Journal Asri
  • Home
  • About Me

 


Saya sebetulnya bukan penggemar lama Agatha Christie, saya ingat pertama kali membeli buku Agatha Christie di tahun 2015 karena bundlenya didiskon 100.000an saja di Gramedia Bandung tapi baru benar-benar membaca Agatha Christie di tahun 2021 ketika pandemi. 


Karena waktu itu belum pernah baca sama sekali buku-buku Oma, saya malah dengan ringannya membagikan buku-buku ini kepada siapapun yang meminta haha! Sekarang ketika mulai membaca dan mengoleksi karya Oma malah jadi sedikit menyesal (astagfirullah As!) haha bukan karena apa siiih, tapi karena menumpulkannya kembali jadi agak susah nih hihi. Tapi yaa memang sama Allah dikenalkan karya oma (benar-benar baca maksudnyaa) di waktu yang tepat. Sekarang ketika secara finansial sudah lebih lowong buat jajan-jajan buku Oma. Walaupun teteeep jajannya yang diskonan HAHA!

Buku Agatha Christie yang saya beli di Desember 2022

Pertengahan tahun 2022 dan akhir tahun 2022 ketika Gramedia diskon lumayan banyak buku Oma dengan harga 30% dari harga asli, saya beli semua yang diskon ga pakai mikir :'). Kapan lagi kaan ya. Satu bukunya ga ada yang lebih dari 20.000 saja harganya. 

Sekarang tahu-tahu saya sudah punya hampir 30 judul Buku-buku Agatha Christie di rumah. 

Tahun ini, tepatnya mulai Januari 2023 saya perdana ikutan #ReadChristie2023, sebuah tantangan membaca buku-buku Agatha Christie. Listnya dikeluarkan oleh website resmi Agatha Christie. Berikut list bacaan dari #Readchristie2023 tahun ini:


Menarik sekali untuk diikuti mengingat saya kadang belum terlalu banyak tahu karya-karya Agatha Christie, padahal bukunya ada banyaaak sekali. Jadi bisa sekalian membantu ngebabat TBR. Oiya, walaupun ada buku-buku yang sudah ditentukan, sebetulnya kalau kita sudah baca ga harus baca buku tsb, tapi bisa stick ke tema bulanan, biasanya nanti ada rekomendasi buku lainnya untuk topik di bulan tersebut. 

Sad Cypress

Nah, sekarang kita masuk ke review. Topik bulan ini adalah tentang Jealousy. Karena saya belum pernah baca Sad Cypress, saya langsung pilih buku judul utama buat bulan ini. 

Sad Cypress memang pas sekali masuk ke tema kecemburuan. Buku ini bercerita tentang kisah cinta yang rumit dengan bumbu-bumbu harta warisan didalamnya (atau malah kebalik ya hah kisah tentang harta warisan yang dibumbui kisah cinta rumit). Yah begitulah.

Tokoh utama dalam buku ini yang sejak prolog dikisahkan menjadi terdakwa pembunuhan adalah Elianor Carlisle. Seorang perempuan muda dari London yang sudah bertunangan dengan cinta pertamanya Rodecick Welman atau Roddy. Sejak awal digambarkan kalau cinta Elianor pada Roddy jauh lebih besar daripada cinta Roddy pada Elianor. 

Elianor punya seorang bibi yang kaya raya dan sakit-sakitan, bibinya ini menikah dengan paman Roddy. Jadi semua orang berpikir, ketika bibinya wafat, mereka berdua yang akan mewarisi semua kekayaan bibinya. Siapapun yang mendapatkan, toh pada akhirnya akan menikah juga. 

Eh, ketika menjenguk bibinya, Roddy bertemu sosok Mary Gerard. Anak penjaga kebun di rumah bibinya yang amat disayangi bibinya. Elianor pernah mendapatkan surat kaleng untuk berhati-hati akan ada sosok perempuan muda yang pandai mengambil hati dan bisa-bisa bibinya menyerahkan semua harta warisan kepadanya alih-alih Elianor dan Roddy. Mereka berdua tahu surat itu merujuk pada Mary Gerard. Namun diam-diam, Roddy rupanya jatuh cinta pada Mary. Dan dari sana ketegangan bermula.. 

Membaca buku ini rasanya memang seperti membaca romance rasa misteri alih-alih sebaliknya. 

Analisis Poirot

Hercule Poirot hadir dibuku ini. Ia hadir atas undangan dr. Peter Lord, dokter Mrs. Welman. Ia diam-diam naksir Elianor pada pandangan pertama ketika bertemu Elianor di rumah bibinya. Lord percaya kalau bukan Elianor pembunuh Mary Gerard (Oh iya, Mary Gerard memang tewas dan ini bukan spoiler. Ini ada di prolog pendahuluan halaman pertama buku ini yang mengambil setting Elianor di pengadilan). 

