Review Asri - Sapiens di Ujung Tanduk karya Iqbal Aji Daryono

 


Mengawali Januari 2023 dengan sebuah bacaan yang menyenangkan! Buku ini saya beli setelah membaca review dari Kak Ayu @kakipendek di Instagram di tahun 2022. Baru berkesempatan membaca sekarang daaaaan rasanya senang sekali bisa berkenalan dengan buku ini. 

Buku ini ditulis oleh Iqbal Aji Daryono, title yang beliau tulis di buku ini adalah Praktisi Medsos Penuh Waktu dan itu terbukti sih lewat semua tulisannya. Mas Iqbal pasti banyak meluangkan waktu di media sosial sampai-sampai bisa banyak menulis tentang kasus-kasus yang viral di 2022. Sejujurnya ada beberapa kasus yang saya harus googling dulu agar dapat konteksnya, tapi selain tulisan yang membahas kasus viral, semuanya bisa langsung dicerna kok!

Kumpulan Essai 

Buku ini sebetulnya adalah kumpulan 30 essai yang semuanya membahas tentang fenomena di dunia maya. Mulai dari ketergantungan kita pada google maps, ketagihan media sosial, pergeseran peran penyebaran informasi yang awalnya dipegang televisi kemudian ke YouTube, hingga bagaimana teknologi bisa membantu kita tetap berkegiatan serta sedikit banyak membantu pergerakan ekonomi di musim pandemi.

Saya merasa senang membaca buku ini karena sebetulnya isu yang dibahas adalah isu yang cukup serius. Saya termasuk orang yang menurut pendapat saya sendiri sudah cukup ketagihan media sosial, susah rasanya sehari gak buka Instagram atau buka Twitter untuk membaca apa yang sedang terjadi di luar sana. Tapi di tiap pembahasan di buku ini selalu disertakan humor dari penulis yang cocok dengan humor saya. Jadinya sepanjang membaca buku ini, selain jadi belajar, jadi refleksi, saya juga jadi tertawa ngakak-ngakak sendiri. 

Ada banyak kritik cukup tajam termasuk kepada saya sebagai seorang pembaca yang punya 'jiwa kehumasan' untuk mengumumkan kepada seluruh dunia kalau saya baru saja selesai membaca buku A, dan ini pendapat saya tentang buku A. Ada juga kritik yang dikembalikan kepada penulis yang tidak terima karena bayarannya rendah jauh dibawah bayaran selebgram. Serta kritik kepada diri penulis sendiri yang saya rasa akan berlaku pada kita semua, tentang hilangnya kemampuan kita bersosialisasi dengan warga lokal, karena sekarang tak ada lagi orang yang bertanya lokasi suatu tempat pada warga setempat. Semua tinggal klik. Begitu alatnya ga ada, HPnya ketinggalan, bingungnya setengah mati. 

Tak selamanya buruk

Meskipun kita akan menemukan banyak poin-poin refleksi tentang bagaimana teknologi somehow mengubah kita bukan untuk maju kedepan, tapi mundur kebelakang karena ketergantungan kita dengan beragam aplikasi ini, kita juga akan mendapatkan kisah-kisah tentang bagaimana teknologi bisa membantu orang-orang yang bahkan mungkin tidak punya HP Android di rumah mereka dalam tulisan Youtuber Pembela Petani, halaman 128, penulis menuliskan tentang rahasia (yang tidak rahasia-rahasia amat haha) tentang konektivitas dan digital sociopreneurship

Penulis juga berkali-kali mengingatkan kita supaya tidak terjebak echo-chamber, satu kondisi ketika apa yang muncul di alogaritma medsos kita hanya tulisan yang ingin kita baca. Ini terutama kalau sudah berkaitan dengan isu politik. Untuk menghidari hal ini, ia sangat menyarankan kita agar mengikuti orang-orang yang pemikirannya sama/mirip dengan kita, juga yang jauh berbeda. Jadi kita bisa banyak membaca beragam pandangan, dan tidak mudah reaktif pada satu isu tertentu. 

Rating Asri

Saya suka sekali buku ini. Jadi saya beri bintang 5/5 di goodreads :)) Sangat direkomendasikan untuk dibaca oleh kamu yang banyak menghabiskan waktu di dunia maya! 

0 comments

leave yout comment here :)