Review Asri - Buku Klasik The Call Of The Wild (Panggilan Alam Liar) karya Jack London

Membaca buku klasik kedua

Pengalaman membaca buku klasik saya diawali dengan membaca The Railway Children karya E. Nesbit di tahun ini. Menutup akhir tahun, saya mencoba menantang diri membaca karya klasik yang hampir tidak pernah jadi minat saya. Saya bertanya rekomendasi bacaan klasik ringan pada Kak Rezki, seorang kawan bookstagram, dan sampai pada rekomendasi ini: The Call of The Wild (Panggilan Alam Liar) karya Jack London. 

Blurb

Buku ini bercerita tentang Buck, anjing ras campuran St. Bernard dan Scotch Shepard yang awalnya tinggal di daerah 'selatan' yg hangat. Ia tinggal sebagai anjing peliharaan keluarga hakim yang kaya raya, disayang keluarga majikannya dan tak pernah sekalipun ia dibuat kelaparan atau bekerja keras. Anjing rumahan istilahnya.

Suatu hari, ia 'diculik' dan dijual oleh salah satu pelayan keluarga hakim, seorang penjudi yang membutuhkan uang. Kala itu, daerah utara (arah Kanada) sedang membutuhkan anjing yang kuat dan gagah perkasa, serta berbulu tebal untuk melindungi diri dari tebalnya cuaca. Anjing-anjing ini nantinya akan menarik kereta seluncur, menyelesaikan misi-misi besar majikannya. 


Buck dikirim menggunakan kereta dan sampai di sebuah tempat penampungan dimana anjing-anjing tersebut dijual bebas. Awal petualangan Buck dimulai dengan bekerja untuk Perreault & François, pasangan pengemban misi pemerintah Kanada. Buck belajar bagaimana untuk terus bertahan hidup di tengah kerasnya cuaca dan adaptasi 'tim' barunya yang berisi beberapa anjing dengan jenis  dan kepribadian yang sangat berbeda.

Perjalanan ini rupanya menhidupkan kembali insting Buck sebagai seekor hewan, atau sering disebut dalam buku sebagai 'insting hewan purba', yang bukan hanya tangguh dalam bertahan hidup, namun juga amat mendambakan kebebasan untuk hidup di alam liar

Review Asri

Membaca buku setebal 158 lembar ini rasanya nano-nano, saya hampir menangis ketika Dave, salah seekor anjing rekan tim Buck tak sanggup melanjutkan perjalanan karena terlalu lelah. Juga menahan kengerian sekaligus penasaran melihat perubahan karakter Buck dari bab ke bab.

Ketika berdiskusi dengan Kak Rezki via DM Instagram, kak Rezki sempat menyarankan untuk mencoba untuk membayangkan Buck sebagai manusia. Hal ini sebetulnya sudah saya lakukan sejak baca di pertengahan, perkembangan karakter Buck, mirip sekali dengan perkembangan karakter manusia :').
Rasanya kadang semengerikan itu ya jalan untuk mengejar kebebasan, dan memang butuh sebuah momentum untuk sadar kalau diluar hidup aman nyaman seperti biasa, ada petualangan seru yang menanti di luar sana. Dan petualangan tersebut bisa apa saja bentuknya.

Ada juga hal menarik buat saya ketika Buck bertemu majikan terakhirnya, yang justru kebalikan dari semua majikannya sebelumnya: bisa memberikan cinta dan kasih sayang untuk Buck. Hal ini membuat Buck dilema memilih antara majikannya atau kebebasan yang selalu ia impikan. Mirip sekali bukan dengan keadaan banyak dari kita atau teman-teman kita?

Ada yang ingin mengejar karier dan sekolah tinggi namun bertahan untuk tetap tinggal di kampung demi baktinya pada orang tua, ada yang menanggalkan impiannya demi berkompromi untuk keluarga, apapun bentuknya, rasa cinta memang satu hal unik yang sering kali menahan kita dari impian dan cita-cita, namun bukan berarti buruk. Pada banyak kasus, pilihan untuk tetap bertahan pada rasa cinta justru jadi hal yang membuat perasaan lega, walau akhirnya tak selalu berujung bahagia. 

Ah, baca fabel sependek itu saja jadi panjang sekali pikiran saya. Tapi pengalaman membaca buku klasik ternyata menyenangkan ya! Jadi ingin membaca lebih banyak buku klasik di 2022!

0 comments

leave yout comment here :)