Membaca Sjahrir dan Sebuah Akhir Pekan yang Normal

Menjalani akhir pekan yang normal setelah sebulan penuh akhir pekan diisi dengan bekerja-bekerja-bekerja, rasanya menyenangkan sekali!

Bulan Mei kemarin, hampir tiap akhir pekan saya berada di Bogor untuk bekerja, biasanya Sabtu malam baru bisa pulang ke Cimahi, Minggu kelelahan baru bisa bangun siang, Senin sudah kembali bekerja, teruus begitu, ada satu pekan yang bahkan Sabtu Minggu diterabas terus bekerja, Senin judah harus kembali standby, sudah bilang izin setengah hari pun, tetap tidak bisa benar-benar 'izin' dari kerusuhan pekerjaan haha! Kalau dituliskan rasanya memang melelahkan sekali, tapi alhamdulillah terlewati dan dilewati bersama teman-teman kerja yang menyenangkan. Sehingga walaupun lelah dan bawaannya ingin mengeluh, tetap bisa terlewati. 

Hari ini Saya, Mas Har dan Rana akhirnya bisa menikmati akhir pekan normal kami seperti waktu-waktu sebelumnya. Sarapan garang asem, dilanjutkan pergi Taman Hutan Kota Babakan Siliwangi, tempat favorit Rana se-Bandung Raya hehe, beneran super duper happy tiap diajak ke Baksil. Mampir ke Salman untuk Sholat Dzuhur dan cari makanan sekitar ITB, lalu lanjut ke Gramedia Merdeka untuk menjemput Conan 102, ditutup mampir ke Baltos untuk belanja beberapa keperluan. 

Seharian ini juga saya membaca buku yang baru datang Jumat malam kemarin, buku preloved yang saya beli random karena murah :') tapi isinya gak bisa bikin berhenti baca.


Sjahrir; Peran Besar Bung Kecil. Buku setebal 258 halaman ini mampu menghipnotis saya sampai bisa mengacuhkan pesan-pesan di WhatsApp, absen buka medsos sampai terus baca sepanjang perjalanan Cimahi - Bandung - Cimahi. Sekarang belum habis sih :) masih setengahnya, entah akan dilanjutkan malam ini atau akan diselingin membaca Conan dulu, tapi cerita Sjahrir seru sekali :') 

Tiap-tiap baca buku sejarah atau tokoh yang namanya sering saya dengar di buku sejarah dulu tuh, saya sering ngucap: where have I've been siih, kok baru tahu kisah-kisah ini sekarang. Gara-gara baca buku ini juga saya jadi kepikiran mau mulai mengoleksi seri buku saku Tempo lainnya. Tidak banyak buku sejarah yang ditulis dengan gaya bahasa yang mengalir dan membuat pembacanya penasaran terus-menerus, tapi tim penulis Tempo bisa sekali menyajikan ini di buku Sjahrir. 

Sejak membaca Mirah dari Banda, saya penasaran ingin membaca kisah Hatta dan Sjahrir yang sempat diasingkan di Banda Neira, menarik sekali di buku ini dijelaskan bagaimana Sjahrir menjalani hari-hari di sebuah tempat pengasingan yang menurutnya adalah Surga :').

Lebih lanjut tentang buku ini nanti akan saya tulis di postingan terpisah ya setelah membaca hingga selesai! Selamat berakhir pekan! Semoga akhir pekanmu menyenangkan!

Akhir Pekan yang Normal dan menyenangkan yang sudah lama saya rindukan:

Rana di Baksil

Melamun di pelataran Salman

Menjemput Conan

Belanja di Baltos

0 comments

leave yout comment here :)