Journal Asri
  • Home
  • About Me
Here's a fact: I never been to Jogjakarta before. 
Sebenarnya pernah tapi waktu kecil sekali dan tak ada ingatan sedikitpun dalam otak saya tentang Jogja, jadi ketika tawaran jalan singkat ke Jogja sekaligus datang ke acara ngunduh mantu sahabat di kantor, tentu saya bilang iya!

Saya dan beberapa teman pergi ke Jogja naik pesawat. Kami pergi tak lama setelah berita kecelakaan pesawat Lion Air, jadi bahkan saya yang biasanya gak banyak tingkah diatas pesawat pun gemetaran waktu pesawat kami goyang-goyang dikit.

Ternyata Jakarta - Jogja via pesawat ini lebih cepat dari Jakarta - Depok naik KRL ya haha.
I mean! saya baru mau memejamkan mata ketika pilot mengabarkan pesawat akan segera landing. Yaaah...

Saya cukup semangat pergi, karena banyak orang yang bilang kalau Jogja adalah kota yang romantis, kota bisa meninggalkan banyak kenangan.Yah, ekspektasi saya Jogja belum seramai Bandung lah setidaknya.

Tapi nyatanya Jogja mayan ramee uga yaaa...

Sampai di Jogja sore, malamnya saya dan teman-teman main ke Malioboro, melewati tugu Jogjakarta (yang replikanya di Menteng setiap hari saya lewati tiap berangkat kerja), jalan-jalan di sekitar 0 kilometer dan makan di tempat hitz murah SS dekat kampus UIN, pulangnya malam sekali kami makan sate klatak, sate daging kambing muda yang juga ramai dikunjungi orang. (I don't like it anyway! enakan sate maranggi).

Jujur, saya membayangkan jalanan Jogja yang lebih lengang, tapi seorang teman yang lulus dari UGM bilang Jogja kota sudah sangat ramai, kalau mau merasakan yang lebih sepi harus ke pinggiran. Malioboro apalagi, saya kira akan seperti Braga-nya Bandung, ramai tapi masih menyenangkan untuk tempat berjalan kaki. Iyeu mah euy, siga Pasar Baru, tujuan orang kesini bukan jalan kaki sepertinya, tapi untuk belanja. Saya juga belanja celana dan rok batik di Malioboro.
Kami juga menyaksikan pengamen jalanan legendaris di Malioboro.

Besoknya, habis kondangan, kami main ke Taman Sari, tempat pemandian orang-orang keraton jaman dulu kala. Kebetulan berbarengan dengan hari Maulid, liburan dan baaaah, banyak sekali orang dimana-mana. Saya menyesal gak pakai jasa pemandu yang bisa menjelaskan banyak hal bersejarah ditempat ini, jadinya ya hanya foto-foto. Yang menyenangkan dari Taman Sari menurutku, ya kita bisa masuk ke gang-gang rumah-rumah warga, disana saya baru merasakan 'Jogja' nya, mungkin karena melihat interaksi warga lokal kali ya :)



Pulang dari Taman Sari, kami main ke Filosofi Kopi Jogja.
Nah teman-teman, karena saya tak mengurus itenerary dan jadwal, saya sendiri tak tahu lokasi-lokasi ini berada dimana. Tapi yang pasti, di Jogja kita sudah bisa pakai GOJEK dan GRAB untuk pemesanan transportasi online. Jadi lebih mudah.



Filosofi Kopi Jogja tempatnya bagus! Tenang walaupun agak ramai, tempatnya luas, tidak seperti Filosofi Kopi blok-M, duduk-duduk disini rasanya menyenangkan, mungkin lebih menyenangkan ketika sendiri atau berdua. :D

Nah, menurut saya saya beruntung sekali ketika di Jogja. Jadi saat kelaparan malam-malam, saya minta teman saya yang sudah ngelotok pengetahuan tentang jalanan jogjanya untuk ajak saya jalan makan malam, saya minta dibawa ke tempat bakmi yang enak. Dia bawa saya ke Bakmi Pele di alun-alun.



Kebetulan sedang ada acara Sekatenan, memperingati Maulid Nabi. Di Alun-alun ada pasar malam dengan beragam wahana permainan pasar malam tradisional dan jajan-jajanan malam yang menggugah perut. Tapi yang lebih seru lagi, halaman keraton dibuka untuk pameran benda-benda keraton. Yaaaay! Setelah craving for museums dari hari sebelumnya! ya kan ga enak ya datang ke satu daerah ga datang ke Museum nya! Pameran ini cukup membuat saya merasa berada di Jogja sepenuhnya. Ditambah lagi menjelang tengah malam, ada tradisi pemindahan gamelan dari masjid diujung keraton ke keraton, semacam arak-arakan pemindahan alat musik keraton yang dipanggul oleh abdi dalem keraton.




Melihat para Abdi Dalem keraton ini, jadi ingat video clip Teman Hidup - Tulus ya! :')
Gambaran saya tentang mereka: Nrimo dan setia.

Terakhir, menjelang jam 12 malam, saya jalan kaki dari alun-alun selatan ke alun-alun utara (eh apa kebalik ya), untuk tes kejernihan hati haha! Jadi ada dua pohon beringin besar ditengah Alun-Alun, kabarnya, dulu seorang puteri di Jogja hendak dipinang oleh seorang pemuda, untuk mengetes kejernihan hatinya, pemuda tersebut diminta berjalan tutup mata melewati dua pohon tersebut.


Saya coba dong! 2 kali. satu hampir nabrak tukang balon, satu lagi hampir sampai tiba-tiba belok kiri hampir nabrak tembok pagar pohon. As! belum jernih-jernih kali hatimu!
Setelah itu saya makan sekoteng hangat di Alun-alun. Enaaak!


Hari terakhir di Jogja kami gunakan untuk makan makanan khas Jogja di sekitaran Kota, eh malah masuk Tempo Gelato dan Yoshinoya! macam di Jakarta ga ada Yoshinoya ya! haha

3 hari 2 malam di Jogja, singkat, tak berkesan diawal tapi amat sangat berkesan dikeesokan harinya!
Saya berharap mendapat kesempatan lebih panjang untuk jalan di daerah pinggiran Jogja, yang lebih banyak sawah dan pemandangan hijaunya! Atau malah main benar ke sekitaran gunung merapi, gak harus ndaki sih! hehe, sekedar jalan-jalan aja

Terima kasih Jogja!





 

Hari ini nangis sampai sesenggukan tengah hari di kantor. Alasannya: tak sengaja memutar musik Tulus & Waldjinah di Youtube.

---

Setahun di Banggai lalu, saya banyak mengunduh dan menyimpan lagu di handphone saya. Saya tau saya akan sering merasa bosan saat berada di desa, tak ada sinyal dan akses internet disana. Tentunya saya unduh dan dengarkan secara ilegal, saya baru kenalan dengan spotify usai pulang tugas.

Salah satu musisi yang lagunya selalu saya dengarkan adalah Tulus, saya mengunduh banyak lagu Tulus, jatuh cinta pada semua lagunya, terutama seluruh lagu di album Monokrom. Semenjak itu, setelah pulang ke Bandung, kemanapun pergi, dimanapun berada, setiap mendengarkan lagu Tulus, rasanya saya dibawa kembali ke Banggai, mengingat waktu-waktu baik saat saya mendengarkan lagu-lagu tersebut.

Saya ingat sekali mendengarkan dan amat meresapi lagu Ruang Sendiri ketika saya pergi mengajar Ferdi dan Yudi pergi dari Luwuk, menginap di bukit semalam saja untuk melepas sejenak semua beban dan penat. Tak mengajak satupun teman sepenempatan.

Saya juga ingat mendengarkan lagu 1000 tahun lamanya bersama Emak diatas kapal yang membawa kami dari Pulau Tinalapu ke Pagimana, ketika Mas Har setiap pagi selalu memutar lagu Monokrom di SKB -Mess tempat kami menginap, atau tentu yang paling sulit dilupakan ketika berdua dengan Mas Har diatas motor mendengar lagu lewat satu headset, hampir semua lagu Tulus.

Kemarin saya mencoba melihat review Spotify saya, Musisi nomor 1 yang paling saya dengarkan adalah Tulus, lagu yang paling saya dengarkan adalah Cahaya. Lagu yang tiap mendengarnya saya langsung ingat Camp Penggerak bersama teman-teman di Banggai.

Saya amat suka suara Tulus, rasanya amat bersyukur berada di generasi yang sama dan bisa menjalani hari ditemani musik Tulus.

--
Sore ini, saya tak sengaja mendengar lagu dari video diatas. Tulus dan Waldjinah menyanyikan lagu Chrisye - Semusim.

Kalau Tulus adalah penyanyi favorit saya, Waldjinah adalah musisi kesukaan Bapak saya.
Mendengar lagu ini rasanya seperti ingin memperlihatkan kepada Bapak, "Lihat Pak, Waldjinah dan Tulus!" Bapak pasti akan sangat suka, bahkan mungkin menontonnya sambil menangis seperti saya,
I got this from my father anyway, this too emotional at everything thing.

Jadi menontonnya berkali-kali, menangis berkali-kali, bukan hanya karena mendengar suara Tulus dan Bu Waldjinah yang amat menghayati lagu ini, tapi juga karena saya teringat Bapak. Teringat lagu-lagu keroncong dan campur sari yang sering bapak nyanyikan, atau bahkan lagu-lagu sunda yang kami tak terlalu suka, Bapak memutarnya tiap pagi di acara TV lokal. Kami selalu protes tiap bapak memutar lagu yang sama berulang-ulang, tapi Bapak tak pernah bosan memutar dan menyanyikannya. Sekarang, rasanya ingin membayar berapapun harganya agar tiap pagi Bapak memutar acara tersebut dan ikut bernyanyi, sambil melihat Ibu bersiap untuk jualan di dapur.


Pak, kapan lagi kita dengar lagu bersama? 
Asri rindu!


Semalam pulang dari penyambutan Pengajar Muda 15 yang baru saja pulang dari penempatan. Ada perasaaan sedikit sesak, mengingat setahun telah berlalu sejak pulang dari Banggai.

Setahun di Banggai bisa jadi adalah setahun paling berharga dalam hidup saya, bahagia, sedih, bangga, bosan, semangat, semua emosi keluar dengan amat menggebu di tahun tersebut.

Entah kapan saya bisa merasakan kembali setahun penuh cerita, kenangan akan tempat indah, orang-orang baik, anak-anak, semuanya masih tak lepas dari hati dan pikiran saya hingga hari ini.

Tentu ada hari-hari buruk datang, tapi tak mengalahkan indahnya hari-hari lain yang berisi pelajaran-pelajaran berguna.

-
Saya selalu janji untuk kembali, entah kapan.
Tapi saya pasti kembali.

I should write more about movies than anything else because I spend too much time watching movies and drama lately. Huft Huft.

Most people think I'm a bookworm when in fact I enjoy watching movies as much as I enjoy reading. Haha Since I am a very visual person anyway, I am gonna write about one movie I just watch, a Netflix original: Sierra Burgess is a Big Loser

I know this is just another American Teen Movies, but I really love this kind of movie, mmm correction, I watched this movie because of NOAH CENTINEO!!!! OMG it's been a long time since the last time I'm fangirling like this.

Did someone call my name?
Not so long time ago, I watched another Netflix Original, an adaptation from a book: To All The Boys I've Loved Before. Where Noah is playing as Peter! Haha, I love the book, you know. So seeing Noah as Peter is so damn good.

Okay, here's the Movie poster:



It's a sweet movie. About Sierra Burgess, a straight A's students, been bullied by a queen kinda girl, but she has gut and she's also very clever.

Jamey, is a football athlete, trying to make a move with a girl who bullied Sierra, the girl, Veronica give him Sierra phone number, and Jamey and Sierra has been texting since then.

You know what happened next is all the thing you could imagine even if you don't like romantic movie. Jamey fall into the girl he think is Veronica, when actually it is Sierra.

The lie all blew up in the last 20 minutes before the movie ended and the last part of the movie taught us how Sierra learn to handle the broken heart and yeay they ended up together.

Sierra: about Dorian Grey
----
So typical isn't it? Just like another American romantic comedy movie, haha the other thing I love from this movie, beside NOAH! is how this movie made Sierra and Veronica ended up as a bestfriend too. So much movies make a good girl and a good guy and there is a bag girl or a bad guy, as if the people is only black and white, there is a grey area and I think I learn that from Sierra-Veronica friendship.
-
Well, I think that is for today! I promised myself to write more about what I learn everyday but it is so hard, I always think being in a place that have a high speed computer and WiFi signal could make me write more and create more, in fact it isn't.

:)
So, what do you think about the movie, guys? Have you watched it?
if you need some sweetness in your day or night, I recommend this movie!

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Nih buat jajan

POPULAR POSTS

  • Review Asri - Buku Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala
  • Review Asri: Buku Confession karya Minato Kanae
  • Reading Recap September 2021
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • We're Expecting!
  • Juni yang Tidak Terlalu Bersahabat
  • [Review Asri] Failure - Greatmind
  • Review Asri - The Power of Language Karya Shin Do Hyun & Yoon Na Ru
  • Senin Pagi

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Kamu pengunjung ke

Cari Blog Ini

Arsip Blog

  • ►  2023 (7)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (53)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (13)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (15)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ▼  2018 (15)
    • ▼  Desember 2018 (4)
      • Hi Jogja!
      • Tulus, Banggai dan Bapak
      • Lepas Setahun
      • [Review Asri] Sierra Burgess is a Big Loser
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (21)
    • ►  Desember 2017 (1)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (32)
    • ►  Desember 2014 (9)
    • ►  November 2014 (7)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (3)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (69)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (4)
    • ►  Januari 2013 (11)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes