Maret ini banyak membaca tapi malah absen menulis. Maklum yaa blogger amatir yang tidak taat pada jadwal menulis yang dibuat sendiri (haha) mencoba disiplin menulis ini berat betul! Jadi mari kita mulai lagi. Hari ini saya membaca buku tentang hidup minimalis ala orang Jepang. Buku yang cukup terkenal dan rasanya sudah dibaca banyak orang, saya termasuk yang ketinggalan kereta baru baca di 2021! Tentu bacanya dilandasi kebutuhan berbenah rumah kontrakan menjelang kedatangan penghuni baru di rumah.
Buku ini saya baca di Gramedia Digital, sebuah langkah yang selaras dengan misi bukunya: membaca tanpa harus memiliki hihi. Berisi catatan perjalanan hidup minimalis penulis yang tidak terlalu detail secara personal, namun memberikan gambaran apa yang ia lakukan hingga sampai pada gaya hidup seperti saat ini. Penulisnya membagi buku ini jadi lima bagian:
1. Mengapa Minimalisme?
2. Mengapa Kita Mengumpulkan Barang Begitu Banyak?
3. 55 Kiat berpisah dengan barang, 15 kiat tambahan untuk tahap selanjutnya dalam perjalanan menuju minimalisme
4. 12 Hal yang berubah sejak saya berpisah dari barang-barang kepemilikan
5. "Merasa" bahagia alih alih "Menjadi" bahagia
---
Buku ini diawali dengan lampiran visual contoh 'tempat/hunian' hidup minimalis dan gaya hidup minimalis. Di awal bagian penulis mengajak kita merenung "Tak seorang pun yang lahir ke dunia dengan membawa suatu benda", semua orang mengawali hidup sebagai seorang minimalis dan 'nilai' kita tidak ditentukan berdasarkan seberapa banyak barang yang kita punya. Ia menceritakan hari-harinya sebelum menjadi minimalis hingga akhirnya memutuskan untuk 'membuang' barang-barang yang sebetulnya amat ia sayangi.
Yang membuat saya tertegun adalah refleksi penulis tentang ia dan buku-buku koleksinya. Dibuku ini ia mempertanyakan, "sebenarnya, beli banyak buku, disusun banyak di rak, tujuannya apa sih?" beneran untuk dibaca dan menambah ilmu pengetahuan atau ingin 'pamer' doang ke orang kalau ia orang yang suka membaca, punya beragam buku dari beragam genre dan sebagainya. Ini jadi pertanyaan menarik buat saya pribadi yang sampai sekarang, walaupun sudah melepas setengah koleksi buku saya, masih punya cukup banyak buku koleksi di rumah! Yang debunya naudzubillah tiap dibersihkan pasti bikin bersin-bersin. Haha.
Ia juga menceritakan barang-barang apa saja yang ia buang beserta harganya dan bagaimana perasaannya setelah membuang barang-barang tersebut. Wow! cukup ekstrim yaaa! Saya sendiri walau ingin belajar menjadi minimalis rasanya tidak akan langsung 'membuang' barang-barang saya begitu saya. Sebenarnya dibanding menjadi seorang minimalis, saya lebih ingin belajar untuk berhenti menjadi seorang hoarder, penimbun segala rupa barang-barang di rumah! Sekali lagi, debunya itu loh! ingin juga mulai mengganti furnitur di rumah dengan yang lebih sederhana namun bisa menampung banyak barang sehingga rumah tidak terasa sempit. Namun sebagai kontraktor (alias masih ngontrak) bisa apaa hahaa, apalagi masih ada beberapa furnitur besar & lawas punya pemilik rumah yang akhirnya saya gunakan agar fungsional dan tidak malah menuh-menuhin tempat.
--
Ah, yang saya suka dari buku ini (selain 55 tips yang sepertinya beberapa bisa dipraktekkan buat saya) adalah tujuan akhir dari gaya hidup minimalisme ini. Minimalisme, tidak seperti apa yang kita lihat di medsos, bukan tentang pamer seberapa sedikit barang yang kita punya, atau yang sangat salah: menghakimi orang-orang yang memiliki banyak barang. Hidup minimalisme justru untuk mencari ketenangan (dengan sedikit barang yang dimiliki, sedikit tanggung jawab dan kekhawatiran yang kita punya) juga untuk merasakan kebahagiaan.
Adapun biaya hidup yang lebih murah, gaya hidup yang lebih ramah alam, itu bonus yang mengikuti gaya hidup ini. Pada akhirnya kebahagiaan yang dicari. Ini malah membuat saya berpikir, yaa memang tak semua orang cocok dengan gaya hidup ini yaa, kalau kita bisa bahagia dengan hidup minimalis then do it, perlahan lahan. Tapi kalau tidak ya sudah tak apa. Selama itu bikin kamu bahagia!
Banyak sekali orang-orang penganut hidup minalisme akhisnya merasakan kebahagiaan karena mindset luar biasa yang bekerja: tidak takut pada apa kata orang, tidak takut disangka miskin, menjadi diri sendiri, tidak terbebani dengan barang-barang yang dimiliki, lebih sedikit beban.
Justru mindset penting ini yang harus dimiliki. Kalau kita masih takut dengan penghakiman orang, boro-boro hidup minimalis hehe tidur pun tak tenang karena kebanyakan berpikir.
--
Buku ini asyik dibaca tapi lebih asyik lagi kalau dipraktekkan hehe! so far saya lebih suka baca buku ini dibanding buku serupa yang ditulis Marie Kondo. Selamat membaca teman-teman semua!
---
Informasi Buku
Judul Buku:
Bokutachini, Mou Mono Wa Hitsuyou Nai
Goodbye, Things Hidup Minimalis Ala Orang Jepang
Penulis: Fumio Sasaki
Pertama kali diterbitkan: 2015 (Jepang), 2018 (Indonesia)
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Annisa Cinantya Putri
Tersedia di Gramedia Digital