Journal Asri
  • Home
  • About Me

 


Hai! ini pengalaman saya membaca karya Fredrik Backman untuk pertama kalinya dan saya benar-benar terpesona. Sebetulnya beberapa tahun lalu, seorang sahabat meminjamkan bukunya, karya fenomenal Backman -- A Man Called Ove pada saya, tapi bukunya setahun tersimpan rapi meja kerja saya tanpa saya baca huhu. Sekarang setelah membaca Anxious People, saya jadi punya ambisi membaca karya Backman yang lainnya. 

---

Jangan tertipu oleh covernya ya! Teman-teman, buku ini setahu saya punya beberapa versi cover, tapi cover yang cukup tenar yang ini, yang terlihat seperti novel romance atau young adult hehe, genre yang sebetulnya ya saya suka juga. 

Buku Anxious People, seperti judulnya menceritakan kumpulan orang-orang yang punya anxiety dalam diri mereka masing-masing. Tapi, kita mungkin tak akan benar-benar menyadari tentang hal ini hingga membaca setengah buku ini. Setidaknya saya begitu. Meskipun demikian buku ini berhasil membuat saya penasaran dan terus ingin membaca sampai tamat sejak awal baca. 

"A bank robbery. A hostage drama. A stairwell full of police officers on their way to storm an apartment. It was easy to get to this point, much easier than you might think. All it took was one single really bad idea"

Paragraf diatas adalah paragraf pertama buku ini yang membuat saya amat penasaran. Rasanya kita akan dibawa untuk menyelesaikan teka-teki di buku ini. Dan gak sepenuhnya salah kok! dari awal hingga akhir, setidaknya kita akan berusaha menebak siapa dan dimana perampok bank berada.

Tokoh yang dikenalkan diawal buku ini adalah sepasang anak dan ayah, Jack dan Jim. Keduanya polisi yang bertugas di pos yang sama dan punya tanggung jawab untuk menuntaskan teka-teki hilangnya perampok bank yang bersembunyi dan menyandera sekumpulan orang yang sedang melihat-lihat sebuah unit apartemen yang akan dijual. 

Jack dan Jim ini menggemaskan sekali :'), seperti kebanyakan hubungan ayah dan anak laki-laki, banyak kekikukan yang kita temukan. Keduanya punya banyak perbedaan tapi punya kesamaan yang gak bisa didebat: menyayangi amat sangat Ibu Jack, yang sudah tiada. 

Kita akan diajak membaca interview Jack & Jim dengan semua saksi, yang diyakini Jack salah satunya membantu si perampok bank bersembunyi. Karena ketika semua saksi (sandera) dari apartement dilepas, si perampok bank hilang padahal tidak keluar dari apartment. Tapi dicari-cari di unit apartment pun tak ada. 

Anxious People-nya dimana dong?

Nah, ini serunya. 
Alur buku ini maju - mundur, kita seperti diajak melihat alasan dibalik 'sikap' tiap karakter di buku ini. Tidak semua karakter diulas di alur mundurnya, namun kita akan bisa menemukan kalau tidap orang di buku ini punya kadar anxious yang cukup membuat masing-masing dari mereka emosional ketika penyanderaan berlangsung. 

Tokoh dalam penyanderaan di apartemen ini pada akhirnya akan menceritakan hal-hal yang membuat mereka merasa anxious.

Ada Zara, tokoh perempuan berusia 50 tahunan yang digambarkan dingin, terlihat kaya raya dan rasanya aneh berada di apartment viewing tersebut. 

Ada Estelle, sosok paling sepuh di buku ini. Usianya 80 tahunan, paling hangat dan jadi sosok yang menenangkan banyak orang di buku ini. 

Anna Lena & Roger, si shark couple, ada alasan kenapa Anna Lena menyebut mereka berdua sebagai pasangan hiu, ini ia ceritakan saat diwawancarai Jack. Keduanya suka sekali datang ke unit apartment yang gak bagus-bagus amat, mereka beli lalu mereka renovasi untuk dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi. Penyuka IKEA dan sudah datang ke semua 20 toko IKEA di Swedia.

Julie & Ro, pasangan yang sedang menantikan kehadiran anaknya. Keduanya perempuan. Yang mengandung adalah Julie, buat pasangan baru punya anak (seperti saya) ketika baca buku ini pasti bisa relate sekali dengan kekhawatiran mereka :')

Lennart, sosok yang tak diduga dan kehadirannya sebagai sandera, amat amat amat mencurigakan. 

London, sosok terakhir yang jadi saksi penyanderaan. 

Selain sosok-sosok diatas, ada juga Nadia, seorang psikolog yang ditemui Zara beberapa waktu terakhir. Serta tentu The Bank Robber. Sosok pamungkas yang menyebabkan semua hal terjadi di buku ini. 

Saya tak bisa sebutkan satu-satu anxiety yang mereka miliki karena jadinya nanti malah spoiler, padahal kalau teman-teman baca bukunya langsung, saya yakin akan sangat seru dan asyik untuk dinikmati. 

Saya sendiri memberikan 5 bintang untuk buku ini di Goodreads setelah sesenggukan membaca halaman-halaman terakhir di buku ini. 

Kenapa jadi buku favorit di Agustus ini?

Ada beberapa hal yang membuat buku ini sangat saya rekomendasikan:
1. Alur maju mundur untuk memahami 'why' dari tingkah masing-masing orang disini
2. Tebak-tebakan apa yang sebenarnya terjadi pada perampok bank. Sebagai penikmat novel misteri, saya suka mencoba menebak apa yang terjadi hehe, walaupun ini bukan buku misteri.
3. Tema yang diangkat sebetulnya sangat beragam. Dari relationship, parenting, economic, psychology, acceptance dan baaaaanyaaak lainnya. 

Tokoh Favorit saya dibuku ini adalah Zara, entah mengapa sosoknya adalah sosok yang paling ingin saya peluk seandainya mereka adalah tokoh nyata. 

Kata pembacanya, Fredik Backman dikenal sebagai penulis yang banyak angkat sisi-sisi manusia yang jarang ada dibuku lain dan hal itu bikin kita pembacanya jadi terasa dekat dengan sosok-sosok dalam buku-bukunya. 

Setelah membaca buku ini, saya setuju!! Haha This book is a really good reads! My favorite August read for sure!!

Oiya, buku ini tersedia di Scribd kalau teman-teman langganan paketnya! Saya baca di Scribd juga hehe

 

Pernah kebingungan harus ngapain untuk mengisi waktu libur?
Pernah merasa bersalah ketika cuti atau liburan?
Pernah merasa ga enak sama teman sekantor karena telat balas chat?
Pernah merasa terus menerus lelah dan gak ter-cas dengan baik selama akhir pekan?

Mungkin kamu perlu membaca buku ini.

---

Buku ini ditulis oleh seorang profesor di bidang ilmu olahraga dan juga seorang psikiater: Nishida Masaki. Beliau menulis buku ini karena kegelisanannya akan fenomena orang Jepang yang enggan mengambil cuti atau terlalu suka menghabiskan waktu untuk bekerja. 

Sejujurnya membaca buku ini mengingatkan saya pada buku Joy of Missing Out, walau judul depannya tentang berleha-leha, ya pastinya membahas produktivitas juga, tapi dibanding buku JOMO, porsi bahasan tentang produktivitas dibuku ini menurut saya 'pas', gak berlebihan jadi posti kita belajar untuk memanfaatkan waktu beristirahatnya tetap dapeeet.

Buku ini terdiri dari 5 BAB.

1. Teknik beristirahat dengan telaten dan melonggarkan gaya hidup
2. Teknik beristirahat yang membuat tubuh santai
3. Teknik meningkatkan performa dengan berlibur pintar
4. Teknik beristirahat dari hubungan antar manusia
5. Teknik beristirahat dari hal yang harus dilakukan

Tiap bab akan ada penjabaran singkat terkait poin-poin yang jadi 'cara' buat beristirahat yang tepat menurut penulis. 

---

Berikut poin-poin menarik dari buku ini:

  • Ada istilah Depresi Akhir Pekan dimana ketika weekend malah stress memikirkan pekerjaan karena tidak ada aktivitas yang ditunggu-tunggu.
  • Leha-leha atau istirahat ada yang aktif dan ada yang pasif, kedunya sama pentingnya
  • On Productivity --> Agar leha-leha terasa menyenangkan, pastikan kerjaan kita memang sudah selesai. Do chunking to make job done easier.
  • Orang-orang yang kerja ekstra bisa malah kurang tidur dan itu buruk untuk produktivitas
  • MENGGERAKKAN BADAN ITU TIDAK MELELAHKAN. Ada dasar ilmiah kenapa olah raga ringan itu malah baik buat mengurangi kelelahan.
  • Istirahat penting untuk working memory kita, yang amat berguna buat melakukan apa yang dibilang orang sebagai multitasking, atau kemampuan untuk processing something at a time. 
  • Power Nap -> ok buat dilakukan
  • Semakin berkualitas istirahat kita -> makin kreatif juga otak kita
  • Selain istirahat dari kerjaan, penting juga untuk istirahat dari hubungan manusia.
  • Jaim -> Bikin capek
  • Kalau gak suka atau gak nyaman sama salah satu orang, hindari biar gak makin capek hati.
  • Cari safe place buat kabur kalau lagi ingin sendiri
  • Kalau dapat chat/email, we don't have to reply immediately. Pastikan juga kita gak ekspektasikan hal tersebut ke orang lain ya. 
  • Turunkan ekspektasi dalam bekerja atau hal apapun, sikap perfeksionis bikin kita gak bisa bekerja dengan tenang.
  • Buat prioritas dalam bekerja.
  • Jangan merasa bersalah kalau sedang cuti atau liburan
  • Belajar mendelegasikan tugas
  • Belajar mengkomunikasikan cuti atau izin kerja kita dengan baik ke kolega atau rekan kerja, jangan ninggalin kerjaan setumpuk-tumpuk yang malah nyusahin rekan kerja.

---

Sebetulnya membaca buku ini bisa jadi gak terlalu relate buat kita orang Indonesia yang dikenal santuy dan jauh lebih menikmati leha-leha dibanding orang Jepang, tapi lewat buku ini juga saya bisa tahu tentang kebiasaan orang Jepang yang bekerja dengan 'terlalu keras' sampai-sampai lupa menikmati hidup. Mungkin ga semua orang sih ya, tapi sepertinya kelompok ini jadi mayoritas sampai-sampai ada departemen di pemerintah mereka yang mengurus masalah ini. 

Ada juga sudut pandang menarik mengenai sisi ketenagakerjaan di Jepang. Banyak dari mereka yang takut berleha-leha atau gak tau caranya gimana karena khawatir PHK, takut dijauhi teman, pokoknya semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan, amat-amat serius buat mereka. huffff. Saya belum pernah membaca sekilas tentang sistem UU Ketenagakerjaan mereka tapi ya, sepertinya kalau baca ini, nonton manga dan baca komik juga, selain UU Ketenagakerjaan (yang mungkin) gak sebegitunya melindungi pegawai (ini beneran so tau ya, saya belum baca lebih lanjut), tapi ada juga poin tarif hidup di Jepang yang begitu tinggi terutama di Kota besar, sampai mereka takut sekali kehilangan pekerjaan.

---

Ah, baca buku ini tuh bikin saya jadi menemukan satu kelebihan dalam diri saya: bisa menikmati waktu libur atau beristirahat. Setidaknya sampai hari ini saya bukan orang yang iseng bukain email kerjaan atau kerja di waktu libur. Kecuali tentunya ada hal mendesak. Beberapa tahun lalu saya bahkan tipe orang yg kalau diminta datang kerja weekend bisa datang dengan wajah ditekuk! hahaa. 


Buku yang dibaca V, salah seorang member BTS

First of all, I'm not an army haha! Saya hanya tahu satu atau dua lagu BTS yang biasanya sedang viral di Media Sosial dan cukup menikmati walau tak tahu artinya. Nah, waktu beli buku ini saya tidak tahu kalau buku ini cukup viral karena pernah dibaca salah seorang member BTS, saya beli buku ini karena beberapa ulasan menarik di media sosial, ketika baca pengantar dari penulis di buku ini, barulah saya tahu. Waw asyik juga ya kalau idol banyak menularkan semangat membaca buku dan menular ke para penggemarnya.

Belajar Berbahasa dan Komunikasi dari cendikiawan Barat dan Timur

Buku ini dibagi menjadi 8 chapter, ditiap chapter terdapat beberapa bagian yang awalnya selalu diawali dengan kutipan dari buku atau perkataan seorang filususf atau pemikir. Penulis kemudian mengelaborasi kutipan tersebut dan kaitannya dalam berkomunikasi atau berbahasa. Buku ini isinya seperti kumpulan esai, kalau buat saya. 

8 chapter ini adalah tahapan dari hal dasar kalau kita ingin meningkatkan kemampuan komunikasi dan berbahasa. Isinya bukan hal teknis tapi ya, walaupun ada beberapa tips yang bisa kita praktekkan langsung jugasetelah membaca buku ini. 

Apa saja isinya?

1. Cara Memperbesar Mangkuk Kata-kata

Chapter ini menegaskan kalau kita kunci dari pembelajaran bahasa adalah pengembangan diri. Tujuan pengembangan diri ini untuk apa? untuk kenal sama diri sendiri, kenal sama diri sendiri membuat kita cinta sama diri sendiri dan ketika kita bisa mencintai diri sendiri, kita bisa makin percaya diri dalam berbahasa. 

2. Sudut Pandang

Menurut penulis, penting bagi kita untuk punya sudut pandang akan satu hal atau peristiwa, karena ketika kita tidak punya sudut pandang, ketika kita berbicara, ucapan kita jadi tak ada maknanya. Tidak berbobot. 

Apakah karena hal ini kita jadi harus tau tentang semua hal yang terjadi di dunia? tentu saja tidak, tapi perlu juga bagi kita untuk stay courious, Serta penting juga untuk bertanya dengan sungguh-sungguh, gak asal nanya aja. 

3. Kecerdasan

Kenapa ada bahasan tentang kecerdasan. Penulis menyampaikan kalau kecerdasan diperlukan jika kita ingin sesuatu yang kita ucapkan memiliki makna yang lebih dalam. Dibagian ini penulis juga mengutarakan kalau kecerdasaran amat diperlukan bahkan adalah sesuatu yang lebih tinggi dari hati. (yang mana saya kurang setuju sih haha, buat saya keduanya sama pentingnya). 

Dibagian ini ada salah satu bagian yang saya suka, yaitu tentang tips membaca buku dari Shin Young-Bok (pakar ekonomi dan penulis korea) untuk membaca satu buku sebanyak tiga kali. Pertama, kita membaca tulisannya. Kedua, kita membaca penulisnya. Dan yang terakhir, kita membaca diri kita sendiri sebagai pembaca buku tersebut. 

4. Kreativitas

Apa hubungannya kreativitas dengan berbahasa dan komunikasi? di pengantar bagian ini, penulis menyebutkan, kata-kata yang membosankan akan sulit diterima banyak orang, sehingga penting untuk mengasah kreativitas kita, isi dan bentuk ucapan haruslah baru. Tidak benar-benar baru sebetulnya, tapi lebih baik dari yang sebelumnya. 

Bagian ini juga menyarankan kita untuk belajar dari sejarah, tapi bukan menghapal tangaal-tanggal seperti di sekolah dulu ya (sama aja ya ternyata Korea Selatan sama Indonesia haha), belajar sejarah ini perlu untuk dimaknai, agar kita bisa mengambil pembelajaran dari peristiwa di masa lalu. 

Satu hal menarik dibagian ini adalah saran untuk menulis. Karena dengan menulis, pikiran dan penyampaian kita jadi lebih baru, bisa dicek terlebih dahulu juga, beda dengan ucapan yang bisa menguap begitu saja. 

5. Menyimak

Ini menarik nih! Jadi penulis bilang kalau kita mau jadi pembicara yang ulung, kita harus jadi penyimak yang jaauh lebih ulung. Menyimak ini bukan hanya mendengarkan seadanya ya. Tapi mendengarkan dengan sepenuh hati. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menjadi pendengar yang baik. Seperti mengalahkan keinginan untuk bicara, berlatih diam, konsentrasi dan tidak berpura-pura mendengarkan). 

Sejujurnya, ini bagian paling menarik dan paling saya suka dari buku ini.

6. Pertanyaan

Chapter 2 sempat mengulas tentang mengajukan pertanyaan yang baik itu penting untuk membentuk sudut pandang. Nah chapter 6 lebih dalam mengulas tentang budaya bertanya kita yang cerderung satu arah. Bos tanya ke bawahan, guru tanya ke karyawan, orang tua tanya ke anak. Jarang sekali atau frekuensi bertanya sebaliknya cenderung lebih sedikit. 

Padahal kalau kita tidak bertanya, bisa jadi kita gak belajar. Penting sekali untuk menyiapkan pertanyaan ketika kita tak paham, tapi ingat prinsip untuk tidak asal bertanya dan pastikan kita tidak bertanya untuk sekedar ngetes orang ya!

Satu lagi: orang berani bertanya ketika percaya kalau kita akan jawab tanpa merendahkan mereka. Jadi penting sekali membangun kepercayaan satu sama lain dengan lawan bicara agar bisa saling terbuka dan akhirnya saling berani bertanya.

7. Gaya Bicara

Seperti halnya perang, bicara juga ounya taktik standar yang seharusnya dilakukan oleh semua orang. Apa saja? 

- Berpikir sebelum berbicara

- Tidak berlebihan ketika berbicara

- Berbicara sambil memperhatikan lawan bicara kita

Wow! menarik ya! ada juga pembahasan selanjutnya tentang bicara yang harus seimbang, tidak sok tau ketika ngobrol, serta sebuah tips: jika kita ingin menjadi 'pemimpin' dalam sebuah pembicaraan, jadilah moderator dalam pembicaraan tersebut.

8. Kebebasan

Setelah semua hal, mulai dari mengenal diri sendiri hingga gaya bicara, hal terakhir yang bisa kita lakukan agar bisa bicara dan berkomunikasi dengan baik adalah kebebasan. Sebetulnya bagian ini lebih banyak membahas tentang pentingnya "walk the talk", ketika kita bicara kita memang melakukan apa yang kita ucapkan. Bukan hanya membual belaka. Supaya apa? supaya kita bisa jadi orang yang 'bebas' dalam artian tidak terbebani dengan ucapan kita sendiri. 

Bagian ini juga beberapa punchline yang saya suka, seperti ada beberapa hal yang memang tidak bisa diucapkan, akan lebih baik dibiarkan dalam diam, and it's okay. 

Serta perlunya berlatih meditasi, supaya kita bisa praktekkan 'zen' dalam bicara, yaitu menghilangkan beragam prasangka saat bicara dengan orang lain.

Catatan Asri tentang buku ini

Panjang juga ya review saya kali ini, semoga bisa memberikan gambaran bagi teman-teman yang penasaran ingin membaca buku ini. Buat saya pribadi buku ini cukup memberikan perspektif yang baru karena ternyata ilmu berkomunikasi ini dari dulu sampai sekarang ya sama dasar-dasarnya. Meskipun ada beberapa hal dalam buku ini yang saya tak sepenuhnya setuju, tapi banyak sekaaaali yang bisa saya coba praktekkan. 

Cocok dibaca bagi teman-teman yang memang ingin tahu lebih lanjut tentang pengetahuan dasar dalam berbahasa dan berkomunikasi. Bagi yang akan membaca buku ini, baiknya siapkan notes atau highlighter untuk menandai bagian penting dalam buku ini. Walaupun didalamnya sudah banyak yang dibold oleh penulis. 

Oh satu hal yang agak mengganggu di awal, buat saya adalah pengaturan margin buku ini! mepet sekali haha, tapi entah bagaimana akhirnya malah nyaman-nyaman saja. :D

Informasi Buku The Power of Language

Judul Buku: The Power of Language
Penulis: Shin Do Hyun & Yoon Na Ru
Pertama kali diterbitkan: 2018
Cetakan kesembilan Bahasa Indonesia: Juli 2021
Penerbit: Penerbit Haru
Jumlah Halaman: 208 halaman
ISBN:978-623-7351-34-4
Penerjemah: Hyacinta Louisa
Harga Pulau Jawa: Rp. 79.000

Tambahan

Saya mencoba buat ulasan versi videonya disini ya :)






Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Nih buat jajan

POPULAR POSTS

  • Review Asri - Buku Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala
  • Review Asri: Buku Confession karya Minato Kanae
  • Reading Recap September 2021
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • We're Expecting!
  • Juni yang Tidak Terlalu Bersahabat
  • [Review Asri] Failure - Greatmind
  • Review Asri - The Power of Language Karya Shin Do Hyun & Yoon Na Ru
  • Senin Pagi

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Kamu pengunjung ke

Cari Blog Ini

Arsip Blog

  • ►  2023 (7)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (53)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (13)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ▼  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ▼  Agustus 2021 (3)
      • Review Asri - Buku Anxious People karya Fredrik Ba...
      • Review Asri - Buku Manajemen Leha-Leha Karya Nishi...
      • Review Asri - The Power of Language Karya Shin Do ...
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (15)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (21)
    • ►  Desember 2017 (1)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (32)
    • ►  Desember 2014 (9)
    • ►  November 2014 (7)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (3)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (69)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (4)
    • ►  Januari 2013 (11)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes