri mengisi essay sampai selesai di hari terakhir pendaftaran tanggal 30 Mei lalu. 

Sekolah makin sibuk, UAS, LPA dan Persiapan membuat film bersama anak-anak membuat saya lupa saya sedang mendaftar IM, sampai suatu pagi salah satu teman satu angkatan di Universitas menghubungi menanyakan apakai ada email yang sampai dari IM, karena ia sudah mendapatkan email yang memberitahukan ia belum lulus kali ini. Saya jadi was was, ingat kembali kalau saya sudah mendaftar, akhirnya tanggal 27 Juni lalu, saya juga mendapatkan email. Alhamdulillah untuk kedua kalinya saya lulus tahap pertama, Agustus nanti insya Allah saya berangkat ke Jakarta untuk mengikuti tes tahap kedua. 

Apakah ada yang berbeda kali ini ?

Ya, tentu ada yang membedakan :) tahun lalu saya mendaftar dengan harapan tinggi akan terpilih, saya uga tidak punya fokus lain, sibuk memikirkan kemungkinan lulus dan tidak lulus, kali ini saya akan mencoba yang terbaik untuk mencari tahu jalan terbaik yang Allah pilih bagi saya. Jika saya lulus berarti Allah mengizinkan saya untuk belajar kembali di tempat baru, memberikan kesempatan bagi saya untuk menjadi orang kaya yang hartanya tidak akan berkurang jika dibagikan kepada orang lain. Jika tidak, berarti Allah menginginkan saya untuk tetap mengabdi di Cimahi, kembali mengajar di Sekolah Prima dan berada ditengah keluarga tercinta. 

Apapun yang akan terjadi nanti, saya akan tetap mengeluarkan kemampuan terbaik saya :) tidak setiap orang mendapatkan kesempatan kedua bukan ?! So, Bismillah semoga apapun hasilnya nanti itu yang terbaik bagi saya.

Menjelang hari raya, semua orang jadi khilaf belanja.


Tahun-tahun sebelum ini saya tak pernah sibuk belanja menjelang hari raya, apalagi belanja baju, selepas SMP saya tak pernah lagi sibuk dengan baju baru, saya lebih suka dapat mentahnya dari Bapak dan Ibu :)

Tapi tahun ini agak berbeda, saya sudah bekerja dan mulai memiliki uang sendiri !! dan kemarin adalah hari dimana saya pada akhirnya menjadi bagian dari orang-orang yang terkena sindrom belanja lebaran, bedanya saya tak menghabiskan uang untuk membeli barang baru dan bukan barang-barang yang akan digunakan lebaran nanti. Saya kalap belanja buku, walaupun saya selalu kalap setiap kali belanja buku, kemarin adalah kalap sekalap kalapnya karena saya membawa uang yang cukup banyak T.T.

Sebenarnya saya hanya ingin membeli komik yang sudah saya pesan. Tapi abang langganan saya di Dewi Sartika menawarkan beberapa buku yang susah sekali ditolak karena 1. Bukunya bagus dan 2. Harganya murah, jauh lebih murah daripada saya membeli di toko buku atau hunting online, akhirnya saya pulang membawa bawaan yang sangat berat karena memang bukunya cukup tebal. 

Saya mendapatkan set buku Gajah Mada 1-5 karangan Langit Kresna Hadi, buku Sejarah Dunia Kuno yang ditulis Bauer, beberapa komik DDS dan Detective Conan, seri komik musik La Corda d'Oro, buku anak berbahasa inggris tentang Mozart, Lord of The Rings part 2, dua buku ensiklopedia terbitan pustaka lebah dan tiga buku anak berbahasa korea, terakhir saya membeli buku Indonesia Mengajar karangan Pengajar Muda angkatan pertama. 

Cukup banyak bukan untuk ukutan sekali belanja ? 

Sebenarnya saya tidak pernah bangga tiap kali gelap mata ketika belanja buku, malah seringkali takut tidak terbaca, buku-buku yang saya sebutkan diatas tadi akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk dibaca. Tapi saya juga tidak akan berpura-pura sedih karena uang saya habis untuk dibelikan buku, entah mengapa saya selalu merasa bahagia setiap habis hunting buku, walaupun saya tahu sebulan penuh ini saya tidak akan bisa pergi kemana-mana karena uang saya habis untuk buku.

Nah, dengan banyaknya dana yang saya habiskan untuk membeli buku saya jadi termotivasi untuk lebih sering menulis ulasan buku yang saya baca, walalupun ulasan saya belum sekeren ulasan blogger buku yang saya baca, tapi semoga ulasannya nanti bisa bermanfaat bagi yang membaca :) 

Oh iya sudah hari ke 27 di bulan Ramadhan, artinya 3 hari lagi lebaran dan suasana liburan sudah sangat terasa, walaupun saya sudah libur selama seminggu  !! hehe, seharusnya saya punya banyak waktu untuk menulis di blog :) semoga liburan lebaran ini bisa jadi waktu yang produktif ya bagi kita semuaa ! Amien

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • Review Buku Angsa dan Kelelawar karya Keigo Higashino
  • Sabtu yang Menyenangkan dan kenapa saya suka membeli bunga
  • Review Asri: Manabeshima Island Japan karya Florent Chavouet
  • Main ke Toko Buku Pelagia Bandung
  • Review Asri - the house of my mother karya Shari Franke

Arsip Blog

  • ▼  2025 (16)
    • ▼  Mei 2025 (3)
      • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yu...
      • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim ...
      • Tiap Anak Berbeda, Termasuk Proses Melahirkannya; ...
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes