Journal Asri

Ketika masih kuliah dulu, saya sangat suka sekali menulis cerita perjalanan. Saking sukanya, saya agak terobsesi, banyak belajar, blog-walking ke blog para traveler yang jago banget nulis, beli buku travel blogger yang terkenal kala itu, sampai ikut kelas-kelas menulis perjalanan secara luring (waktu itu belum marak kelas daring). 

Saya pikir dulu saya senang menulis tentang perjalanan karena banyak perjalanan yang saya lakukan, mulai dari yang dekat sampai yang jauh. Tapi sepanjang bekerja di 2023-2024 saya juga banyak sekali melakukan perjalanan ke tempat-tempat baru, dari Aceh sampai Papua, ternyata bukan tempatnya yang jadi kendala,  belakangan saya menyadari kenapa saya tidak bisa menuliskan cerita perjalanan saya yang padahal lebih beragam tempatnya: saya jadi tidak memaknai perjalanan saya karena harus bekerja dengan ritme cepat.

Perjalanan ketika bekerja artinya buru-buru berangkat ke bandara, ini biasanya dari jam 02.00 atau 03.00 dini hari, karena saya tinggal di Cimahi dan penerbangan kebanyakan dari Soekarno Hatta, dan buru-buru pulang mengambil pesawat tercepat yang bisa diambil, lalu segera lanjut ke Cimahi menggunakan travel tercepat yang tersedia, rupanya saya jarang sekali 'santai' di perjalanan yang menyangkut urusan pekerjaan karena: punya anak. Prioritas saya berubah, sesedikit mungkin waktu di perjalanan dan waktu bekerja di luar rumah agar bisa segera bertemu Rana. Hanya satu atau dua perjalanan yang memang saya niatkan lebih panjang agar bisa lebih santai dan tidak terburu-buru di jalan, salah satunya perjalanan ke Jayapura di pertengahan 2024 karena itu untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Papua. 

Jayapura - a short gateway during a work trip in 2024

Bicara tentang tulisan tentang perjalanan, salah satu penulis yang masuk ke top of mind saya adalah Agustinus Wibowo. Nama ini bukan nama yang asing ya di dunia travel writing. Bukunya sudah banyak diterbitkan penerbit mayor di Indonesia, saya sendiri punya empat bukunya di rumah, namun baru membaca dua buku yang pengalaman membacanya sangat membekas buat saya karena cara beliau memaknai perjalanan sungguh berbeda dan membuat saya sebagai pembaca merasa dibawa ke lokasi tempat beliau melakukan traveling. Tak hanya diajak 'jalan-jalan', saya juga diajak kenalan dengan orang-orang, budaya, sejarah singkat mengenai lokasi dan sejarah peradaban di tempat tersebut. 

Beberapa waktu lalu, saya membaca kumpulan tulisan Agustinus Wibowo sejak tahun 2000an sampai tulisan pada masa awal covid-19 yang dimuat dalam buku Jalan Panjang untuk Pulang. Buku ini memuat 34 tulisan Agustinus. Beberapa pernah dimuat dalam majalah travel seperti National Geographic (NG), baik NG Indonesia, atau NG di Negara lain. Dibagi menjadi empat bab: Bab 1 Lokasi, Lokasi, Lokasi, Bab 2 Melintas Batas, Bab 3 Rumah di Sini dan di Sana, dan Bab 4 Pulang, bacaan sebanyak 460 halaman ini betul-betul membuat saya kagum dengan cara Agustinus menulis dan memaknai perjalanannya. 

Mengenal Cina lewat tulisan Agustinus

Buku ini memuat cukup banyak tulisan tentang Cina, tulisan tentang Cina cukup membekas buat saya, terutama tulisan tentang sejarah keluarga yang cukup personal tentang bagaimana keluarga penulis yang asli Tionghoa bisa sampai di Indonesia, pengalaman menjadi orang Cina di Indonesia dan bagaimana pengalaman 'pulang' penulis ke Tiongkok. 

Membaca buku ini, mengingatkan saya pada buku Perkumpulan Anak Luar Nikah karya Grace Tioso yang memberikan perspektif menjadi orang Cina di Indonesia dan sedih sekali rasanya ketika membaca kutipan berikut sebagai salah satu catatan kejadian kumpulan rasisme yang terjadi ke 'Orang Cina' yang mencapai puncaknya pada 1998. 

Suharto melarang segala hal yang berhubungan dengan komunisme, dan baginya, itu termasuk segala hal yang berhubungan dengan Cina: bahasa Cina, budaya Cina, agama Cina. Orang-orang Cina di Indonesia juga diharapkan memutuskan hubungan dengan negeri leluhur dan melupakan tradisi leluhur, demi menjadi orang Indonesia seutuhnya. Tetapi, tidak peduli seberapa pun orang Cina berusaha melebih ke dalam dunia Indonesia, mereka selalu dicurigai sebagai orang luar, yang masih lebih setia pada Cina daripada Indonesia. - Hal 449

Tetapi justru di Cinalah pertama kali aku menyadari, bahwa aku bukan bagian dari negara Cina......... Di tanah kelahiranku, aku adalah orang asing; dan di tanah leluhurku, ternyata tetap aku adalah orang asing. -- Hal 458

 Di Darah dan Nasionalisme saya juga diajak membaca refleksi penulis tentang makna pulang:

Justru ketika berada di Cina, saya pertama kali menyadari betapa Indonesianya saya. 

Lewat tulisan ini, kita diajak berpikir kritis tentang makna nasionalisme dan identitas kesukuan yang seringkali menjadi konflik di beberapa tempat. Penulis mengaitkan hal ini dengan Imagined Community-nya Benedict Anderson. Orang-orang sebangsa itu, dalam angannya, memiliki darah yang sama dengan dirinya, leluhur yang sama, budaya yang sama, sejarah yang sama, musuh yang sama, impian dan masa depan yang sama. Tetapi ini, sekali lagi, adalah sebuah angan (Hal. 222).  

Semua identitas bangsa ini memang adalah imajinasi, tetapi imajinasi ini sangatlah penting. Dengan imajinasi sebagai satu bangsa ini, beratus-ratus etnik yang ada di Indonesia bisa bersatu untuk mengusir penjajah asing dan mendirikan negara Indonesia. Imajinasi bangsa ini pula yang mebuat negara -bangsa Indonesia berdiri hingga hari ini. Tetapi Nasionalisme adalah pedang bermata ganda. Disatu sisi dia berguna untuk mempersatukan "kita" untuk melawan musuh di luar, tetapi di sisi lain, dia bisa digunakan untuk menghantam orang-orang di dalam negeri sendiri yang dianggap berbeda. Di Indonesia pada era Soeharto, minoritas keturunan Tionghoa dilabeli sebagai "non-pribumi", dipaksa untuk berasimilasi dengan berbagai peraturan diskriminatif. Di Papua, tentara Indonesia pada masa Orde Baru pernah memaksa warga asli untuk melepaskan koteka dan rok jerami. Di Cina, orang-orang muslim Uighur mendapat pembatasan dalam beribadah dan bepergian. Di Myanmar, orang Rohingya dianggap sebagai pendatang ilegal. Di Eropa, keturunan imigran Muslim sering dicurigai sebagai pelaku kriminal. Di Amerika, orang kulit hitam bisa dibunuh polisi tanpa proses pengadilan (Hal. 226-227).


Tulisan ini menyadarkan saya sekali lagi kalau hidup saya sekarang banyak mudahnya ya karena saya orang Jawa tinggal di Jawa, orang muslim tinggal di negara mayoritas Muslim, itu sudah jadi privilese sendiri yang seringkali saya abaikan. 

Saya tidak pernah merasa saya rasis, semua orang, semua suku, semua agama, sama saja buat saya, saya bisa berteman dengan mereka selama saya cocok berteman sama mereka, tapi ya tulisan ini jadi bikin bertanya-tanya juga. Dengan saya sendiri gak rasis (yang mana menurut saya sendiri juga, gak objektif-objektif amat), apakah itu sudah cukup? atau ada hal lain yang bisa saya lakukan agar teman-teman minoritas bisa lebih diterima? Hal-hal seperti ini cukup bikin kepikiran setelah selesai membaca buku ini. 

Perjalanan bukan sekedar foto-foto cantik saja 

Sejak era media sosial di tahun 2010an sampai sekarang, tren plesiran untuk mengambil foto dan mengunggahnya di media sosial jadi tak terhidarkan. Saya sendiripun pernah melakukan itu ketika sedang 'fase'nya, tapi belakangan saya jarang sekali mengunggah foto perjalanan. Ketika mencoba menyelami lagi 'kenapa?', ternyata, saya tidak bisa menceritakan foto yang saya ambil tersebut. Fotonya ada cantik banget, tapi terus? apa maknanya buat saya? apa catatan saya tentang foto tersebut? tentang perjalanan tersebut?

Medio 2013-2014an, saya senang menangkap momen atau mengambil foto yang bisa bercerita. Kebanyakan saya tulis di blog, sebagian ada di medsos walaupun sebagian besar sudah diarsipkan. Sekarang, karena perjalanan hanya sekedar perjalanan saja, maknanya berkurang, saya jadi tidak bisa bercerita, alhasil tak pernah berujung mengunggahnya ke media sosial atau ke blog. 



Buku-buku Agustinus Wibowo jarang memuat foto instagram-able yang sering kamu temui di media sosial, di buku Jalan Panjang untuk Pulang ini bahkan semua gambarnya hitam putih karena tidak ada halaman berwarna, tapi saya jauh jauh jauh lebih suka membacanya dibanding melihat foto cantik dengan kontras tinggi di media sosial. Saya suka sekali foto yang bisa bercerita. Semua foto dibuku ini menjadi pelengkap bagi cerita dan semua makna perjalanan bagi penulis. Tak hanya cerita dari PoV penulis, tulisan-tulisan ini juga kebanyakan ditambahkan beberapa fakta sejarah yang baru saya tahu karena ada banyak tempat unik yang dikunjungi penulis. 

Fakta-fakta sejarah seperti awal mula konflik India dan Pakistan serta sengketa Kashmir lewat tulisan Surga yang Berontak, fakta bahwa Pakistan adalah lokasi salah satu peradaban tertua di dunia yang melahirkan agama-agama Timur di tulisan Ketika Tuhan Menjadi Negara, Kisah tentang migrasi orang-orang Jawa menjadi buruh pekerja di Suriname lewat tulisan Dukun Jawa di Belanda dan Imigran Jawa Terakhir di Suriname, bagaimana awal mula kisah diaspora Republik Maluku Selatan (RMS) di Belanda lewat tulisan Kisah Maluku di Negeri Belanda, juga fakta menarik tentang akhir pekan sebagai hari yang paling berbahaya di Papua Nugini lewat tulisan Ketika Era Prasejarah Bertemu Globalisasi. 

Ada terlalu banyak highlight dan sticky notes anotasi saya di buku ini saking banyaknya fakta baru yang saya tahu. Sejujurnya fakta sejarah ini membantu saya memahami kenapa penulis bisa memaknai perjalanan sedalam ini. Saya sampai penasaran, penulis riset sejarahnya sebelum melakukan perjalanan? atau ketika sedang menulis hasil perjalanannya? atau keduanya?
 
Buku Wajib untuk Kamu yang Suka Memaknai Perjalanan

Terakhir dari saya, buku ini wajib wajib wajib (haha tiga kali) kamu baca kalau kamu tipe orang yang mirip saya: suka memaknai perjalanan. Kadang perjalanan yang jauh dan menghabiskan banyak uang tidak selalu jadi perjalanan bermakna, kalau kita lewat memaknainya. Salah satu cara memaknai perjalanan tersebut: dengan menulis. Menceritakan apa yang kita rasakan, bagaimana interaksi kita dengan orang, dengan alam di tempat tersebut. Kadang juga bukan tentang lokasi baru atau lama, bukan jauh atau dekat, tapi seberapa 'berada di sana' kita, ketika sedang melakukan perjalanan. 

Buku ini bisa kamu beli di Gramedia atau lokapasar daring. Penulisnya juga bikin video yang menjelaskan sekilas tentang buku ini di sini, silakan tonton dulu biar makin penasaran membaca bukunya!





Beberapa waktu lalu, saya mampir ke TB Pelagia dan membeli buku yang sudah ingin sekali saya baca setelah menamatkan membaca buku Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi. Buku ini adalah spin off yang mengisahkan salah satu tokoh penting yang membantu Raden Mandasia dan Sungu Lembu masuk ke Gerbang Agung: Loki Tua. 

Pengantin-pengantin Loki Tua terbit pertama kali Juni 2023. Saya dapat cetakan pertamanya di TB Pelagia (plus agak kaget karena dapat TTD Penulis juga di halaman depannya). 

Sesuai judulnya, Pengantin-pengantin Loki Tua menceritakan kehidupan si empunya nama di judul ini. Namun jangan salah, sepanjang buku ini kita tidak hanya akan dijejali petualangan cinta atau petualangan romantis Loki Tua dengan pasangannya, melainkan kehidupan Loki Tua sendiri, sejak awal ia menjadi seorang ahli memasak hingga pertemuannya kembali dengan seorang sahabat di akhir buku. 

Pengantin-pengantin Loki Tua terdiri dari 10 Bab, yang tiap Babnya menjadi mozaik potongan kehidupan Loki Tua. Dimulai dari Gerbang Agung, Lambung Kapal, Hokulani, Kacung Marga Lo, Sumpit Merah, Karavanserai, Tujuh Pisau Batu Langit, Jiwa Manisku, Jiwa Manisku, Dua Pangeran dan Mengindahkan Angin. Buku setebal 348 halaman ini sama sekali tidak mengecewakan saya, yang bisa menamatkan membaca kurang dari 24 jam saking serunya petualangan Loki Tua. 

Loki Tua, Si Orang Biasa dengan Bakat Luar Biasa

Loki Tua pertama kali dikenalkan di buku Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi sebagai seorang koki atau ahli memasak di Rumah Makan Merak Emas, yang dimiliki oleh Hoyoso, orang terkaya di Sifar. Loki Tua memiliki perjanjian untuk memasak babi panggang setiap hari untuk dimakan Hoyoso, dan ia tidak bisa pergi dari Sifar sampai perjanjian itu selesai-- yang mana tak ada batas waktunya kecuali dibatalkan oleh Hayoso atau salah satu dari mereka mati. Meskipun dipanggil Loki Tua, Loki sebetulnya masih muda, namun seluruh rambutnya yang berwarna putih membuatnya dipanggil dengan sebutan tersebut, 

Perbedaan paling mencolok antara tokoh di buku Raden Mandasia dengan Loki Tua adalah latar belakang si tokoh utama, yang menurut saya jadinya asyik bisa membaca perbedaan PoV tokoh-tokoh di universe Raden Mandasia. Kalau Sungu Lembu adalah pemuda terhormat yang dari Banjaran Waru, Raden Mandasia adalah anak kandung Raja Watugunung sekaligus pangeran dari Kerajaan Gilingwesi, keduanya meskipun berasal dari tempat yang berbeda sama-sama dibesarkan dengan baik oleh wali/orang tua mereka. Terutama kisah Sungu Lembu yang seolah memang dipersiapkan untuk menjadi seorang terhormat oleh pamannya. Mereka dibesarkan dengan ilmu-ilmu baca tulis dan berbahasa yang baik untuk masa depan mereka, Loki Tua tidak begitu. Ia adalah warga biasa, tak bisa membaca tak juga pandai menulis.

Satu hal yang tentu mencolok dari Loki Tua, selain rambutnya adalah bakat memasaknya yang membawanya bertualang ke banyak tempat dan berakhir dengan kejadian-kejadian tak terduga, entah karena keberuntungan maupun kesialan nasibnya. Semua petualangan ini membawa Loki Tua bertemu dengan pengantin-pengantinnya. 

Pengantin-pengantin Loki Tua

[Spoiler Alert] 

Loki tua punya empat orang pengantin--perempuan yang ia nikahi, ada yang karena ia cintai betul, ada yang karena dijodohkan, ada juga yang ia nikahi karena diminta orang tua si pengantin. Kesemua pengantin ini berada di lokasi yang berbeda-beda. 

1. Hokulani

Hokulani adalah pengantin pertama Loki Tua yang ia nikahi karena Loki Tua jatuh cinta kepadanya. Kisah Loki Tua dan Hokulani juga membuka cerita menuju petualangan-petualangan Loki Tua berikutnya. Loki Tua bertemu Hokulani di Kedatuan Jolo-Jolo, tempat dimana Loki Tua menjadi Koki Kedatuan dan Hokulani menjadi abdi bagi seorang putri raja. 

2. Zuba

Loki Tua bertemu Zuba ketika sedang berada di Kurrasan dengan rombongan Sayid Al berber. Sang Ayah pernah bernazar untuk menikahkan anaknya dengan Sayid Al berber atau pengikutnya jika satu hari rombongan Sayid datang ke Kurrasan. Diantara semua pengikut Sayid Al berber, Loki Tua jadi satu-satunya pilihan untuk dinikahkan dengan Zuba. 

Pernikahan dengan Zuba jadi pernikahan paling unik karena di malam pertama Zuba bersama Loki Tua, Zuba terbuka mengatakan bahwa ia tidak siap dinikahi dan tidak mau disentuh laki-laki. Bagaimana Loki Tua menyikapinya? Ini wajib dibaca di buku. 

3. Galitia

Loki tua bertemu pengantin ketiganya, Galitia di Kotaraja Gerbang Agung. Galitia seorang janda yang sudah menikah 4x dan sudah punya 6 anak. Ini pertama kalinya Loki Tua menemukan 'gairah'nya kembali setelah melakukan perjalanan penuh petualangan. Sayangnya Loki Tua harus memilih apakah ingin tetap bersama Galitia di Kotaraja atau mengikuti perjalanan Sayid Al berber selanjutnya ke Paseh yang sudah amat dekat dengan Kepulauan Rempah-rempah tempatnya tinggal, juga dengan Kedatuan Jolo-jolo tempat Hokulani berada. 

4. Agnimurti

Pengantin terakhir Loki Tua erat kaitannya dengan cerita terkenal tentang pembuat keris terkenal di Pulau Padi. Kalau kamu membaca cerita ayah Agnimurti, tidak sulit menebak siapa tokoh Ki Ranggahasta. Sang pembuat keris meminta Loki Tua untuk menikahi anaknya, Agnimurti. Pernikahannya dengan Agnimurti jadi titik balik bagi Loki Tua untuk mencari kembali semua pengantin yang pernah ia nikahi. 

Selain pertemuan dengan empat perempuan yang akhirnya menjadi pengantin tua, kita juga akan membaca secuplik kisah kenapa Loki Tua menghindari bermain ke rumah dadu [istilah untuk tempat perjudian yang biasanya sekaligus rumah bordir].

Petualangan Gastronomi Loki Tua

"Kau memasak dengan hati" si penyair memberi pujian tambahan.  Hati. Loki Tua geli, tetapi ia menyimpannya sendiri. Kalau saja hati bisa dengan mudah membuat seorang mengolah masakan menjadi enak, dunia pasti sudah kelebihan juru masak - Pengantin-pengantin Loki Tua, halaman 156

Kisah tentang Loki Tua tentunya tak jauh dari petualangan gastronomi. Sebagai seorang koki, Loki Tua banyak belajar tentang makanan dan cara memasaknya di perjalanan ini. Pengalaman Loki Tua terutama sangat kaya ketika bertualang dengan kelompok Sumpit Merah, kelompok para Koki yang pekerjaannya menantang koki-koki hebat untuk bertarung masak. 

Loki tua belajar membuat kambing lumer kuda dan olahan daging pengerat di Padang rumput wilayah Barat Laut, belajar membuat tiram dengan sumsum sapi yang dimasak di tunku  di Kawasan Pesisir Utara, membuat Lomien dari tepung gandum kuda/rami di Timur Laut, mengolah daging pangang di Pegunugan Wu yang tungku apinya tak pernah padam selama 200 tahun serta mencicip arak terbaik di Kotaraja Zhongguo, 

Pengalaman Loki Tua juga bertambah karena ditempa di tempat dan kondisi terbatas, Bagaimana menarik hati nahkoda dengan memasak di dapur kapal, memasak daging dengan bumbu terbatas ketika menjadi budak di Jolo-Jolo, serta pengalaman memasak dan belajar memasak ketika melakukan perjalanan dengan rombongan Sayid Al Berber.

Kalau kamu suka masak seperti Loki Tua, saya yakin kamu akan sangat menikmati membaca buku ini. 


Menebak tokoh dan lokasi di buku Pengantin-pengantin Loki Tua

Satu hal yang saya suka ketika membaca buku Pengantin-pengantin Loki Tua, seperti halnya membaca Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi, adalah menebak tokoh-tokoh, peristiwa dan lokasi yang ada di buku ini. Saya sampai mencatat perjalanan Loki Tua dan tebakan saya untuk lokasi-lokasi dan tokohnya. 

[Spoiler Alert, jangan dibaca kalau ga mau dapat spoiler sebelum baca buku]




Beberapa tebakan saya terkait tokoh dan lokasi di buku Pengantin-Pengantin Loki Tua
[Spoiler Alert, jangan dibaca kalau ga mau dapat spoiler sebelum baca buku]

Tokoh

  • Sayid Al Berber
    Kebahagiaan pertama buat saya adalah berhasil menebak dengan benar tokoh Sayid Al-berber, hihi ini gak terlalu susah sebetulnya, karena berapa banyak sih pengembara muslim yang kisahnya terkenal dan sampai bikin buku dengan judul yang mirip alias dikasih hintnya banyak sekali sama penulis. Tokoh Sayid Al Berber di sini adalah Ibnu Batutah yang menuliskan perjalanannya keliling dunia dalam sebuah buku berjudul Rihlah [Dalam buku Loki Tua judul bukunya Risalah]. Kalau ada waktu untuk searching di Google/Wikipedia juga akan langsung tahu kalau Ibnu Batutah ini adalah Sayid Al Berber karena Ibnu Batutah masih keturunan Berber, sebuah suku di Afrika. [Source]
  • Ki Ranggahasta
    Ki Ranggahasta diceritakan sebagai seorang pembuat keris yang ternama di Pulau Padi, diujung hidupnya yang naas, ia menyumpahi keris buatannya akan membawa petaka ke tujuh orang anak cucu pembunuhnya. Sumpah ini mirip sekali dengan kisah Mpu Gandring yang menyumpahi Ken Arok yang tidak sabar keris buatannya tak kunjung jadi. [Source].
Tempat
  • Zhongguo
    Ini salah satu lokasi di buku Pengantin-pengantin Loki Tua yang dari penjabarannya langsung ketahuan kalau tempat ini adalah China. Nah tapi penamaan Zhongguo sama sekali tidak mengarang bebas, karena Zhongguo memang nama nama China dari Negara China [source]. Ketika membaca fakta ini saya langsung bergumam "Wow, Today I Learned".
  • Jazirah Bulan Sabit
    Buat Muslim seperti saya, mudah untuk menebak kalau Jazirah Bulan Sabit merujuk ke Arab Saudi. Di buku diceritakan kalau Al Tangi (Sayid Al berber) selama beberapa tahun menjelajah dua kota suci di Jazirah Bulan Sabit.
  • Paseh
    Ini juga gak terlalu susah buat ditebak, tebakan saya di Aceh dan semua cerita merujuk ke sini. Sejujurnya ketika membaca kata Paseh pertama kali saya memang langsung kebayang Aceh, tapi kenapanya saya gak tahu, apakah ada kerajaan di Aceh yang namanya Paseh? atau karena saya pernah melakukan perjalanan ke Bireun dan disana ada tempat namanya Paseh? Atau dekat kaitannya dengan Pasai? Samudera Pasai? Saya tidak tahu memori tentang Paseh berasal dari mana. 
  • Pulau Padi
    Pulau Padi tentunya adalah pulau Jawa!!! Di sini Loki Tua bertemu dengan Maulana, berkeliling Giri dan bertemu dengan Ki Ranggahasta, Ayah dari Agnimurti, pengantin Loki Tua ke-4.
  • Benua Jenggi
    Kalau di Raden Mandasia, yang sering disebut adalah Benua Biru a.k.a Eropa, di Loki Tua beberapa kali disebut Benua Jenggi yang saya tebak adalah Afrika. Setelah googling kilat, ternyata Jenggi merujuk ke Zanj, sebuah nama yang dipakai oleh para geografer Muslim pada abad pertengahan untuk menyebut bagian tertentu dari Afrika Tenggara (terutama Pesisir Swahili). [Source]
  • Sifar
    Sifar adalah nama tempat dimana Loki Tua melakukan perjanjian dengan Hoyoso dan membuatnya tidak bisa pergi kemana-mana selama bertahun-tahun lamanya sampai akhirnya Raden Mandasia datang, jujur saya tidak bisa menebak dimana Sifar. Tapi menurut ChatGPT, ada sebuah tempat bernama Sifar di Iran. Saya tidak bisa menebak, dan ChatGPT bisa jadi salah, tapi petunjuk lain tentang Sifar juga tidak bisa saya temukan. [Source]
  • Kedatuan Jolo-Jolo
    Tempat lain yang harus saya tanyakan ke ChatGPT tentang keberadaannya adalah Kedatuan Jolo-Jolo. Saya sempat menebak Malaysia karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dari kepulauan Rempah-Rempah dan kedatuan saya pikir kesultanan mirip dengan di Malaysia, tapi mungkin yang mendekati adalah Kesultanan Jolo, sebuah kesultanan muslim di Filipin yang bahkan tercatat di Kakawin Negarakertagama. Ini juga salah satu tempat yang saya gak yakin tebakan saya benar atau salah. [Source]
Tentu masih banyak tempat lain dan tokoh dalam buku ini yang namanya muncul namun tak bisa saya tebak hehe, tapi sekali lagi seru sekali main tebak-tebakan sambil googling untuk memastikan kalau tebakan saya benar atau mendekati benar, walaupun benar atau tidaknya tentu hanya penulis yang tau. 

Rating Asri untuk Pengantin-Pengantin Loki Tua

Coret-coret saya untuk Pengantin-pengantin Loki Tua


5/5 Bintang alias Saya suka banget banget!! setelah membaca Raden Mandasia saya gak menaruh ekspektasi apapun di spin offnya, tapi ternyata petualangan Loki Tua tidak kalah seru, bahkan buat saya lebih seru dari petualangan Sungu Lembu dan Raden Mandasia. Berharap sekali ada spin off lain dari kisah Raden Mandasia atau Loki Tua hehe. 

Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca untuk kamu yang suka cerita petualangan, sejarah dan kamu yang suka masak-masak! 

Buku ini dan buku Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi jelas masuk daftar buku terbaik yang saya baca tahun ini. 

Informasi buku
Judul: Pengantin-pengantin Loki Tua
Penulis: Yusi Avianto Pareanom
Tahun Terbit: 2023 [Cetakan pertama, Juni 2023]
Jumlah halaman: vi + 348 halaman
ISBN: 978-623-884459-1-0
Penerbit: baNANA
Harga: 125.000 [Beli di Toko Buku Pelagia, Bandung]
Tautan Goodreads: Pengantin-Pengantin Loki Tua
Rating: Dewasa
Genre: Fiksi, Fantasi, Fiksi Sejarah, Petualangan, Fiksi Indonesia

Minimarket yang Merepotkan karya Kim Ho-yeon

Informasi Buku

Judul: Minimarket yang Merepotkan / Uncanny Convenience Store / 불편한 편의점
Penulis: Kim Ho-yeon
Penerjemah: Hyacinta Louisa
Penyunting: Andry Setiawan
Diterbitkan pertama kali oleh: Penerbit Haru
Cetakan Pertama, Oktober 2022 
Jumlah halaman: 400 halaman
ISBN: 978-623-5467-0106

Blurb

(Diambil dari halaman belakang buku Minimarket yang Merepotkan)

Ada pertemuan yang mengubah hidupmu.
Dokgo adalah seorang tunawisma hilang ingatan yang berkeliaran di Stasiun Seoul. Suatu hari ia memungut dompet seorang nenek yang ternyata pengelola sebuah minimarket. Nenek tersebut melihat ketulusan Dokgo dan memberinya pekerjaan di minimarket tersebut.

Di sana, Dokgo mulai berinteraksi dengan banyak orang dan tanpa sadar mengubah jalan hidup mereka. Ada seorang gadis yang tak tahu ingin jadi apa di masa depan. Ada seorang ibu yang tak bisa berkomunikasi dengan anaknya. Ada pula lelaki pegawai kantoran yang merasa rendah diri dan tak diterima oleh istri dan putri kembarnya, dan masih banyak orang yang bertemu dengan Dokgo.

Akan tetapi, satu misteri terbesar masih tetap tersisa; siapa sebenarnya Dokgo?

Membaca Minimarket yang Merepotkan

Sebelum membaca Minimarket yang Merepotkan, saya membaca banyak sekali buku terjemahan Jepang dan Korea yang temanya serupa. Heartwarming, cosy asian fiction yang belakangan sepertinya sedang jadi trend tulisan dari penulis-penulis Asia Timur. Terakhir sekali, saya mendengarkan audiobook Days at Morisaki Bookshop yang ditulis oleh Satoshi Yagisawa, sebelumnya buku dengan tema atau genre serupa yang pernah saya baca dan saya suka sekali adalah seri Before the Coffee Gets Cold karya Toshikazu Kawaguchi. Selain menawarkan 'lokasi' yang familiar untuk pembaca, buku-buku genre ini juga menawarkan pengalaman yang membuat perasaan kita jadi lebih hangat setelah membacanya. Tapi ini bisa jadi perasaan saya saja ya hehe, gak semua bukunya memberi perasaan hangat setelah membaca, tapi sepertinya beberapa penulis berusaha membuat pembaca bersyukur atas hal-hal kecil dan sederhana dalam kehidupan. 


Minimarket yang merepotkan ini salah satu buku yang menurut saya masuk ke genre tersebut. Tapi sayangnya, saya membaca buku ini ketika saya sudah agak bosan dengan tema buku serupa. Belum lagi, dibanding buku lainnya, buku ini cukup tebal. 400 halaman. Walaupun selesai dibaca (gak DNF hehe), tapi tidak semembekas buku-buku lainnya dengan genre serupa yang saya baca sebelumnya. 

Seperti yang ditulis di blurb, tokoh utama dalam buku ini adalah Dokgo. Seorang lelaki paruh baya yang 'ditemukan' nenek tua pemilik minimarket di Stasiun Seoul. Ketika ditemukan, keadaan Dokgo hilang ingatan, berantakan dan betul-betul terlihat seperti tunawisma yang hidup tanpa tujuan berarti. 

Nenek yang merasa Dokgo adalah tunawisma yang berbeda, menawarkan pekerjaan menjaga minimarket miliknya, terutama di shift malam, karena Nenek kesulitan menemukan pekerja shift malam. Dokgo mulai bekerja disana dan perlahan tapi pasti ingatannya juga kembali seiring aktivitasnya di Minimarket. 

Dokgo dan Warga Minimarket

Ketika membaca judulnya, saya sudah bisa menebak isi buku ini adalah interaksi antara Dokgo dengan warga Minimarket. Bukan hanya pelanggan, tapi juga penjaga minimarket di shift lain. Cara Dokgo membantu mereka semua bisa dibilang unik. Ada yang pegawai yang ia bantu dengan cara memberi tahu potensi 'mengajar'nya, ada seorang Ayah yang kikuk relasi dengan keluarganya yang Dokgo bantu dengan mengurangi kecanduannya pada Alkohol, ada Ibu yang ia bantu dengan saran menuliskan apa yang ia pikirkan tentang anaknya alih-alih berbicara yang berakhir berantem, uniknya dimana? uniknya hampir semua tokoh di buku ini awalnya meremehkan Dokgo, karena tampilannya yang tidak meyakinkan. 

Cara Dokgo bekerja dan memperlakukan orang tentunya makin membuat penasaran orang-orang yang berinteraksi dengannya. Pada akhirnya, anak si nenek pemiliki minimarket yang tidak suka dengan keberadaan Dokgolah yang mencari tahu tentang Dokgo dengan menyewa seorang Detektif--yang akhirnya agak plot twist juga. 

Buat saya yang sudah mulai bisa melihat pola cerita buku ini, 400 halaman rasanya panjang sekali.. Terlalu tebal dan terlalu banyak cerita antara Dokgo dan warga minimarket. Beberapa diantaranya memang sangat menarik, seperti ketika Dokgo bertemu seorang penulis pemula yang terinspirasi menulis tentangnya. Tapi ada juga yang menurut saya kalau dihilangkan, tidak akan mengubah cerita secara signifikan.

Siapa Dokgo

Cerita tentang siapa Dokgo dan proses ingatannya kembali sayangnya baru akan kamu temukan di akhir cerita, jadi alih-alih menjahit perlahan memory Dokgo yang telah kembali di setiap chapter cerita, penulis memilih menempatkan semua potongan memory Dokgo dan apa yang terjadi padanya di akhir. Ini agak saya sayangkan karena pasti akan lebih bikin penasaran ketika kepingan memory Dokgo mulai dibahas usai ia membantu pelanggan-pelanggannya. 

Apa yang menarik dari buku ini?

Walaupun buku ini masuk ke genre buku-buku heartwarming asian fiction seperti yang saya bahas diatas tadi, buku ini punya banyak kritik sosial yang on point, salah satu yang membekas buat saya adalah refleksi Kyungman, salah satu tokoh yang 'dibantu' Dokgo tentang privilege. Ia yang awalnya merasa bisa baik-baik saja walaupun berasal dari keluarga miskin, terjebak dalam pola pikir kalau hidup dengan tekun saja cukup dan keluarganya baik baik saja mulai berubah dan akhirnya seiring waktu belajar kalau orang-orang kaya akan selalu punya kesempatan lebih baik karena punya garis start yang dimulai jauh sebelum ia berjuang. 

Buku ini juga menawarkan kita untuk membaca 'Korea' secara berbeda. Tak seperti drama korea yang memperlihatkan semua indah-indahnya Korea, buku ini memberikan kita sisi lain. Mulai dari Tunawisma, pengangguran dan penipuan semuanya ada di buku ini. well di Drakor juga banyak yaa sebetulnya cerita seperti ini, tapi di buku ini, semua tokohnya adalah tokoh 'biasa' seperti halnya kita pembacanya. 

Jangan baca buku ini kalau:

Kalau kamu sudah bosan sama cerita-cerita heartwarming dari Jepang atau Korea, baiknya baca ini disimpan nanti dulu ajaa. Karena nanti malah bisa jadi masuk reading slump, selain genrenya serupa, halamannya juga banyak sekali. 

Tapi kalau kamu malah penggemar genre tersebut, wajib baca lah!




Sejak akhir April pekan lalu, saya resmi jadi Ibu dua anak ☺
Sebuah profil yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. 

Sore ini, seminggu lebih sedikit setelah melahirkan, saya menikmati waktu sendiri sambil minum Indocafe Coffeemix yang saya seduh dari dapur, sambil mendengarkan playlist random di YouTube. Mas Har dan Rana sedang di kamar, membacakan buku untuk Ayu, anggota baru keluarga kami. Rasanya saya ingin menuliskan sedikit pengalaman tak terlupakan beberapa hari lalu melahirkan Ayu. Sungguh pengalaman yang tak akan terlupakan seumur hidup saya sepertinya :) 

Katanya, proses melahirkan akan selalu unik, walaupun ada polanya yang dikuasai betul para bidan dan obgyn, tapi tiap ibu akan mengalami pengalaman berbeda, bahkan tiap anak yang dilahirkan Ibu yang samapun, prosesnya akan selalu berbeda. Pengalaman melahirkan Ayu kemarin memberikan saya pengalaman untuk membuktikan keunikan tersebut. 

Pengalaman Pertama - Sebuah pengalaman yang dimudahkan Tuhan

Empat tahun lalu, ketika melahirkan Rana, saya tidak mengalami kesulitan berarti pada proses melahirkan, masih bekerja di hari Rabu dan tidak merasakan kontraksi apapun, namun malamnya kontraksi dan langsung ke Klinik Bidan sudah pembukaan tiga. Masuk dini hari, menunggu hingga subuh sampai pembukaan lengkap, kurang lebih enam jam, melahirkan antara pukul enam ke tujuh pagi. Saya melahirkan dengan metode pervaginam atau sering dibahasakan lahiran normal. Setelah mengeluarkan ari-ari dan dijahit cukup lama, saya kembali ke ruangan saya pukul delapan, sudah jalan kaki, dibantu keluarga, tanpa kesulitan berarti. Bisa dibilang, proses melahirkan normal kala itu, skala sakitnya 6/10 buat saya, yang paling menyakitkan adalah kontraksi mengunggu pembukaan lengkap LOL itu skala sakitnya 100/10, alias sakit sekali dan bikin saya berpikir saya gak mauu melahirkan lagi.

Setelah proses melahirkan, saya cukup berdarah-darah di proses pemulihannya karena ada penyakit lain (hello ambeien!!) yang menyertai dan membuat saya tidak nyaman setelah melahirkan, terutama ketika harus BAB :')) (PS: dua pekan setelah melahirkan, akhirnya berobat intens ke internist dan alhamdulillah ambeiennya membaik tanpa harus Operasi). 

Tambahan lainnya melahirkan Rana adalah pengalaman pertama buat saya, bukan hanya melahirkannya, mengurus newbornnya juga. Pulang dari klinik bidan, saya tidak ke rumah, tapi ke rumah Ibu. Awal-awal kehidupan Rana dikelilingi Embah, Om, Tantenya juga selain saya dan Ayahnya. Support yang amat berarti buat Ibu baru seperti saya yang banyak bingungnya. Sebulan setelah dapat support penuh di rumah Ibu, saya kembali pulang ke rumah. Di rumah lumayan harus beradaptasi lagi, sempat kena baby blues sedikit :') tidak lama memang tapi lumayan terbayang repot dan nangis-nangisnya. 

Bisa dibilang, pengalaman pertama saya melahirkan dan mengurus bayi tidak semulus jalan tol (yaaa-- kayanya juga jarang yaa Ibu yang bisa melewati ini dengan mulus, tiap Ibu punya tantangannya masing-masing). Jadi saya agak trauma untuk hamil dan melahirkan lagi. 

Pengalaman Kedua - Dari ILA sampai Caesar

Ketika tahu kalau kami diamanahkan anak kedua di 2024, saya agak panik karena pengalaman pertama tersebut. Jadinya, agak sedikit lebih banyak mikir dan mempersiapkan supaya saya bisa melahirkan dan mengasuh bayi newborn dengan minim trauma. 

Saya dan suami memutuskan untuk melahirkan dengan metode ILA, kebetulan klinik tempat obgyn kami menawarkan metode ini, harganya lumayan memang, jauh lebih mahal dibanding lahiran dengan metode biasa non BPJS. Tapi masih masuk budget melahirkan kami dengan biaya sendiri. Metode ILA ini menawarkan metode melahirkan minim trauma, jadi Ibu akan tetap ditunggu kontraksi alami sampai pembukaan 4 atau 5, setelah itu Ibu akan disuntik anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dari perut ke bawah tidak bisa merasakan sakit lagi, termasuk sakit kontraksi yang luar biasa menuju pembukaan lengkap. Jika nantinya harus dijahit pun, tidak akan terasa sakitnya. 

Pengalaman melahirkan Ayu agak mirip Rana dimana keduanya belum juga lahir di HPL dokter/bidan. Dokter sudah menjadwalkan induksi atau caesar jika hingga H+5 dari HPL tersebut masih belum ada kontraksi, di H+4, kontraksi tersebut datang. Pagi-pagi ketika bangun saya tahu ini kontraksi intense yang ditunggu-tunggu. Jam 09.00 pagi kami tiba di klinik setelah mempersiapkan semuanya. Saya langsung dicek dan betul sudah pembukaan tiga, pengecekan CTG dilakukan, sekitar satu jam di ruangan tindakan, saya kemudian pindah ke kamar inap dan menunggu pembukaan di kamar. Sampai jam 10.00 saya masih bisa main HP dengan tenang, setelahnya, kontraksi yang datang sudah cukup bikin saya minta pain killer  LOL. Masalahnya, pembukaan saya belum maju sehingga belum bisa dilakukan suntik ILA, tapi sakitnya sudah MasyaAllah sekali. 

Pukul 13.40 akhirnya saya masuk ruang tindakan dan mulai dibius ILA. Rasanya setelah dibius Ya Ampun, all the pain went away MasyaAllah sekali. Tapi proses bius saya juga agak lama dikontrol setelahnya karena tekanan darah saya sempat drop dan saya hampir hilang kesadaran, sehingga harus diberikan obat oleh dokter anastesinya. Tak lama, sekitar jam 14.00 lebih sedikit, semua lebih terkontrol. Karena saya tidak bisa lagi merasakan kontraksi, detak jantung bayi dimonitor menggunakan CTG sepanjang proses ILA ini. Beberapa kali detak jantung janin turun, namun ini karena asupan oksigen yang kurang ke perut. Sehingga bidan dan perawat terus mengingatkan saya untuk tenang dan menghirup oksigen dengan panjang. 

Pukul 16.00, dokter kandungan masuk dan bersiap untuk memimpin persalinan. Ketuban saya sudah pecah dan pembukaan sudah penuh. Disinilah proses yang saya kira bisa jadi minim trauma malah jadi lebih heboh dari proses melahirkan pertama saya. Bayi saya tak juga turun meskipun sudah terus mengejan sesuai arahan dokter dan bidan. Posisinya juga tidak memungkinkan untuk divakum karena masih terlalu jauh, ternyata bayi saya lebih besar dari ukuran panggul saya :') satu jam terus mencoba dan perut saya didorong-dorong bidan dan dokter untuk menurunkan bayi ketika saya mengejan (ini sakit BANGET). Sampai pukul 17.00 energi saya sudah mulai habis, bius rasanya berkurang drastis dan saya mulai merasakan kesakitan kontraksi penuh tapi bayi belum juga keluar. Setelah mencoba lagi sekitar 30 menit, akhirnya.... saya dilarikan ke RS untuk operasi caesar. 

Ini pertama kalinya dalam hidup saya harus menahan kesakitan diatas ambulans, bius sudah hilang sepenuhnya, sakitnya MasyaAllah.. saya sudah gak bisa berpikir dengan jernih rasanya.. di ambulans saya ditemani Bidan dari klinik, suami harus nyetir bawa mobil juga dibelakang ambulans karena semua  barang ada di mobil. Sampai IGD dalam 15 menit, agak chaos, ada Ibu hamil lain yang juga sedang dirujuk untuk SC tapi saya dapat prioritas untuk SC duluan karena kondisi saya sudah gawat darurat :') sepanjang menunggu saya cuma bisa menahan sakit sambil berucap 'sakit banget' setengah nangis, padahal sudah ingin sekali nangis, tapi saya tahu nangis malah menghabiskan energi saya yang sudah hampir habis kali ini. Jadi ya udah. Lucunya di IGD, ada Ibu-Ibu yang sedang menunggu anaknya melahirkan tadi, tapi gak tega lihat saya terus kesakitan, dia datang sambil ngelus-elus kepala saya sambil bilang 'yang sabar ya neng, bentar lagi da'. I guess kondisi saya dimata orang lain kayanya udah chaotic banget waktu itu.

Pukul 18.00 Saya dibawa ke ruang operasi, sudah tidak sabar sekali dibius untuk menghilangkan rasa sakit :'), setelah bius masuk, Ya Ampuuuun rasanyaaa huhuuu, siapapun yang menemukan obat bius pokoknya semoga pahala mengalir untukmu sampai kapanpun! Pertanyaan pertama saya ke dokter anastesi cuma satu "Saya boleh tidur gak dok? saya capek banget", dokternya tahu saya sudah dipimpin persalinan normal sampai 90 menit, jadi dia juga menyarankan saya untuk tidur saja kalau bisa, nanti dibangunkan ketika bayi lahir. Saya langsung tidur sampai tidak sadar ketika perut saya sudah mulai dioperasi, baru kebangun-bangun ketika dengar suara bayi menangis, yang ternyata 15 menit saja dari dari proses saya dibius alias cepat sekali, saya dibangunkan dokter, diinfokan kalau bayi saya lahir dengan selamat. Mengucap Alhamdulillah dan kembali melanjutkan tidur LOL capeeeeeek bgt bgt bgt. Gak lama perawat masuk dan membawa bayi saya yang sudah dibersihkan dan sudah lebih dulu dibawa ke Ayahnya untuk diadzanin. Saya sudah gak bisa nangis saking bersyukurnya, cuma bisa senyum dan menyapa Ayu, menciumnya perlahan dan mengucapkan terima kasih ke semua orang di ruangan. 

Proses operasi caesar nyatanya gak semenakutkan yang saya bayangkan (walaupun ini agak gak adil juga karena saya gak pernah membayangkan harus dioperasi caesar, selama ini selalu berlatih untuk lahiran pervaginam). Prosesnya jelas tanpa rasa sakit karena dibius sepanjang operasi. Tak lama setelah bertemu Ayu, saya tak lagi tidur, malah bisa ngobrol sama dokter yang bertugas menjahit luka saya dan dokter anastesi di ruangan. Ngobrolnya juga cukup seru dan meriah karena ketika dokternya tahu saya alumni Indonesia Mengajar, dia cerita kalau dia juga alumni Nusantara Sehat dan kami bertukar pengalaman bertugas di daerah terpencil. 

Tapiiiiiiiiiii yang sakit, seperti halnya lahiran normal, adalah recovery setelahnya. 

Recovery setelah hampir lahiran Normal + Operasi Caesar

Setelah operasi, dokter utama yang mengoperasi saya berpesan untuk makan banyak protein, gak ada pantangan makan apapun, harus mandi once sudah aman nyaman buat ke kamar mandi dan banyak bergerak. Beliau lanjut mengoperasi pasien lain, saya dibantu dokter lain yang menjahit perut saya. Setelah selesai, seperti beberapa pengalaman Ibu yang harus caesar, saya menggigil di ruang operasi. Yang mana normal karena saya habis kehilangan banyak darah dan ruangan operasi kan dingin supaya tetap bisa steril. 

Saya menunggu sekitar 20 menit di ruang tunggu antara ruang operasi sebelum akhirnya dibawa ke ruang inap di lantai yang berbeda. Di sana Mas Har sudah menunggu dan terlihat lebih tenang ketika melihat saya sudah tidak lagi se-kesakitan sebelumnya. Di kamar, saya diinfokan perawat kalau saya boleh makan dalam 2 jam, dan diminta untuk latihan miring kanan kiri jika sudah memungkinkan setelah makan. Tapi karena hari sudah malam, saya juga tidak terlalu lapar, saya cuma makan sedikit sekali untuk minum obat saja. 

Setelah dua jam, selain sudah bisa makan, bius juga sudah hilang sempurna :') artinya rasa sakit kembali datang, dan dalam enam jam pertama, perawat saya bilang infus dipasang dilengkapi obat untuk 'menyelesaikan' kontaksi supaya darah-darah sisa keluar semua. Ini sakit banget siiiiiih. Saya beneran minta painkiller dan dikasih obat sama perawatnya. Ada satu waktu dimana perawat masuk untuk pencet-pencet perut (agak trauma inget perut dipencet di lahiran normal tadi), hwaaa saya hampir teriak sampai sakitnya, tapi kata suami saya darah-darah sisa emang beneran langsung keluar dan ini kayanya efektif biar proses sakitnya ya udah pas dipencet itu aja (ini agak sotoy, gak ngerti juga, ikut perawatnya aja). 

Tengah malam, tepat 6 jam setelah Ayu diobservasi di ruang bayi, dia dibawa ke ruangan saya, langsung saya susuin dan alhamdulillah ASInya langsung keluar (keluar dikit tentunya, tapi saya yakin sesuai sama kebutuhannya Ayu sebagai bayi newborn). Datangnya Ayu di ruangan lumayan nambahin tingkat happy dan meredakan sedikit sakit, karena fokusnya jadi ke Ayu. Obat infus saya juga sudah diganti isinya jadi pereda nyeri, bukan lagi obat untuk ngabisin kontraksi yang bikin sakit tadi. Gak lama, kami semua lanjut tidur sampai subuh. 

H+1 setelah operasi

Jam enam pagi, perawat datang untuk ambil bayi-bayi dari ruangan untuk dimandikan. Saya diminta latihan duduk biar semakin enak menyusui. Kalau saya berhasil bergerak dengan signifikan hari ini (baca: bisa jalan), saya bisa pulang sore nanti, tepat 24 jam setelah operasi. Saya langsung semangat sekaliiii buat belajar jalan, tapi nyatanya untuk dudukpun sakitnya setengah mati. Jadi saya bertahap duduk, berdiri, duduk lagi dan gerak-gerakin badan sambil tiduran. Berdiri bikin pusing banget, saya belum bisa jalan sampai tengah hari. Jam 12.00 baru saya berlatih jalan sama Mas Har dan jalan keluar kamar lalu masuk kamar lagi aja AllahuAkbar, keringat saya gak berhenti ngucur. Saya juga pusing sekali (salah strategi harusnya latihan berdirinya agak lebih lama). Ampun deh painful banget pokoknya belajar mobilitas di H+1 ini. 

Sekitar Ashar saya berhasil jalan lagi, kali ini ke kamar mandi, sekalian BAK untuk pertama kalinya karena kateter sudah dilepas (Alhamdulillllllaaaaaaah gak sakit, takut banget sakit kaya waktu lahiran normal). Sakit bangetnya tetap: pas jalan dan bergerak. 

Karena saya bisa jalan, sudah bisa BAK ke kamar mandi walaupun didampingi, bayi sehat dan gak ada tanda-tanda pendarahan pada saya + gak ada tanda pemburukan usai operasi, saya dibolehkan pulang. Huhu senang sekaliiii akhirnya pulang. Satu hal yang saya gak sangka adalah bisa pulang 24 jam saja setelah operasi caesar. Sampai rumah beberapa hari kemudian baru tahu kalau proses lahiran caesar sekarang sudah menggunakan metode ERACS untuk mengurangi sakit pada ibu dan mempercepat proses pemulihan. Tapi terus bertanya-tanya juga kalau ERACS masih sesakit ini proses pemulihannya, gimana dulu waktu belum ERACS? :')) 

H+2 setelah operasi

H+2, masalah saya masih sama: mobilitas, bergerak masih menyakitkan, tapi karena di rumah, jadi lebih leluasa untuk belajar mobilitas lagi. Tiduran masih belum dapat posisi nyaman, miring kanan kiri masih menyakitkan. Tapi H+2 ini saya akhirnya punya tenaga dan keberanian buat mandi :') dibantu tentunya karena bahaya kalau sampai jatuh di kamar mandi. Tapi setelah mandi, huwah enaaaak banget. 
Oiya, hari kedua juga saya menemukan keajaiban dunia di dunia ibu-habis-melahirkan yang saya beli jauh-jauh hari tapi bisa-bisanya gak dipakai dari hari pertama: KORSET. Setelah pakai korset, mobilitas saya lumayan upgraded jadi lebih baik. Kalau dihitung-hitung, di hari kedua saya sudah bisa jalan 100-150 steps. 

H+3 setelah operasi

Perlahan tapi pasti, mobilitas makin membaik, masih sakit banget dipakai jalan dan miring kanan-kiri, masih belum menemukan posisi tidur yang baik, sudah harus dipaksa begadang karena punya bayi lagi hehe, berujung sakit kepala hebat dan mereda dibantu parasetamol setelah konsul dengan dokter via WA. 
H+3 ini juga saya merasa lebih sakit dari biasanya karena ternyata perut saya kembung sekali, susah kentut, tapi kemudian membaik setelah dibuatkan air rebusan jahe sama Mas Har. Malam-malam saya sudah mulai kembali BAB (alhamdulilllaaaah sekali lagi, gak sakit kaya waktu lahiran normal, padahal udah degdegan banget takut sakit karena banyak baca testimoni orang kalau ini lumayan painful), tapi sejak hari pertama operasi, saya tuh makan pepaya dan banyak. Kayanya ini memudahkan karena jadinya BAB saya lancar. 

Hari ini saya berhasil jalan sampai 500 steps keliling keliling rumah, sakitnya masih kerasa, tapi perlahan terbiasa. 

H+4 setelah operasi

Hari ini berhasil jalan 800 steps, ini juga pertama kalinya gak ditemenin Ibu dan anggota keluarga yang lain karena semua harus ke Jakarta untuk antar adik saya pindahan. Jadi pengalaman pertama ber-4 di rumah dan alhamdulillah so far so good. Hari ke-4 juga jadi achievements sendiri buat saya karena sudah bisa mandi sendiri. Luka bekas operasi mulai terasa gatal which means sudah on track menuju sembuh!

H+5 setelah operasi

Ini untuk pertama kalinya saya bergerak >1.000 steps. Tepatnya 1.500 steps hari ini. Saya juga sudah mulai bisa melakukan aktivitas domestik sederhana. Cuci Piring! Sakit perut masih terasa, tapi pakai korset sangat membantu dan sekali lagi: mulai terbiasa sama sakitnya, yang penting jalannya santai aja jangan buru-buru. 

H+6 setelah operasi

Saya merasa progress pemulihan saya mulai drastis berubah di H+6 ini. 
  • Bisa jalan 1.650 langkah
  • Sudah mulai nyaman beraktivitas dengan dan tanpa korset
  • Bisa tidur miring dengan lumayan pulas
  • Sudah bisa nyapu dan ngepel, dua aktivitas yang heavy jalan kakinya tapi nyaman (Alhamdulillah) 
  • Sudah bisa balik nyuci piring sampai 2x dan bahkan nyetrika tapi sambil duduk (pake meja kerja alih-alih meja setrika) sambil netflix-an
  • Mulai bisa lama fokus buat baca dan jurnaling 

H+7 setelah operasi 

H+7 setelah operasi progressnya juga bagus, gerak lebih dari 3.000 langkah, sudah mulai bisa cuci baju LOL (ini aktivitas gak signifikan buat mobilitas sebenernya, cuma masukin baju ke mesin cuci, lebih ke latihan jongkok, tapi juga gak jongkok-jongkok amat, tapi ngebantu banget buat ketenangan batin ibu-ibu lihat cucian numpuk (padahal Mas Har nyuciin jugaaaa, wkkk tp gatel aja pengen tetap nyuci sendiri sejak jadi full time stay at home mom tahun ini). Buat saya aktivitas yg bantu mobilitas ttp nyapu dan ngepel karena banyak jalan-jalannya, dan ini sudah mulai bisa dilakukan. I feel stronger di H+7 ini. Dibilang pulih full ya belum, tapi sudah mulai bisa balik ke aktivitas sebelum operasi sambil beradaptasi sama rasa sakit. 

Aktivitas yang benar-benar harus dihindari sebetulnya ada: angkat barang berat, tapi ini kan sudah terbiasa dari waktu hamil trimester tiga, jadi kalau bawa berat emang harus minta bantuan Mas Har. 

Selain mobilitas, asupan gizi setelah operasi juga penting, protein siiiiih, sehari minimal 6 butir telur (putihnya saja), makan ikan gabus (sudah dapatnya tapi, jadi saya makan ikan gabus 2x tapi dibantu vitamin ikan gabus juga), daging-daging juga penting untuk pemulihan luka paska operasi + buah penting supaya gak nambahin kesakitan baru karena susah BAB, di saya, buah naga dan pepaya sudah paling aman dikonsumsi tiap hari. 

H+8 setelah operasi

Hari penting karena hari ini kontrol ke dokter, ngecek luka jahitan. Buat aktivitas, sudah bisa sama persis seperti H+7 alias sudah bisa balik ke aktivitas sebelum operasi, dapat jadwal kontrol malam dan degdegan karena luka operasi kan ga bisa dilihat tapi selalu ada worst case yang mana ga mau banget kalau harus sampai dijahit ulang huhu. 

Ternyata ketika pengecekan beneran ada satu senti luka yang belum mengering, ketika dicek bukan karena rembes (jadi bukan karena mandi), bisa jadi asupan proteinnya kurang, jadi saya diminta mengejar seminggu ini makan telur lagi, gabus lagi dan daging-dagingan lagi supaya lukanya menutup sempurna. Semoga pekan depan benar-benar bisa mengejar PR yang satu ini, karena untuk PR mobilitas alhamdulillah sudah bisa beraktivitas mengerjakan pekerjaan domestik di rumah. 

----
Tulisan kali ini panjang sekali yaaaa, selain jadi jurnal digital, sekalian curhat sakitnya melahirkan dan proses recoverynya hehe. Semoga perjalanan recovery kali ini berjalan dengan lancar dan amaaan, amiiiin. Kalau kamu membaca ini untuk melihat pengalaman melahirkan orang lain, saran saya: 
  • Pelajari semua metode lahiran dan cara recoverynya yang memang berbeda untuk tiap metode. Pervaginam punya cara sendiri, caesar punya cara sendiri. Walaupun kita sudah teguh hati dan ingin sekali pervaginam (seperti saya yang sudah sampai pakai ILA untuk kurangi sakit lahiran pervaginam), tetap pelajari sedikit-sedikit tentang lahiran caesar dan proses recoverynya supaya gak kaget. 
  • Kalau merasa kesakitan pada proses apapun, bilang ke tenaga medis yang bantu; siapa tahu kamu bisa dikasih pain killer buat kurangi rasa sakit. 
  • Pastikan BPJS/Asuransi swasta dari kantor selalu aktif, saya kebetulan pakai BPJS dan gak bayar sama sekali untuk proses lahiran caesar, malah yang lahiran di klinik pakai ILA yang tagihannya lumayan karena sudah banyak proses, tapi ini juga pos anggarannya sudah disiapkan jauh-jauh hari jadi aman. 
  • Selalu terbuka sama pasangan tentang kekhawatiran atau ketakutan kamu selama proses menuju melahirkan; ini ngebantu buat jadi penawar stress, dan siapa tahu pasangan bisa punya solusi buat beberapa hal yang emang ada solusinya. Di case saya, yang nawarin buat lahiran pakai ILA malah suami saya. 
  • Jangan ragu untuk minta bantuan keluarga (kalau kamu nyaman, bisa minta minta bantuan Ibu atau Ibu mertua, kalau kamu gak nyaman, jangan sungkan juga buat bilang kalau kamu dan pasangan mau coba urus bayi sendiri biar gak jadi masalah baru setelah lahiran yang bikin pusing). 
  • Kalau minta bantuan keluarga gak memungkinkan, beberapa klinik bidan punya layanan homecare yang bisa banget dicoba! 
  • Gak perlu takut lahiran caesar (baca di medsos banyak banget yang takut karena gak terbiasa sama proses medis seperti disuntik, diinfus, dll), ingat yang paling penting keselamatan Ibu dan Bayi! +kalau sudah dibius malah gak kerasa sakit apa-apa! 
  • Selalu cek rutin kehamilan, tiap bulan ke dokter kandungan kalau ada budgetnya, kalau belum ada bisa pakai BPJS, tanya-tanya ke faskes 1 kamu! btw pemeriksaaan BPJS memang gak bisa sama dokter spesialis/dokter kandungan, tapi kalau kamu ada kondisi tertentu, nanti dokter umum/bidan bisa kasih rujukan ke dokter spesialis, makanya pemeriksaan/screening awal penting banget. 
  • Habis lahiran makaaaaaan yang kamu mau makaaaan, jajan-jajan buat treat yourself! haha, kamu sudah berjuang dengan sangat hebat. Saya minta hadiah yang agak agak ke suami setelah lahiran dan berencana jajan buku-buku yang masuk wishlist saya (tapi entaran, ingin tetap mindful belinya). 
  • Kalau kamu baca cerita saya dan saya banyak melakukan aktivitas domestik karena saya suka hihi, dan gak merasa repot sama sekali karena gak banyak dan gak terpaksa, karena jumlahnya gak banyak juga pas cuci baju atau setrika atau cuci piring. Kalau buat kamu ini berat, gak usah jadiin standar yaaa! yang penting mobilitas tetap jalan, kalau latihan mobilitasnya mau dibarengin aktivitas domestik gas! kalau terlalu berat, ga usah haha minta tolong dikerjain pasangan aja (atau kalau ada ART, sama ART). 
Terima kasih sudah membaca tulisan panjang ini! Jika kamu sedang mempersiapkan diri untuk melahirkan, semoga dilancarkan dan minim trauma ya! 

Salam hangat,
Asri

Kabar baik! Bandung punya Toko Buku Independen baru di tengah kota! Beberapa hari lalu saya berkesempatan main ke Toko Buku Pelagia, di Jalan Kebon Jati Bandung. Toko Buku ini sudah buka sejak beberapa bulan lalu, tapi saya baru pertama kali mampir. Kebetulan saya naik kendaraan pribadi dari Cimahi, dan gak susah buat menemukan tempatnya (thanks to Google Maps). Kalau naik kendaraan umum, bisa naik Kereta sampai Stasiun Bandung dan dilanjut jalan kaki sekitar 5-10 menitan. Kalau naik Trans Metro Pasundan/ Bis Kota dari arah Padalarang atau Cimahi bisa naik koridor 2 (gak ada koridor lain juga sih yaa LOL) dan turun di RS Kebon Jati lalu lanjut jalan kaki. Naik angkot juga bisa, turun di depan Komplek Luxor terus lanjut jalan kaki. 

Karena tokonya ada di komplek pertokoan (agak masuk gak di pinggir jalan banget), jadi tempatnya cenderung sepi! enaaak buat baca buku atau kerja dan beraktivitas mandiri seperti nulis atau jurnaling. Yang agak ganggu pas saya lagi mampir cuma ada teteh-teteh kayanya lagi sesi sharing berdua dan suaranya keras banget hehehe (agak gak terbiasa, tapi karena di sini gak ada aturan buat gak berisik jadi kayanya gak masalah, beda sama di Kineruku). 

Masuk TB Pelagia, kita akan diminta lepas alas kaki (which I like!) lalu ada beberapa meja di dalam dan di luar toko buku, pembagian sekat ini jadi enak banget karena yang ngerokok harus diluar, jadi saya yang di dalam bisa baca buku bebas asap rokok!

TB Pelagia jual makanan dan kopi yang cukup affordable, saya dan keluarga kebetulan belum makan dan coba makan nasinya, ricebowl tongkol dengan harga 30.000 aja, enak, tapi yang paling enak buat kami pisang gorengnya hehe. Harga makanan dan kopinya ok, gak murah, gak mahal juga. Tapi ada beberapa opsi menu kalau sedang bokek: Indomie 12.000an misalnya + air putih yang disediakan gratis.

Karena judulnya Toko Buku, jelas TB Pelagia menjual buku-buku yang mereka kurasi. Nah kurasinya lumayan ok nih, walaupun masih kurang banyak kalau buat saya pribadi. Ada buku-buku penerbit mayor dan penerbit kecil, juga penerbit Independent. Kamu bisa menemukan beberapa buku best seller Gramedia dan Mizan contohnya, tapi juga ada buku-buku terbitan Penerbit Baca, Post Press, Penerbit baNANA, EA Books dan Penerbit Indonesia Tera. Ada buku-buku Mojok juga dan beberapa penerbit lainnya. Saya yang punya wishlist buku Pengantin-Pengantin Loki Tua dari Penerbit baNANA senang sekali bisa menemukan dan langsung membeli bukunya di toko ini. Kurangnya cuma satuuuu: gak ada buku-buku terbitan Marjin Kiri, yang susah di dapat di Toko Buku macam Gramed, semoga kedepannya ada juga buku dari MarKir di sini biar bisa sekalian jajan di sini.  

Selain beli buku, kamu juga bisa baca buku! ada cukup banyak koleksi yang bisa dibaca, beberapa bahkan buku-buku langka seperti buku Pram dengan kaver lawas, atau yang memang sudah tidak terbit lagi dan harganya aduhai hehe. 

Nah yang paling saya suka: korner baca di sebelah rak buku anak. Ada buku-buku anak yang bisa dibeli juga di sini! Banyak buku dari penerbit anak favorit saya: Litara. Saya sempat menawarkan Rana kalau mau beli buku, tapi anaknya gak mau. Jadi cuma saya yang beli buku. 

Sejauh ini pengalaman main ke TB Pelagia seru sekali! Kids friendly, toiletnya bersih, pilihan bukunya banyak dan ada ruangan terpisah buat yang merokok. Akan balik lagi ke sini kalau sedang suntuk atau kalau mau beli buku langsung, karena gak terlalu jauh dari Cimahi tempatnya. 

Kamu bisa follow mereka di Instagram (https://www.instagram.com/tb.pelagia/) juga buat lihat kegiatan komunitas mereka yang cukup banyak! 


Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Buku Angsa dan Kelelawar karya Keigo Higashino
  • Main ke Toko Buku Pelagia Bandung
  • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim Ho-yeon
  • Review Asri: Manabeshima Island Japan karya Florent Chavouet

Arsip Blog

  • ▼  2025 (17)
    • ▼  Mei 2025 (4)
      • Review Asri: Jalan Panjang untuk Pulang karya Agus...
      • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yu...
      • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim ...
      • Tiap Anak Berbeda, Termasuk Proses Melahirkannya; ...
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes