Review Asri - Buku Kitchen karya Yoshimoto Banana


"Mereka yang kita cintai suatu saat akan mati. Namun, kita tetap harus melanjutkan hidup".
- Kitchen - Yoshimoto Banana, hal. 126.

---

Kitchen jadi salah satu bacaan saya yang cukup menarik di bulan Agustus. Ini salah satu buku yang saya beli karena pengaruh alogaritma Instagram haha! buku ini berseliwaran di timeline medsos saya di bulan Juli, jadi waktu belanja beberapa buku yang ingin saya baca di Agustus, saya masukkan buku ini. Walaupun baru dibaca di akhir Agustus.

Buku ini ternyata mendadak 'tenar' karena lagi-lagi pengaruh boyband paling berpengaruh di abad ini: BTS. Huwah gila juga ya pengaruh BTS tidak berhenti di musik tapi juga masuk ke dunia literasi :), jadi katanya buku ini pernah dibaca oleh RM BTS (yang saya gatau yang mana huhu :')), tapi suatu saat harus kenalan sepertinya sama mas-mas ganteng BTS yang sudah mengenalkan banyak orang ke pilihan bacaan baru. 

---

Buku ini berisi tiga cerita yang ketiganya punya satu tema yang sama: Ditinggal orang tercinta dan serta bagaimana menyikapi hal itu. Buku ini berbentuk novela dengan tiga cerita. Cerita satu dan dua berhubungan jadi cukup panjang dan saya yang lebih suka baca cerita panjang dibanding cerita pendek lebih senang kisah kitchen 1 & 2. Sementara kisah ketiga berjudul Moonlight Shadow, memiliki tokoh dan jalan cerita yang berbeda. 

Buku ini diawali dengan cerita Sakurai Mikage, si tokoh aku yang sedang menceritakan betapa ia menyukai dapur. "Tempat yang paling kusukai di dunia ini adalah dapur" adalah paragraf pertama yang merupakan isi hati Mikage, yang saat itu baru saja ditinggal pergi neneknya, sekaligus anggota keluarga terakhir yang ia miliki. Ia kemudian bertemu dengan Tanabe Yuichi, seorang kenalan neneknya yang merupakan mahasiswa seumuran Mikage. 

Tanabe datang dengan penawaran menarik bagi Mikage yang baru saja ditinggal sebatang kara: tawaran untuk tinggal di apartemen Tanabe, bersama Ibu Tanabe, Eriko. 

Mikage yang baru saya mengenal Tanabe di pemakaman neneknya, tentu bingung setengah mati, tapi kegigihan Tanabe berujung dengan Mikage mencoba hidup bersama Tanabe. Disinilah cerita-cerita baru Mikage dan Tanabe dimulai. 

---

Kisah kedua masih tetap mengambil perspektif Mikage sebagai si 'Aku', bedanya kali ini bukan ia yang kehilangan seorang yang dicintai, tapi Tanabe. Membaca cerita Mikage dan Tanabe, yang memiliki cara berbeda untuk memproses kesedihan mereka membuat saya melihat kembali ke diri saya sendiri ketika berada di posisi mereka berdua. 

Tahun 2018, saya ditinggal ayah pergi untuk selama-lamanya. Saya cukup sulit memproses kesedihan namun saya punya support system yang kuat kala itu. Ibu, kekasih (sekarang suami), adik-adik dan teman-teman yang amat pengertian membuat saya bisa melanjutkan hari-hari setelah Ayah pergi tanpa kesulitan berarti. Tentunya ketika tiba saat malam-malam sendirian di kosan, ketika saya bekerja di Jakarta, tangis kadang tak terhindarkan. Kadang saya bisa menangis meraung-raung sampai tengah malam, ada kalanya ketika sedih karena banyak hal, saya mengingat Ayah untuk membantu saya melepaskan perasaan sedih saya lewat tangisan. Masa-masa itu, rasanya masih seperti kemarin, padahal sudah lewat tiga tahun. 

Cara Mikage memahami Tanabe, adalah cara orang-orang yang pernah merasakan kehilangan orang tercinta, terutama keluarga. Mikage memahami isi kepala Tanabe yang ingin pergi dari tempat ia biasa menghabiskan hari-hari bersama orang tercinta yang sekarang tiada. Meskipun cara Mikage dan Tanabe memproses duka sungguh berbeda, tapi kekacauan-kekacauan kegiatan harian, 'tiba-tiba menghilang' dan beragam hal kecil yang dirasakan Tanabe dan Mikage, adalah cara yang saya bisa pahami karena pernah berada di posisi mereka. 

---

Saya tak akan banyak mengulas cerita ketiga, ceritanya pendek dan berbeda dengan Kitchen, tapi membekas perihnya karena satu hal: di cerita ini, tokoh aku ditinggal seorang kekasih, bukan anggota keluarga seperti Kitchen. Saya termasuk orang yang merasa bisa sangat hancur saat ditinggal kekasih. Membayangkan pasangan hidup saya pergi adalah hal yang mengerikan rasanya :'), apalagi setelah punya anak. 

Oh iya, tokoh favorit saya di buku ini adalah Eriko, Ibu Yuichi Tanabe. Waktu saya tahu apa yang terjadi pada Eriko, tidak terbayang bagi saya orang tua akan melakukan hal seekstrim itu untuk anaknya. Walaupun tentu perlu dicek lebih jauh faktor pengambil keputusan Eriko, bisa jadi bukan hanya karena Tanabe (aduuuh, ini kalau agak sulit dipahami keputusan apa yang dimaksud mohon maklum ya, saya gak mau spoiler huhu). 

Tapi apa yang dilakukan Eriko tetap membuat saya merasa hangat sekali, dan yang luar biasa adalah penerimaan Yuichi Tanabe terhadap keputusan Eriko. 

--- 

Buku ini menarik sekali untuk jadi bacaan akhir pekan atau bacaan pelepas lelah setelah bekerja. 

Kitchen adalah buku fiksi yang mengajarkan kita semua bahwa cara memproses kesedihan tiap orang bisa jadi berbeda-beda. DAN ITU TIDAK APA-APA. 

Informasi Buku
Judul: Kitchen
Penulis: Yoshimoto Banana
Penerjemah: Ribeka Ota
Penerbit: Penerbit Haru
Terbitan: Cetakan pertama, April 2021. Pertama diterbitkan 1988
Jumlah halaman: 224 Halaman
ISBN: 978-623-7351-68-9
Bahasa: Indonesia
Harga: (P. Jawa) Rp. 93.000
e-Book tersedia di Amazon Kindle (Bahasa Inggris)

1 comments

  1. Anonim1/29/2022

    Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

leave yout comment here :)