Journal Asri
  • Home
  • About Me
Pojok Baca di Sekolah PRIMA

Setiap berurusan dengan anak-anak, entah itu mengajar ngaji di TPA ketika saya SMP-SMA, mengajar di kegiatan Moeda Mengabdi ketika kuliah di Bengkulu hingga mengajar TK dan sekarang mengajar SD saya selalu berusaha membuat mereka mencintai membaca, membuat mereka menemukan rasa senang ketika menemukan fakta baru lewat buku, atau ikut larut dalam kisah sejarah dan kisah fiksi yang didapat dari buku.

Dari semua pengalaman yang belum seberapa, saya mendapatkan kesan kuat bergelut dengan dunia literasi di program Moeda Mengabdi dan Sekolah PRIMA. Hari ini saya ingin membagi cerita tentang apa saja yang sudah saya coba lakukan dan cara yang bisa dicoba untuk menumbuhkan semangat baca pada anak.

Kegiatan Silent Reading di Sekolah PRIMA
MOEDA MENGABDI

Awal 2013 saya dan teman-teman Bengkoeloe Moeda Community mengajar beberapa volunteer untuk meluangkan waktu mengajar adik-adik di Bengkulu Tengah. Saya masih ingat sekali ketika pertama kali datang ke Pagar Jati, pertama kali kesana saya belum membawa koleksi-koleksi buku anak yang ada di rumah. Di Minggu kedua, saya mulai membawa koleksi buku-buku anak yang saya punya, tidak banyak tapi cukup untuk membuat satu anak setidaknya membaca satu buku. Awalnya saya pesimis dengan semangat baca mereka, tapi ketika saya membuka goody bag berisi buku berwarna-warni, semuanya langsug berebut ingin membaca. 

Ada satu hal yang cukup menyentuh yang terjadi ketika saya mengajak anak-anak membaca. Suatu hari ada seorang relawan yang menyumbangkan seluruh koleksi majalah Bobo untuk dibawa ke Desa Pagar Jati, buku koleksi saya dan buku sumbangan lainnya biasanya berbentuk buku cerita, kamus bergambar atau buku-buku sains untuk anak. Ketika saya mengawali hari itu dengan cerita "Hari ini mbak bawa majalah anak-anak yang paling terkenal di Indonesia . . kalian tau kan apa ?" dan saya mendapatkan respon nihil, mereka hanya menggeleng-gelengkan kepala. Mereka benar-benar belum pernah membaca majalah ini, bahkan memegangnya pun baru kali itu. 

Seperti biasa mereka berebut ingin membaca. Saya sendiri terenyuh, majalah yang menjadi bagian dari masa kecil dari hampir seluruh anak ternyata namanya pun tak sampai kepada mereka. Saya semakin bertekad untuk membawa semakin banyak buku untuk mereka. 

Hal terakhir yang bisa saya lakukan adalah mengalokasikan dana Moeda untuk membelikan satu anak satu buku. Sekaligus perpisahan sebelum saya akhirnya harus pulang ke Cimahi. 

Semangat membaca mereka yang luar biasa sampai sekarang masih membekas, membuat saya selalu bertekad, di tempat manapun nanti saya menetap, saya akan membuat perpustakaan komunitas, atau perpustakaan rumahan yang bisa di akses siapapun, anak-anak hingga orang tua.

Harry Potter !
SEKOLAH PRIMA

Mengajar di Sekolah PRIMA membuat saya belajar banyak hal, salah satunya adalah belajar untuk mengembangakan program literasi di kelas. Alhamdulillah, saya diberi amanah untuk menjadi manajer kelas dimana anak-anaknya sebagian besar senang sekali membaca. 

Sekolah PRIMA memiliki program silent reading 15 menit sebelum belajar bahkan sebelum peraturan ini dikeluarkan oleh kemendikbud. Dari kelas 1, anak-anak sudah terbiasa membaca. 

Tahun lalu saya membuat jurnal baca yang wajib di isi setiap habis membaca agar bisa memantau perkembangan baca mereka juga bisa membantu mereka berlatih menulis setiap hari. Anak-anak yang di awal semester tidak terlalu tertarik dengan membaca juga mau tidak mau membaca agar bisa menulis Jurnal Baca, pada akhirnya hampir semua anak senang sekali membaca. Karena membaca ini dilakukan sambil menunggu giliran ngaji yang bisa sampai 1 jam, anak-anak yang senang sekali membaca bisa menghabiskan 1 jam ini khusyuk untuk membaca buku. 

Di kelas juga saya belajar bahwa anak-anak akan sangat tertarik membaca setelah kita mendongeng atau bercerita. Pernah suatu ketika saya demam tinggi dan tidak bisa mengajar, akhirnya kelas digantikan oleh Pa Donny, Pa Donny bercerita tentang petuangan Spiderwick dan semenjak itu anak-anak berebut giliran membaca buku Spiderwick. 

Spiderwick yang jadi favorit semua siswa

Saya juga pernah maraton mendongeng kisah Harry Potter dan Batu Bertuah yang membuat anak-anak sangat tertarik untuk membaca buku Harry Potter. Banyak juga dongeng-dongeng lain yang akhirnya membuat anak-anak bertanya "Ada bukunya bu ? Pinjem dong, aku mau baca"

Saya sering kali membawa buku yang sedang saya baca ke sekolah, saya baca disela waktu istirahat, kadang anak-anak iseng membaca halaman-halaman awal dan bertanya apa isinya, kadang saya berpikir anak-anak jadi semakin senang membaca ketika guru mereka atau mungkin orang tua di rumah terlihat asyik dengan kegiatan membaca. 


Nah, dua kisah tentang menularkan semangat literasi kepada anak-anak tadi semoga bisa jadi pelajaran jika kalian sedang mencari cara untuk membuat anak-anak senang membaca. Kalau dibuat poin-poinnya kira-kira mungkin seperti ini :

1. Sediakan Buku - Ini wajib ! mengajarkan anak suka baca harus diawali dengan menyediakan buku-buku, kalau memang sulit jangan malas bawa anak ke perpustakaan. Jika kamu guru, sebisa mungkin buat pojok baca di kelas dan buat perpustakaan sekolah menjadi tempat yang menyenangkan. Di Rumah pastikan menyediakan tempat atau rak untuk koleksi buku yang ada.

2. Mulai dengan cerita dan dongeng - Bercerita atau mendongeng sangat membantu anak-anak sebelum membaca, karena ketika bercerita atau mendongeng kita menggunakan intonasi dan mimik wajah yang lebih real, mereka jadi tidak kesulitan lagi ketika membaca bukiu.

3. Jadi Role Model ! - Susah mengajarkan anak untuk suka baca kalau kita tidak membaca, dan jangan sampai jurnal baca kita kalah penuh dengan jurnal baca anak-anak, kapan terakhir kali kamu membaca buku ?

4. Upgrade - Ini cara lanjutan ketika anak-anak sudah mulai terbiasa membaca, jangan sampai koleksi buku di kelas atau di rumah sudah terbaca semua oleh anak tapi kita tidak menyediakan buku bacaan baru. Mereka bisa jadi bosan, Supaya bisa tetap hemat berbelanja (karena buku anak kita tahu semua harganya !), berbelanjalah ke lapak buku bekas saperti Dewi Sartika atau Palasari, atau kunjungi pameran buku yang diskonnya lumayan besar. 

Sekian tips dari saya hari ini ! Jika ada tambahan saran, silakan masukkan di kolom komentar yaa :)
Membaca, dimanapun tempatnya

Hai ! Selamat hari Minggu semuanya !

13 Pemuda di DA 13

Hari Kamis dan Jumat lalu saya izin tidak masuk kerja untuk menghadiri sebuah acara di Jakarta. Acara ini bukan acara keluarga, tapi mampu mempertemukan 13 pemuda menjadi keluarga baru walaupun hanya satu hari bertemu.

Hari Kamis lalu saya mengikuti acara Direct Assessment Indonesia Mengajar XIII. Karena tidak ada pilihan lokasi tes di Bandung, saya memilih tempat paling dekat di Jakarta, tempatnya di IPMI International Business School di Kalibata. Sebenarnya ini kali kedua saya mengikuti DA, awal 2015 lalu saya lolos tahap pertama tapi belum lolos di tahap DA.

Saya sudah bisa mengira-ngira apa yang akan terjadi di DA karena pengalaman saya sebelumnya, namun tes kali ini terasa berbeda karena saya bertemu dengan teman-teman baru yang semuanya seru-seru. Ada 13 pemuda yang hadir termasuk saya, 13 Pemuda di DA13, semoga 13 benar-benar jadi angka keberuntungan dan bisa membawa kami semua lolos (hehehe), tapi lolos atau tidaknya saya ditahap ini, saya tetap bersyukur karena bisa bertemu dengan 12 pemuda lainnya yang luar biasa kece. 

Tes-tes di DA ini mungkin sama seperti tes masuk kerja di perusahaan, ada Tes Potensi Akademik, Psikotes Grafis, Focus Group Discussion dan Wawancara namun ada satu tes yang seru dan mungkin taidak akan kalian temui di tes kerja lainnya, Simulasi Mengajar!.

Kami semua diminta mengajar dengan teman-teman DA bertindak sebagai anak-anak SD kelas bawah, saya sudah pernah bahkan sering microteaching ketika kuliah dulu, namun simulasi mengajar di DA Indonesia Mengajar ini benar-benar berbeda. Kami hanya diberi waktu 7 menit dan dalam waktu 7 menit ini ada beragam kejadian yang terjadi. Skenario ketika kita menemukan anak-anak berkebutuhan khusus di kelas, pedagang yang masuk ke kelas, ayah yang meminta anak-anaknya pulang untuk membantu mereka panen atau tiba-tiba terjadi gempa bumi. Suuuupeeeer sekali deh, saya sendiri yang sudah setahun jadi guru amazed karena (diluar kejadian yang berhubungan dengan perilaku anak) saya menemukan kejadian yang memang benar terjadi di lokasi penempatan PM. 

Satu hari bersama teman-teman luar biasa ini juga membuat kami merasa menjadi keluarga baru, langsung buat grup di WA, foto-foto seperti teman lama yang baru bertemu, beberapa juga berjanji untuk bertemu kembali jika sedang berada di satu kota. 
Keluarga Baru !

Pengumuman bagi yang lulus dan tidak lulus akan disebat lewat email secara beragam di bulan Agustus ini. Saya sudah pernah gagal sebelumnya dan tidak kapok untuk kembali mencoba, karena lulus sampai tahap DA pun sudah sesuatu yang sangat wah bagi saya. Setiap periode ada ribuan pemuda yang ingin mendaftar menjadi PM, tahun ini ada 9800an pemuda yang mendaftar dan dipilih 200an pemuda untuk seleksi lanjutan di tahap DA, nantinya mungkin hanya 40an pemuda yang dipilih menjadi PM. Mereka ini pemuda-pemuda terbaik yang siap mengabdi di tempat yang berlum pernah sama sekali mereka datangi, siap menjadi inspirasi dan manjadi penyala di tempat mereka ditugaskan nanti. 

Karena itu walaupun tidak lulus lagi, saya tetap bangga karena pernah bertemu dan berbagi hari bersama pemuda-pemuda luar biasa ini :) Saya percaya dimanapun kita berada, kita tetap bisa menjadi penyala dan manusia bermanfaat bagi orang-orang disekeliling kita. 
Wonderwall
Hallo ! Sudah minggu kedua di sekolah nih.
Saya ingin bercerita sedikit tentang dinding dan ruang kelas kami yang kami gunakan untuk belajar hari ini.

Ketika kelas 2 dulu, di ruangan yang sama dengan kelas kami sekarang, saya sering sekali kali mengganti display kelas sesuai dengan tema belajar kami atau memajang hasil tugas dan pekerjaan anak-anak yang menarik. Bisa gambar, foto, cerita atau karya keterampilan.

Tahun ini saya belum memajang display apapun di dinding kelas. Bahkan tidak ada daftar KM dan daftar piket. Awal semester ini saya menutup dinding-dinding kelas dengan plastik bening yang bisa dijadikan dinding tulis dan tempat menempel bahan belajar. 



Minggu lalu saya mencoba mengajak anak-anak untuk berkeliling Indonesia dan Dunia (hehe) lewat gambar-gambar Instagram, lalu kami berdiskusi menentukan apakah gambar tersebut merupakan kenampakan alam ataukah kenampakan buatan. Gambar-gambar tersebut masih tertempel lengkap dengan kartu pertanyaan untuk pelajaran menulis.

Minggu ini saya kembali membuat dinding tulis tambahan untuk pembelajaran sains tentang penggolongan hewan. Tadi seharian penuh saya dan anak-anak berdiskusi dan mengelompokkan hewan-hewan seta belajar membuat grafik dasar pengelompokkan hewan-hewan. Grafik dasar ini dibuat anak-anak di sticky notes, masing-masing anak saya beri jatah menuliskan 3 binatang dan klasifikasinya, namun ada juga yang bisa membuat sampai 6 hewan. Oh iya, ternyata tak semua anak-anak di kelas merasa lebih mudah menuliskan tugas tadi dengan grafik. Ada juga yang membuat tulisan dengan menggunakan nomor-nomor.


Dinding Tulis Kelas 3
Saya juga menempel beberapa artikel tentang hewan di dinding tulis ini, lalu mendiskusikan isi artikel tersebut bersama-sama.

Ide membuat dinding tulis ini berawal ketika saya mampir ke tempat terapi bu Yukie, karena disana belum ada papan tulis, Bu Yukie menggunakan plastik bening untuk alas dinding tulis. Ketika saya coba dikelas, ternyata asyik sekali. Kami tidak harus fokus pada satu dinding ketika belajar, dan saya tidak harus kembali ke depan kelas ketika harus menuliskan sesuatu, saya bisa menulis di dinding manapun. 



Apakah dinding tulis ini efektif digunakan di kelas ? 
Well, selama dua minggu ini saya merasa sangat nyaman karena bisa bergerak berkeliling dari satu siswa ke siswa lainnya lalu menulis dan menggambar tanpa harus kembali ke papan tulis utama. Saya rasa anak-anak juga cukup menikmati, karena dengan luasnya dinding tulis kami sekarang, setiap anak memiliki kesempatan untuk mengisi dinding ini ketika saya meminta mereka mengerjakan sesuatu langsung di dinding kelas. 

Saya juga bisa menempel beragam gambar dan artikel, lalu saya bisa menarik garis dari gambar tersebut untuk menjelasakan dan menuliskan hal penting yang berkaitan dengan artikel tersebut. Jika pelajaran dan materi berganti, kami bisa dengan mudah menghapus dan mengganti gambar-gambar yang menempel tanpa harus mengotori dinding. Jika masih diperlukan, materi dan gambar tidak akan dihapus malah bisa ditambah dengan hasil diskusi dan temuan baru tiap harinya. 

Setidaknya bagi anak-anak yang mudah mengingat tulisan dan gambar di dinding, mereka mampu mengingat karena materi yang dibahas tidak akan langsung dihapus. Dinding kelas ini juga membuat tidak ada batas dimana arah depan dan belakang kelas, anak-anak bisa bergantian menjadi barisan paling depan atau paling belakang tergantung dimana saya menjelaskan dan menulis materi pelajaran.





Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Nih buat jajan

POPULAR POSTS

  • Review Asri - Buku Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala
  • Review Asri: Buku Confession karya Minato Kanae
  • Reading Recap September 2021
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • We're Expecting!
  • Juni yang Tidak Terlalu Bersahabat
  • [Review Asri] Failure - Greatmind
  • Review Asri - The Power of Language Karya Shin Do Hyun & Yoon Na Ru
  • Senin Pagi

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Kamu pengunjung ke

Cari Blog Ini

Arsip Blog

  • ►  2023 (7)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (53)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (13)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (15)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (21)
    • ►  Desember 2017 (1)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ▼  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ▼  Agustus 2016 (3)
      • Menumbuhkan Semangat Baca Anak
      • Kisah dari Jakarta
      • Dinding Tulis
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (32)
    • ►  Desember 2014 (9)
    • ►  November 2014 (7)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (3)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (69)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (4)
    • ►  Januari 2013 (11)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes