Perjalanan masak-masak di rumah kami, bisa dibilang seperti perjalanan beragama, ada fase naaaaiiiiik, ada fase turuuuuun drastis, ada fase semangat-semangat-semangat cek-cek cookpad kaya denger ceramah ramadhan, ada fase ya udah deh beli aja.
Alhamdulillah, setahun menikah, kami sama-sama tidak punya tekanan untuk menyiapkan makanan sendiri (baca: masak) setiap hari. Mas Har gak pernah maksa saya masak, saya gak pernah maksa Mas Har masak, dan belum ada desakan-desakan eksternal seperti keharusan ngirit-ngirit banget yang kalau gak masak pengeluarannya jebol atau keharusan masak sendiri karena makan harus super-duper sehat misalnya.
Terkait hubungan antara masak dan irit, sebenarnya gampang banget ditepis sih kalau hanya hidup berdua haha, ya gimana ya, walau gak masak bukan berarti kami take-away Ta-Wan atau makanan dari Dapur Kraton hahaa, gak masak ya berarti tetap masak nasi, terus beli lauk di warteg atau warung nasi. Paket komplit kaya masak aja: menu protein, menu sayur + tambahan pelengkap lainnya. Harganya, kadaaaang jauh lebih murah daripada masak, kadang sama, tapi jarang lebih mahal. Mahal kalau seharian kami sama-sama sibuk sampai masak nasi pun bikin rusuh ajaa, baru take-away nasi+lauk, yang pasti lebih mahal dari biasanya, makanya kalau udah take-away + nasi ini, kami sekalian cheat jajan yang enak karena sekalian mahal.
Kesadaran yang sama tentang masak bukan jadi "kewajiban" di rumah, malah bikin saya jauh lebih seloooow dan menikmati perjalanan masak-masak. Saya jadi suka sekali masak untuk makan saya dan Mas Har, rasanya senang bisa bangun lebih awal, belanja lima menit buat masak hari itu, masak-masak semuanya sendiri di dapur sambil dengar lagu atau dengar podcast gak diganggu siapapun kecuali kucing gang yang kadang suka nerobos masuk rumah.
Masakan saya juga berkembang setahun belakangan, dari yang awalnya cuma bisa tumis-tumis, sekarang mulai berani eksperimen yang aneh-aneh dari ayam woku, ikan bakar sampai pernah sekali waktu bikin olahan jantung pisang + kelapa kesukaan Mas Har.
Kalau dihitung-hitung, sehari-hari cost untuk siapin makanan di rumah (sarapan + makan siang + makan malam) dengan menu nasi + protein hewani (ayam/ikan) ~~saya baru sekali doang ngolah daging + protein nabati (tempe/tahu) + sayur-sayur + buah itu bisa berkisar dari 30.000 - 70.000 tergantung apa yang diolah. Sama kaya beli 3 lauk di warteg kan heheee. Tapi memang sekarang mengalami betul betapa menyenangkan dan serunya masak-masak di dapur.
Satu hal yang masih bikin saya sering malas masak adalah: Kami belum punya sink/wastafel di rumah kontrakan kami. Sebetulnya mau banget bikin dari awal ngontrak; tapi maju mundur karena ini masih rumah kontrakan, mau beli yang portable udah susah cari tempat dan ngakalin saluran-saluran airnya, mau bikin kitchen set, Yakaaaleeee ini bukan rumah kami. Sampai sekarang, tempat cuci piring masih nebeng di kamar mandi, dan saya ogaaah banget cuci piring di kamar mandi, selain karena harus duduk jongkok, juga karena prosesnya lebih panjang dari pada nyuci di sink, habis cuci piring, harus bersihin kamar mandinya juga. Akhirnya tugas cuci piring, jatuh ke Mas Har, saya bantu sesekali doang kalau lagi pengen. Tapi itu jadi kewajiban Mas Har, saya masak, Mas Har cuci piring hehee.
Aaaah, minggu ini pencapaian bisa masak Senin-Selasa-Rabu-Kamis, siap sebelum jam delapan pagi, biar jam delapan bisa langsung kerja. Mau share foto-foto kehebohan di dapur biar resmi sudaaah jadi Ibu Rumah Tangga (yang suka pamer dedapuran hahaaaa, gapapa yaaa).