Poirot tidak mau percaya Lord begitu saja. Ia bertanya terkait semua kemungkinan, semua motif. Siapa saja yang diuntungkan saat Mrs. Welman wafat, juga saat Mary meninggal dunia. Ia pada akhirnya bertemu dengan semua orang yang terlibat dalam kasus ini. Dua perawat yang merawat Mrs. Welman dan dekat dengan Mary: Suster Hopkins dan Suster O'brien, Roddy, Ted Bigland--Pemuda desa yang naksir Mary, dan Elinor sendiri. 

Menarik sekali bagaimana Poirot memperlakukan semua informasi, ia bahkan menganggap kebohongan adalah informasi yang berarti karena ia adalah awal dari banyaknya kebenaran yang akan mengungkap kasus. 

Pada akhirnya Poirot bisa menemukan siapa yang sebenarnya membunuh Mary kok! Tapi tidak akan saya ceritakan disini supaya tidak spoiler. 

Ada yang sudah pernah membaca buku ini juga? bagaimana pendapat kalian tentang buku ini?


 


Mengawali Januari 2023 dengan sebuah bacaan yang menyenangkan! Buku ini saya beli setelah membaca review dari Kak Ayu @kakipendek di Instagram di tahun 2022. Baru berkesempatan membaca sekarang daaaaan rasanya senang sekali bisa berkenalan dengan buku ini. 

Buku ini ditulis oleh Iqbal Aji Daryono, title yang beliau tulis di buku ini adalah Praktisi Medsos Penuh Waktu dan itu terbukti sih lewat semua tulisannya. Mas Iqbal pasti banyak meluangkan waktu di media sosial sampai-sampai bisa banyak menulis tentang kasus-kasus yang viral di 2022. Sejujurnya ada beberapa kasus yang saya harus googling dulu agar dapat konteksnya, tapi selain tulisan yang membahas kasus viral, semuanya bisa langsung dicerna kok!

Kumpulan Essai 

Buku ini sebetulnya adalah kumpulan 30 essai yang semuanya membahas tentang fenomena di dunia maya. Mulai dari ketergantungan kita pada google maps, ketagihan media sosial, pergeseran peran penyebaran informasi yang awalnya dipegang televisi kemudian ke YouTube, hingga bagaimana teknologi bisa membantu kita tetap berkegiatan serta sedikit banyak membantu pergerakan ekonomi di musim pandemi.

Saya merasa senang membaca buku ini karena sebetulnya isu yang dibahas adalah isu yang cukup serius. Saya termasuk orang yang menurut pendapat saya sendiri sudah cukup ketagihan media sosial, susah rasanya sehari gak buka Instagram atau buka Twitter untuk membaca apa yang sedang terjadi di luar sana. Tapi di tiap pembahasan di buku ini selalu disertakan humor dari penulis yang cocok dengan humor saya. Jadinya sepanjang membaca buku ini, selain jadi belajar, jadi refleksi, saya juga jadi tertawa ngakak-ngakak sendiri. 

Ada banyak kritik cukup tajam termasuk kepada saya sebagai seorang pembaca yang punya 'jiwa kehumasan' untuk mengumumkan kepada seluruh dunia kalau saya baru saja selesai membaca buku A, dan ini pendapat saya tentang buku A. Ada juga kritik yang dikembalikan kepada penulis yang tidak terima karena bayarannya rendah jauh dibawah bayaran selebgram. Serta kritik kepada diri penulis sendiri yang saya rasa akan berlaku pada kita semua, tentang hilangnya kemampuan kita bersosialisasi dengan warga lokal, karena sekarang tak ada lagi orang yang bertanya lokasi suatu tempat pada warga setempat. Semua tinggal klik. Begitu alatnya ga ada, HPnya ketinggalan, bingungnya setengah mati. 

Tak selamanya buruk

Meskipun kita akan menemukan banyak poin-poin refleksi tentang bagaimana teknologi somehow mengubah kita bukan untuk maju kedepan, tapi mundur kebelakang karena ketergantungan kita dengan beragam aplikasi ini, kita juga akan mendapatkan kisah-kisah tentang bagaimana teknologi bisa membantu orang-orang yang bahkan mungkin tidak punya HP Android di rumah mereka dalam tulisan Youtuber Pembela Petani, halaman 128, penulis menuliskan tentang rahasia (yang tidak rahasia-rahasia amat haha) tentang konektivitas dan digital sociopreneurship. 

Penulis juga berkali-kali mengingatkan kita supaya tidak terjebak echo-chamber, satu kondisi ketika apa yang muncul di alogaritma medsos kita hanya tulisan yang ingin kita baca. Ini terutama kalau sudah berkaitan dengan isu politik. Untuk menghidari hal ini, ia sangat menyarankan kita agar mengikuti orang-orang yang pemikirannya sama/mirip dengan kita, juga yang jauh berbeda. Jadi kita bisa banyak membaca beragam pandangan, dan tidak mudah reaktif pada satu isu tertentu. 

Rating Asri

Saya suka sekali buku ini. Jadi saya beri bintang 5/5 di goodreads :)) Sangat direkomendasikan untuk dibaca oleh kamu yang banyak menghabiskan waktu di dunia maya! 


Biasanya saya selalu menyempatkan diri menulis di penghujung tahun. Tapi tahun ini  lalu rasanya sangat melelahkan. Ada begitu banyak hal yang terjadi sampai rasanya semuanya tumpah-tumpah. Emosi, kenangan, pencapaian, dan harapan untuk 2023. 

Pada akhirnya resolusi saya di 2023 tidak banyak. Selain resolusi finansial agar bisa lebih disiplin menabung dana darurat dan dana pendidikan Rana dan sedikit keinginan menabung agar bisa membangun rumah sendiri, saya hanya ingin menjalani 2023 dengan tidak terlalu stress. 

Pekerjaan dengan load yang agak ketat sepertinya bikin saya agak stress tahun lalu. Ada rasa bersalah karena merasa mengabaikan anak (yang pada akhirnya terbantu dengan keputusan memasukkan anak ke daycare--dan Rana terlihat menikmati kesehariannya disana), namun tak mengurangi sedikit banyak perasaan dan keinginan untuk bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan Rana. 

Mungkin rasa bersalah ini juga datang karena saya mendadak dapat banyak tugas ke luar kota, hampir setiap pekan atau sekali dalam dua pekan, kadang intensitasnya meninggalkan semalam saja, tapi pernah sampai empat malam. Kalau sedang bekerja jauh dari Rana, saya mencoba tetap fokus kerja, karena kepikiran Rana pun gak bikin kerjaan saya selesai serta gak bikin saya bisa memeluk Rana saat itu juga. 

Saya gak tahu apakah perasaan yang sama juga dirasakan oleh Mas Har ketika meninggalkan Rana. Tapi sepertinya iya. Waktu harus bertugas keluar kota selama seminggu lebih, tiap sore atau malam ia pasti video call Rana. Bedanya saya tidak bisa melakukan itu, karena pernah dicoba dan tiap lihat saya di handphone Rana langsung menangis. 

Perasaan bersalah seperti ini makin sering sekali menghantui saya kalau saya sedang tidak terlalu menikmati pekerjaan saya. Sepadan tidak ya, apa yang saya dapatkan baik dari sisi pengembangan diri, karier dan pendapatan dengan jarak yang ada ketika meninggalkan Rana. Disisi lain, saya juga lebih sering menikmati daripada tidak menikmati, bekerja 9 to 5. 

Huaaah, begitulah cerita tahun baru dari seorang Ibu beranak satu yang sedang ingin curhat saja tentang suka dan duka menjadi Ibu bekerja. Bagaimanapun juga saya merasa bisa mengenal diri saya, dan saya tahu saya akan lebih stress ketika tidak bekerja dibanding ketika bekerja, jadi yaa sudah dijalani saja yaa, Bu Asri. 

Semangat Ibu atau calon Ibu yang bekerja maupun tidak bekerja, semoga jalan apapun yang kita pilih diridhoi Allah dan jadi keputusan yang terbaik. 

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Nih buat jajan

POPULAR POSTS

  • Review Asri - Buku Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala
  • Review Asri: Buku Confession karya Minato Kanae
  • Reading Recap September 2021
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • We're Expecting!
  • Juni yang Tidak Terlalu Bersahabat
  • [Review Asri] Failure - Greatmind
  • Review Asri - The Power of Language Karya Shin Do Hyun & Yoon Na Ru
  • Senin Pagi

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Kamu pengunjung ke

Cari Blog Ini

Arsip Blog

  • ▼  2023 (7)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ▼  Januari 2023 (3)
      • Review Asri - Sad Cypress | Mawar Tak Berduri kary...
      • Review Asri - Sapiens di Ujung Tanduk karya Iqbal ...
      • Jadi Ibu Bekerja [fase banyak dukanya]
  • ►  2022 (53)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (13)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (15)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (21)
    • ►  Desember 2017 (1)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (32)
    • ►  Desember 2014 (9)
    • ►  November 2014 (7)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (3)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (69)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (4)
    • ►  Januari 2013 (11)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes