Journal Asri
  • Home
  • About Me

Klub buku offline pertama yang saya ikuti! +kami (@hayumacaofficial) inisiasi. 

Sepanjang 2021 saya cukup sering ikut beberapa klub buku atau klub baca secara virtual, rasanya seru sekali bisa dengar rekomendasi bacaan dari orang lain atau juga baca barengan satu buku yang sama tiap bulannya. 

Hari Minggu kemarin, saya dan empat orang lainnya kumpul barengan di Perpustakaan Hayu Maca untuk berbagi pengalaman membaca di Bulan Januari. 

Ada Afie yang membaca novel Janji karya Tere Liye, Husna yang membaca 21 days to Master Affirmation karya Louise Hay, ada Tante Imas yang membaca buku Chairul Tanjung si Anak Singkong, Fitri yang membaca Keajaiban di Toko Kelontong Namiya karya Keigo Higashino dan saya yang membaca Black Showman dan Pembunuhan di Kota Tak Bernama yang juga karya Keigo Higashino. 

Selain sharing kisah buku yang dibaca, pengalaman membaca bukunya, kami juga saling bertanya satu sama lain terkait buku tersebut! seru banget, semoga di Februari gak kalah seru nih baca barengnya. Teman-teman yang mau ikutan bisa kunjungi Instagram Hayu Maca ya, untuk melihat langsung jadwal baca dan temu di bulan Februari. 

 


Bulan ini, kami merayakan sedikit kenangan tentang pernikahan dan segala kebahagiaan yang menyertai setelahnya, juga kerusuhan yang menghinggapi di sepanjang prosesnya. 

Kami menikah dua tahun lalu, rasanya sudah lama sekali padahal baru dua tahun saja ya. Seringkali teman-teman saya bertanya. "Apa yang membuat saya memutuskan menikah?" Oh, biasanya yang bertanya seperti itu cukup memahami mimpi-mimpi saya akan banyak hal yang justru terlihat sulit diraih ketika memutuskan menikah. Dan sampai hari ini saya masih agak kesulitan menemukan kalimat atau paragraf yang tepat untuk mejelaskan hal tersebut. Satu yang pasti: Saya bertemu seseorang yang saya yakin akan mendukung mimpi-mimpi saya. Sehingga saya sama sekali tidak takut akan kehilangan mimpi-mimpi tersebut.

Bicara tentang pernikahan, kita di Indonesia seringkali menjadikan satu 'Marriage' dan ' Wedding' ya. Tapi saya cukup strict tentang dua hal ini. Bagi saya keduanya amat sangat berbeda. Saya sama sekali tak ingin saya hanya fokus pada 'pesta pernikahan' atau wedding. Saya bahkan bisa dibilang tak terlalu peduli tentang hal ini. Tapi saya sangat amat peduli pada makna pernikahan as a marriage. Proses panjang menjalani kehidupan berdua itu sendiri di awal sudah sangat menakutkan bagi saya. Bahkan ketika menemukan orang yang kita anggap tepat. Sama sekali tak membuat pernikahan jadi seperti pelangi sepanjang waktu. Tetap saja banyak rusuhnya, banyak hebohnya, banyak tangisnya. Tapi tak saya pungkiri, ada banyak kebahagiaan juga yang saya rasakan setelah menikah, beberapa kebahagiaan ini bahkan belum pernah saya temukan sebelum menikah, atau sebelum bertemu suami saya.

Mengenang Masa-Masa Berjuang

Sebetulnya hari ini saya sedang ingin menceritakan proses pesta pernikahan kami yang (bagi saya) sederhana dan memang tak terlalu peduli apa kata orang. Seorang teman pernah berkata pada saya "Mau sebagus apapun pesta nikahnya, tetap saja ada gak sempurnanya di mata orang lain, jadi yang penting kitanya happy waktu acara". Ucapan itu membekas sekali bagi saya. Sampai-sampai benar-benar saya lakukan di pernikahan saya sendiri. 

Dua tahun lalu, saya dan suami harus berjuang menabung sepanjang tahun untuk persiapan pernikahan. Kami tidak berasal dari keluarga dengan finansial yang melimpah. Dan seperti yang kami dan kita semua tahu, pesta pernikahan sebelum covid-19, biayanya sangat-sangat-sangat mahal. [mahal ini sebenarnya subjektif, but I think we can agree when it comes to a wedding, it'll be costly]. Setelah menabung sepanjang tahun, saya bicara pada Ibu, [Bapak saya sudah berpulang di tahun 2018]. Menyampaikan keinginan saya tentang acara pernikahan ini. 

Saya ingin memisahkan acara akad dan resepsi. Yup, walaupun saya tahu membuat dua acara akan makan biaya lebih, saya tetap ingin memisahkannya sejak awal. Alasannya, saya tahu Ibu ingin keluarga dan tetangga hadir di acara pernikahan saya, tapi saya juga ingin teman-teman saya hadir dan bisa ngobrol leluasa di acara pernikahan saya. Tapi kan lingkaran pertemanan saya dan Ibu beda :'). Saya ingin melangsungkan akad di rumah, ini permintaan Bapak dulu, dan ingin membuat satu acara santai bersama teman-teman di kedai kopi. 

Untungnya, Ibu tak terlalu sibuk dan komentar A, B,C. Ibu saya bahkan bilang "ya, yang mau nikah kamu, yang punya uang kamu, silakan bikin acaranya asal disampaikan ke kelaurga besar baik-baik". Yes! I Know I'm a lucky daughter karena punya Ibu seperti Ibu saya. Tapi, tentu tak ada pernikahan yang tanpa drama. Pada akhirnya, saya tidak melangsungkan akad di rumah, tapi di rumah eyang, ada banyak pertimbangan teknis yang rasanya benar juga, tapi kalau ditanya alasan sebenarnya kenapa saya nurut: saya malas ribut, setidaknya untuk akad nikah, saya malas ribut. Malas berdebat, malas misuh-misuh dan malah stress sendiri. Jadi saya bertekad: gak apa di atur-atur waktu akad, tapi acara saya dan teman-teman, saya gak mau di atur-atur. 

Dan ini kejadian sih.

Saya bahkan meminta dengan hormat pada keluarga besar saya untuk tidak hadir di acara santai akhir pekan bersama teman-teman saya, hanya sepupu-sepupu yang hadir. Walaupun tetap ada keluarga besar yang hadir untuk alasan yang saya kurang mengerti apa, tapi saya tetap senang karena jumlahnya terkendali. Saya mengenal seluruh wajah yang hadir di hari itu, malamnya beberapa dari mereka bahkan menginap di rumah dan ngobrol sampai larut malam. 

Acara resepsi, di kedai kopi, dengan menu makanan nasi timbel ayam bakar, gorengan, kopi dan teh (literally because that's the only things we two could afford at that time), tapi saya bahagia karena apa yang saya mau bisa terlaksana. 

Semuanya terjadi juga karena dibantu Fitri--, Sahabat, adik, rekan komunitas, support sistem saya yang membuat semuanya lancar terkendali. Belum lagi dukungan dari semua teman-teman yang hadir dan membantu acara terlaksana dengan baik. 

Apakah sesempurna itu? ahaa, tentu saja tidak, tapi sejak hari itu saya berusaha mengingat hal yang baik dari acara tersebut alih-alih sebaliknya. Oh iya, ada lagi, saking broke-nya kami saat itu, saya bahkan tidak pakai MuA (Saya dibantu sepupu saya urusan make up), saya juga tidak menyewa photographer, tapi dibantu adik saya dan teman-temannya mengabadikan kenangan di hari itu. Untuk MC, saya dibantu Nico dan Faisol, dua sahabat saya dari program mengajar. Ah kalian semua yang membantu hari itu! Terima kasih!!

--

Sekarang kalau mengingat semuanya, saya sama sekali tidak menyesal menyelenggarakan acara pernikahan yang apa adanya dan semampunya kami. Semampunya dan tidak berlebihan, karena setelah menikahlah kehidupan yang sesungguhnya dimulai, bukan? 

--

Setiap orang pasti punya impian pernikahan sendiri-sendiri. Saya sangat beruntung bisa melangsungkan pernikahan, setidaknya seperti yang saya mau saat saya berumur 27 tahun. Saya tidak tahu apa jadinya pesta pernikahan saya kalau saya menikah lebih muda atau lebih tua dari itu, hihi, bisa jadi gambaran ideal saya tentang pesta pernikahan ya berubah lagi. 

Tapi melalui tulisan ini, saya ingin memberikan apresiasi untuk diri saya sendiri. "Selamat As! Sudah berjuang melewati masa-masa itu!". 

Untuk teman-teman yang membaca ini dan mungkin belum menikah atau sedang bimbang ingin seperti apa ketika menikah nanti, semangat ya!

 


Halo! Selamat Tahun Baru 2022 semuanya!
Bagaimana list resolusi tahun ini? sudaaah buat kah? ☺

Tahun ini saya absen membuat resolusi dan target apapun. Tidak ada lagi target ingin bangun pagi seperti tahun lalu, tidak ada lagi target membaca dan membuat konten-konten buku seperti tahun lalu, tidak ada resolusi ingin olahraga atau apapun itu. Sebetulnya saya ingin mencoba bedanya absen membuat resolusi tahunan seperti biasanya. Apakah jangan-jalan bisa lebih baik menjalani hari karena tidak dikejar-kejar target dan tantangan untuk diri sendiri? 

Padahal sebenarnya saya amat suka tantangan hehe. Jadi anggap saja tahun ini adalah tantangan untuk tidak membuat dan menyelesaikan tantangan apapun. 

--

Awal tahun 2022 diawali dengan kesibukan yang cukup seru di tempat kerja. Setelah agak berleha-leha di akhir 2021, sempat merasakan cuti dua hari pulak sebelum akhir pekan (jadii bisa libur panjaaang). Awal tahun malah dikejar-kejar target. Tidak di kejar target pribadi malah ganti dikejar target di tempat kerja. 

Awal tahun 2022 juga diawali dengan keinginan membaca untuk kembali ke dapur, setelah absen delapan bulan masak!! Sejak Rana lahir, saya sama sekali gak ke dapur. Jadi ibu baru dan bekerja penuh waktu membuat saya harus punya prioritas. Mana mana yang duluan. 

Pioritasnya tentu: Mengurus Rana (walaupun porsi ini dapat bantuan besar dari banyak pihak), Waktu bersama Suami, bekerja, membaca, bersenang-senang dengan diri sendiri (baca:leyeh-leyeh), istirahat yang cukup, Hayu Maca, baru RUMAH (masak, beberes dan lainnya). 

Selama ini Mas Har sangat bertanggung jawab mengurus rumah mulai dari beres-beres sampai cuci baju (yang walaupun cuma mutar mesin cuci, ogaah sekali saya lakukan. Berat rasanya huuhu). Makan pun beli diluar atau nebeng Ibu (privilese rumah ke Ibu tinggal jalan 5 menit). 

Akhir tahun kemarin, tumben-tumben saya nonton YouTube. Saya gak terlalu suka nonton YouTube sebetulnya. Lalu muncul rekomendasi video seorang ibu-ibu di Korea yang melakukan aktivitas sehari-hari, beres-beres rumah, main sama anaknya, masak, aduh benar-benar full time di rumah, tapi asyik sekali dilihat. Videonya diiringi lagu yang asik pula ambiencenya. Jadi akhir tahun kemarin saya jadi rajin lagi beres-beres rumah dan menyempatkan waktu untuk setidaknya masak satu menu di pagi hari untuk Mas Har. 

Motivasi kadang datang dari hal-hal yang gak terduga ya. Kok bisa-bisanya saya yang gak pernah dapat tekanan eksternal dari siapapun untuk masak, eh malah mau masak gara-gara nonton video estetik di YouTube. :)

Singkat cerita, sekarang saya beneran berprogress di dapur, juga semakin rajin beberes debu. Peningkatan ini sayangnya juga diiringi dengan satu hal gak sehat yang jadi kebiasaan saya kalau punya hobi baru: beli barang-barang baru :'). Kali ini wishlist saya agak aneh-aneh. Dari Apron kotak-kotak, pan granit baru (karena pan di rumah juga sudah rusak dan agak bahaya karena bahannya mulai ngeletek), lap-lap dapur!, sampai perintilan untuk bikin kue bolu. 

Gak semuanya langsung dibeli sih, satu-satu karena mau lihat seberapa konsisten ini semua berlangsung. Ah iya, ada satu hal yang saya suka dengan kembali ke dapur. Mungkin karena akhirnya pagi saya tidak dimulai dengan scrolling HP, baca WA atau medsos, pagi saya justru lebih mengasyikan. Ketika memulai kerja jadi lebih tenang dan siap memulai hari. 

Walau masih riweuh banget karena patokan pagi yang idealnya masih 'pagi before Rana', sekarang mulai terbiasa untuk bangun (sedikit) lebih pagi supaya bisa masak. 

---

Kalau kamu, memulai 2022 dengan semangat baru ngapaiiiin?


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Nih buat jajan

POPULAR POSTS

  • Review Asri - Buku Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala
  • Review Asri: Buku Confession karya Minato Kanae
  • Reading Recap September 2021
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • We're Expecting!
  • Juni yang Tidak Terlalu Bersahabat
  • [Review Asri] Failure - Greatmind
  • Review Asri - The Power of Language Karya Shin Do Hyun & Yoon Na Ru
  • Senin Pagi

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Kamu pengunjung ke

Cari Blog Ini

Arsip Blog

  • ►  2023 (7)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ▼  2022 (53)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (13)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ▼  Januari 2022 (3)
      • Klub Buku Hayu Maca: Seru-seruan dengar recap baca...
      • Dua Tahun Hari yang Asri: Sebuah Catatan tentang P...
      • Memulai 2022 dengan Memasak
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (15)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (21)
    • ►  Desember 2017 (1)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (32)
    • ►  Desember 2014 (9)
    • ►  November 2014 (7)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (3)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (69)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (4)
    • ►  Januari 2013 (11)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes