Journal Asri



"If you are grateful, I will surely give you more." - Quran 14:7

This ayat is one of my favorite ayat in The Qur'an and since I have limited knowledge about The Quran, it makes this ayah become more favorite for me. This ayah become more popular these days when people sharing quotes on their status and social media. People put the ayah on an aesthetic picture and it become even more powerful since the meaning is already beautiful. Honestly I did it too sometimes. I don't remember what on what occasion do I share it as a status, sometimes I just randomly pick some picture on pinterest and post it without any intension. Maybe it just a reminder to myself, to always be thankful for Allah's blessing, to not be greedy, to know that what I have today: a family, a healthy family, a healthy body, a chance to do what I love to do, enough foods to eat and not worrying what to eat for few days ahead is purely a blessing I often forget. 

I reread the ayah today from two books: Secret of Divine Love by A. Helwa and Revive Your Heart by Nouman Ali Khan. 

In the first book, Helwa give a notes on gratitude. "True gratitude or shukr, is not based on your circumstance but based on the state of your spirit. Our gratitude does not make God more generoud; rather, our gratitude makes us more receptive to receiving all that God continuously gives to us".

In the second book, one of my favorite book written by Nouman Ali Khan, Ust. Nouman give us more context of the ayah, when Musa AS turns to the Israelites who are in the middle of the desert, complaining about the heat, lack of food, lack of water, he turn to them and says, "Your Master had already declared that, "If you can become grateful, I will absolutely increase you". This is interesting because in the first chapter of the book, Musa AS already experiencing this. That when we are grateful, Allah always give us more and more and more. 

I rarely write about The Quran in this blog, but I really want to share it here. Sometimes, I feel I'm too greedy, I know that because Allah actually give me more than enough, and I'm not talks about money only, I feel another blessing, more than money, family, support system, health, the ability to think, the ability to read, the ability to write, yet I always want more and mostly it's about possession. It's about dunya. 

I want to reflect more this Ramadan, Allah already give everything I need right now. This time, I aspire to become the people who know when enough is enough, and become the people who always grateful.



So, last Thursday I randomly choose a book to read after work and I can't drop the book down until I finish it, and the book was Sherlock Holmes: A Study in Scarlet. 

As a big fans of Detective Conan [been read the comic since I was in Junior High School and now I am a mother of one], I always have a respect for Sherlock Holmes since he's been such an idol for Sinichi Kudo. But I never got a chance to read Sherlock books. The closest experience I got to know Sherlock was from the BBC Series: Sherlock, which aired in 2010 and I watched the first season I think in 2013 and the series become one of my favorite series ever since. Also, that was the time I have a crush on Benedict Cumberbatch :P


Sherlock Hunting

It was last year, 2021. The year when I have so much time scrolling social media also some spending some times to check online marketplace regularly [because I have the maternity leave] and also 2021 was the year when I thought I was financially stable to buy books without thinking too much, in the end I was cry and couldn't even afford to buy delicious snack after realize I got no more entertainment money left and it's only in the middle of the month, anyway, in 2021 I start collecting Sherlock Holmes books. 


I've been in love with Indonesian translation edition from Penerbit Shira Media, I mean look at the books when I complete a month of online book hunting this edition. I guess this edition was discontinue and all I can found was preloved books, which was fine because I got a very nice price for these 5 books. I found it from different marketplace, got it from Tokopedia, Shopee & Bukalapak. I haven't opened the book to be honest so aside from the very pretty book cover and the arrangement of the back of the books, I can't tell you anything about book especially the translation. 

Then, a month (or two maybe) after I complete the collection of Shira Media edition (only 5 books actually not all series), there's Gramedia Online Book Fair, when they offered some books with 50% off price cut! I mean! it's now or never haha! So one of the book I checked out that time was Sherlock Holmes: A Study in Scarlet. I bought it only for 35,000! for someone who's growing up worrying about money [wkkk] buying books with big deals is always an achievement! haha sorry not sorry. 

Finally Meet Sherlock

So, months after that time, I finally read the book. It tooks only 6 hours, not in total, but I open the book after work so maybe it's around 6 PM, between iftar, nursing my baby and some errands to do, I finished it in the middle of the night at 12PM. And guess what! I'm in love with this book. It's so weird since I don't put high expectation on this book. I mean I've watch the series and I can guess the plot but still, this one is masterpiece. At least this edition, translated by Sendra B Tanuwijaya! kudos to the translator to make the this book fun to read and did not feel like a translation at all :').

I'm not gonna give you blurb or anything in this post, you guys could found it on Goodreads. I just want to share my experience reading this book haha! I really want to read the Shira-Media version but I got some books to read first before that and somehow I prefer to read the book based on the year published, maybe I'm gonna read the previous book from Gramedia Digital so I don't have to buy more books. I hope I could read the book this month, but I put my expectation lower since the books short stories, unlike the first book I read. :) After reading Gramedia version and Shira Media version, maybe I'm gonna write the difference too and giving more detail reviews. This one is only an intro! wkkkk. 

Anyway! 

I'm so happy I finally meet the original Sherlock in the book! and also happy that I watch the series first and I could visualize Benedict as Sherlock! 


Thank you for reading!


Beberapa pekan lalu, saya ikutan PreOrder buku Ramadan yang Sepi dari penerbit Surau Kecil (imprint penerbit Little Quoqa). Ini buku Little Quoqa pertama yang saya beli untuk diri saya sendiri (hehe), sebelumnya pernah order Willa dan Rempah untuk Hayu Maca. Tepat sehari sebelum Ramadan, buku ini sampai di Rumah. Oiya, saya pesan di Maktabah Syam, toko buku online yang dikelola Kak Dedeh, teman-teman bisa cek link tokopedianya disini ya. Buku ini diterbitkan terbatas hanya 3.000 eksemplar (alasan utama saya langsung ikut PO haha). Terus bagaimana isinya? Yuk kita cek pelan-pelan.

Ramadan dari Perspektif Anak

Buku ini berkisah tentang Sabit, anak SD kelas rendah yang tidak terlalu bersemangat menghadapi Ramadan. Ia yang senang bermain, senang makaaan, jadi tak punya teman bermain dan teman makan karena teman-temannya, tak seperti dia, justru sangat semangat menyambut bulan Puasa. 

Ramadan yang sepi mengingatkan saya pada suasana Ramadan ketika saya kecil dulu. Dulu saya tinggal di Kabupaten Cirebon dan tempat saya tinggal, puaaaanaaas sekaliiiiii. Saya gak penah sama sekali menantikan Ramadan dengan semangat karena biasanya ada saja puasa saya yang pecah, gak kuat karena terlalu panas. [Saya sudah pernah tinggal di beberapa kota berbeda, Cimahi, Bengkulu, Jakarta, Banggai, Songkhla dan Cirebon, plus menginap beberapa hari di kota-kota yang kata orang panas, tapi asli deh, Cirebon yang paling panas haha]. Makanya saya bisa relate sama Sabit. 

Ini juga jadi poin utama yang membuat saya suka buku ini: Buku ini memberikan perspektif tentang bulan Ramadan dari kacamata anak-anak, bukan kacamata orang dewasa atau orang tua yang ingin memberikan informasi 'enak-enaknya' aja tentang Ramadan. 

Character Develompent

Nah, tapi jangan khawatir bapak dan ibu yang belum baca hehe, buku ini juga memberikan perkembangan karakter Sabit dalam memahami Bulan Ramadan, ia yang tadinya merasa sepi di bulan tersebut, di akhir cerita akan berubah perspektifnya menjadi Sabit yang lebih mencintai Ramadan, tapi porsinya pas tidak berlebihan. 

Nah, ada satu hal lagi yang saya suka dari buku ini. Orang tua Sabit sama sekali tidak memaksakan Sabit untuk puasa! alih-alih merayu untuk puasa setengah hari atau gimana gitu ya [seperti kebanyakan orang tua kita, atau dalam kasus saya ya orang tua saya], mereka tetap digambarkan tersenyum menanggapi Sabit. Ku sukaaa sekaliiii. 

Ilustrasi yang 10/10!

Nah ngomongin buku anak rasanya gak afdhol kalau gak ngomongin ilustrasinya. Ilustrasi di buku ini BAGUUUUUS banget. Saya cukup concern sama ilustrasi buku anak. Karena saya sendiri pernah menggeluti bidang ilustrasi, pernah juga jadi guru TK dan SD, buat saya peran ilustrasi dalam buku anak itu besar banget, kadang lebih penting gambarnya kaya gimana dari pada tulisannya apa :'). Nah di buku ini, Singgih Cahyo berhasil sekali memvisualisasikan kegalauan Sabit, kesediahannya, kesepiannya. Lalu ada juga gambar temaram malam di desa tempat Sabit tinggal, suasana tarawihnya, indah sekali ilustrasi di buku ini menggambarkannya! Saya beli bintang sempurna untuk ilustrasinya.

Kekurangan Buku

Untuk konten/isi buku, saya gak ada masalah sama sekali. Tapi ada kekurangan minor yang mengganggu ketika membuka buku ini: cetakannya agak kurang sempurna. Ada halaman yang lipatannya tidak sempurna sehingga sulit dibuka dan ada lipatan yang sepertinya sudah dilipat berkali-kali :') jadi membekas seperti buku tua, padahal ini buku baru. 

Agak termaafkan karena ilustrasi bukunya sebagus itu sih. Tapi semoga juga bisa jadi perbaikan penerbit kedepannya. 

Rekomendasi Usia

Buku ini cocok dibaca anak-anak yang baru belajar puasa, usia TK dan SD kelas rendah (5- 8 tahun) adalah yang paling pas, karena sama dengan usia tokoh Sabit di buku ini.



Halo semua! Waktunya kembali mereview buku! Akhir pekan dua minggu lalu saya membaca sebuah buku yang sudah saya beli dari tahun lalu, tapi saya anggurin karena tahu ceritanya bakal super sadis :') Tahun kemarin saya di racunin buat baca buku-buku Akiyoshi Rikako sama Kak Ketty setelah baca karya-karya Minato Kanae (yang tidak kalah sadis huaaah), kadang saya bertanya-tanya sendiri apa sih yang saya cari dari baca novel-novel macam ini :')), tapi keseruan dan rasa penasaran akan alur cerita membuat pertanyaan saya sering hilang, haha baca mah ya udah baca aja As :')

Blurb

Ini sepertinya kalau saya yang bikin blurb bakalan malah spoiler deh, jadi saya tuliskan blurb di belakang buku aja ya:

Terjadi pembunuhan mengerikan terhadap seorang anak laki-laki di kota tempat Honami tinggal. Korban bahkan diperkosa setelah dibunuh.

Berita itu membuat Honami mengkhawatirkan keselamatan putri satu-satunya yang dia miliki. Pihak kepolisian bahkan tidak bisa dia percayai.

Apa yang akan dia lakukan untuk melindungi putri tunggalnya itu?

Dari blurbnya saja sudah amat mengerikan bukan? membayangkan ada orang bisa membunuh bahkan memperkosa anak dibawah lima tahun saja saya tak sanggup :'(

Review (+curhat)

Nah sejujurnya seusah banget buat bikin review buku ini tanpa spoiler (buat saya) karena ini plot twistnya luar biasa gila. But here we go.

Ada beberapa tokoh utama di buku ini. Pertama Honami, seorang Ibu yang tinggal di Kota di tempat terjadinya pembunuhan. Di Bab Pertama, kita akan banyak membaca background kecemasan Honami terhadap kasus ini. Ia dulu susah sekali mau punya anak, karena memiliki penyakit reproduksi. Ia mencoba terus menerus untuk punya anak hingga akhirnya bisa hamil di usia 43 tahun. 

Lalu ada Makoto, anak kelas 2 SMA, pemain dan pelatih Kendo untuk anak-anak TK dan SD di Balaikota. Ia sering disebut sebagai 'sensei' yang baik oleh anak-anak kecil ini, it's a bit spoiler [tapi juga enggak], di bab ketiga kita akan membaca kalau Makoto adalah tersangka dari pembunuhan anak yang terjadi belakangan. 

Tokoh lainnya adalah detektif yang bertugas untuk menangani kasus ini. Sebetulnya ada banyak detektif yang bertugas, namun dua detektif ini yang paling disorot dalam buku. Pertama Tanizaki, detektif perempuan yang masih muda dan masih sangat semangat dalam menangani kasus-kasus yang datang padanya. Kedua, Detektif Sakaguci, detektif laki-laki yang sudah lebih tua, sering melakukan hal-hal yang dianggap kolot oleh Sakaguci, namun beliau adalah detektif yang berpengalaman, terlihat dari saran-saran yang ia berikan kepada Tanizaki. Mereka berdua agak gak akur di awal-awal buku, anyway. 

Oiya, nantinya akan ada dua kasus pembunuhan anak yang berbeda di buku ini, buat seorang Ibu seperti saya, sebenarnya ini cukup trigering loh bacanya! :') mana eksplisit banget pembunuhan keduanya huhu.

Apakah buku ini menghibur? Iya kalau kamu suka baca cerita misteri, in my case saya sukaaa cerita misteri, tapi ini terlalu sadis!!! untuk yang ga suka cerita misteri dan gak suka cerita sadis pula, saya sangat tidak merekomendasikan buku ini.

Nah nilai tambahan lain dari buku ini adalah plot twist yang luar biasa brilian! Huah, pecinta plot twist pasti memuja buku ini :') habis baca endingnya saya baca-baca ulang halaman-halaman pertama dan merasa ditipu mentah-mentah sama penulisnya haha. Briliant sekali sih memang.

Kritik Sosial tentang Undang-Undang Kekerasan Seksual

Buat saya ini adalah highlight paling menarik dibuku ini. Apalagi kritik sosial ini juga amat relevan di Indonesia yang belum punya undang-undang anti kekerasan seksual. Seminggu setelah saya selesai membaca buku ini, saya membaca kabar tentang seorang Dekan di Universitas Negeri di Sumatera yang dibebaskan dari tuduhan pelecehan seksual karena tidak ada bukti yang cukup. It's sad though! 

Nah dibuku ini kita akan diajak menyelami perasaan seorang korban kekerasan seksual, bagaimana ia hidup dalam ketakuatan, perasaan cemas tak karuan, juga bagaimana keluarganya menanggapi hal tersebut :'(/

Menurutku Akiyoshi Rikako amat sangat keras mengkritik sistem hukum untuk pelaku kekerasan seksual  lewat tokoh-tolohnya, pun lewat aksi pelaku yang memperlihatkan kalau kekerasan seksual itu kejahatan yang gak berhenti disatu titik saja. Ada trauma yang dialami korban, ada resiko-resiko setelah itu seperti kehamilan, kelahiran anak yang tidak direncanakan, keluarga yang bercerai berai, hingga dendam yang berujung permbunuhan. 

Selain dilihat dari sudut pandang korban, buku ini juga memiliki tokoh polisi perempuan yang berpikiran terbuka terkai kasus kekerasan seksual. Justru dari Tanizaki saya belajar banyak tentang UU Kekerasan seksual di Jepang. 

Mau Baca lagi gak?

Waduh, saya sih tidak berniat membaca lagi buku ini huhuwa, terlalu mengerikan. Sekali saja deh cukup, ini pun sepertinya buku fisiknya mau saya preloved-kan saja saking tak ada keinginan untuk membaca buku ini kembali :')))))


Hai-hai semua! Pekan ini aku membaca romcom yang direkomendasikan teman Bookstagram ketika aku bertanya rekomendasi buku romcom ringan. Buku ini beberapa kali berseliwaran di Instagram dan sepertinya viral sekalidi TikTok hehe, another TikTok Phenomenon yang saya baca setelah Seven Husband of Evelyn Hugo. Padahal saya gak main TikTok :)). Buku ini berjudul The Love Hypothesis, ditulis oleh Ali Hazelwood. 

Kebetulan sekali saya membaca buku ini sambil mengikuti drama Business Proposal yang sedang tayang di Netflix! karena ceritanya sama banget nih tentang Fake-Dating haha! Membaca atau menonton cerita tentang fake-dating itu seru kalau kita sedang mencari bacaaan ringan karena kita tahu benar endingnya akan seperti apa kan ya :') 

Blurb:

Olive, Ph.D candidate jurusan Biologi di Stanford terlibat fake-dating sama Dr. Adam Carlsen. Dosen, sekaligus senior sekaligus faculty comittee di Fakultasnya. Eh sebelum jauh bahas blurb-nya, karena di Indonesia kesan Ph.D candidate dan seorang Dr itu biasanya sudah lumayan berumur, Olive dan Adam ini masih muda-muda hehe, Olive baru 26 tahun dan Adam umurnya 34 tahun. Keduanya sama-sama di jurusan Biologi tapi Adam bukan pembimbing Olive langsung. 

Olive sebenarnya gak kenal sama Adam, gak dekat, sebatas tau kalau dia dosen killer parah di kampus, temannya banyak yang jadi korban keganasan Adam. Tapi satu malam, dia 'harus' terlihat punya hubungan sama laki-laki manapun, biar kelihatan sama Ahn, sahabatnya yang sedang ragu banget mau melanjutkan hubungan sama Jeremy karena Olive pernah naksir Jeremy. Olive mau fake dating gini supaya Ahn gak ngerasa gak enak kalau dia mau lanjut berhubungan sama Jeremy. Malam itu, out of nowhere yang dia temui adalah Adam, kejadianlah apa yang ada di cover bukunya, dia cium Adam, dan dari sana semuanya bermula. 

Olive dan Adam melanjutkan fake-dating mereka karena Adam juga ternyata punya goals untuk kelihatan settled di kampusnya supaya dapat grant funding buat researchnya. Uniknya, meskipun Adam ini dingin banget sama mahasiswa-mahasiswanya, dia gak terlihat sedingin itu sama Olive. Bukan unik sih hahaa, ini tentu pola serupa yaa di romcom-romcom haha, tapi tetap seru melihat interaksi Adam dengan Olive. 
Seperti Romcom pada umumnya, perkembangan hubungan mereka berubah dari fake-dating ke dating beneran, nah sebelum masuk ke dating beneran ini ada banyak asumsi dan keraguan yang bikin seru karena plotnya jadi mantepp gitu pas mereka beneran sama-sama sadar kalo mereka saling suka. 

Things you need to know before reading the book

Ini panduan sebelum kamu memutuskan melanjutkan membaca buku ini atau tidak ya:
- Ini buku young adult dan ROMCOM!, jadi ada adegan dewasa yang cukup eksplisit, rating usianya 17+!!!! 

- Meskipun terlihat sangat 'scientist' banget dari cover ataupun judulnya, sebetulnya adegan-adegan sainsnya gak banyak kok! heeeehe jadi bacanya gak terlalu susah, bahkan kalau bingung dengan istilah sains yang Bahasa Inggris pulak, bisa diskip aja dan masih bisa dipahami jalan ceritanya.

- I don't know if this is an issue for you, tapi ada pasangan LGBTQ juga disini, since I don't mind reading about them, aku oke oke aja ya hehe.

- Baru terbit dalam Bahasa Inggris, menurutku akan ada kemungkinan terbit dalam Bahasa Indonesia juga karena sebenarnya walaupun 'dewasa', ini mirip buku-buku harlequinn gitu yang sudah banyak di alihbahasakan sama beberapa penerbit dalam negeri, nah tapi gak tau karena ada isu LGBTQnya apakah akan ada yang terjemahkan atau tidak. Tapi ini Bahasa Inggrisnya mudah dipahami hehe, ada sih beberapa jokes yang aku pribadi perlu baca dua atau tiga kali baru ngerti, tapi buat yang baru mulai baca buku Bahasa Inggris, boleeh nih buku ini dicoba!

- Akan mengenalkan Women in STEM, sebuah gerakan [semoga gak salah] yang sebetulnya sudah mulai jalan juga di Indonesia, aku kenal beberapa orang yang giat mengkampanyekan Women in STEM, nah di buku ini banyak diulas juga nih.

- Tidak ada adegan triggering seperti kekerasan seksual, eh tapi ada deng verbally, kalau kamu mudah tertriger dengan ini bisa jadi pertimbangan, tapi buatku yang biasanya mudah tertrigger kalau ada bacaan yang mengangkat isu pelecehan seksual, buku ini aman banget. 

Review Asri

Seru sekaliiii membaca buku ini!! Page turner banget karena pada dasarnya aku memang bucin sama cerita-cerita romcom ya kalau sedang lelah dengan kehidupan nyata haha, ga deng, tapi baca romcom tuh memang selalu berhasil menaikkan mood aku. 

Nah, untuk buku ini rasanya lebih fresh karena backgroundnya ada di kampus nih hehe, walaupun aku tidak pernah merasakan jadi mahasiswa Ph. D, bahkan master pun belom yha As, tapi seru karena aku jadi bisa tahu pressurenya jadi Ph. D candidate itu bagaimana. 

Di Prolognya ada percakapan yang membukakan mata semua orang tentang alasan kita melakukan sesuatu, termasuk ngambil program Ph. D, it's the WHY, kalau cuma buat ngisi waktu luang karena lagi nganggur atau ga tau mau ngapain, bakal beraaaaat banget. I think this will apply to Master Program too ya, tapi aku kenal juga beberapa orang yang ambil program master karena ga tau mau ngapain habis S1, dan sebenernya gapapa juga, they went out well juga sampai graduating, mungkin di tengah jalan mereka menemukan STRONG WHY. Nah cuma kalau Ph. D berat kali yaaa terutama untuk bidang sains nih, yang personally buatku akan jadi lebih berat lagi karena aturan-aturan sains dan kesaklekannya tuh amat sangat bukan aku banget hehe. 

The Why itu jadi pembuka yang mantap banget untuk melanjutkan baca buku ini, rasanya ini gak sekedar baca romcom yang buat happy-happy doang, ada nilai lebihnya gitu hehe. Kalau kamu penasaran tentang Why ini, bisa juga ditemenin baca buku nonfiksinya Simon Sinek judulnya Start With Why. 


---
Nah terus-terus tentang romancenya sendiri, aku berhasil banget dibikin ikutan jatuh cinta sama sosok Adam. Jujur ini ceritanya amat sangat drakor haha. Ini kalau ada adaptasinya aku lebih prefer Drakor dibanding film hollywood 1,5 jam doang. Eksekusi drama korea kalo urusan chemistry kaya gini juga selalu lebih bagus haha Hollywood movie are overrated T.T [hiduuup drakooor]. 

Aku suka sekali sama weekly routine Adam dan Olive di fake-datingnya mereka: ngopi berdua di Starbuck tiap Rabu supaya dilihat orang-orang kalau mereka lagi dating. Somehow ngebayangin ngobrol sama orang yang kita sayang di kedai kopi aja tuh sudah cukup untuk bikin saya klepek-klepek. [case: saya peminum kopi dan suka banget nongkrong di kafe, tapi suami saya tidaaaaq haha]. 

Hal lain yang saya suka adalah plotnya yang sangat mudah ditebak tapi tetap bikin penasaran, karena cara penulisnya bikin narasi juga mantap banget.

Tapi saya punya cons juga nih untuk plotnya yang rada maksa :'), yaitu dibagian waktu Holden (rekannya Adam, dosen-dosennya anak2 Ph.D) dating sama Malcolm (roommatenya Olive), right after a conflict rising between Olive and Adam. Rasanyaaa maksaaa ajaaa ketika semua orang disekitar cowo dan cewe dalam sebuah romcom jadi terhubung, jadi ikutan jadian juga, jadi ngeramein perdramaannya. Haha. Ini bukan karena sentimen LBGTQnya ya, walaupun mereka berdua straight, tetap aja saya prefer mereka gak ujug-ujug jadian ketika ada konflik antara Olive dan Adam terus mereka berdua jadi pengengahnya. 
Huff, itu kan maunya saya yaaa haha, mungkin penulisnya ingin ending yang membahagiakan juga untuk teman-temannya Olive, jadi dia buat plotnya begitu hehe. 

Tapi tetap seru kok! Ini saya lagi baca ulang dari awal, dari prolognya dari awal fake-datingnya dan semuanya! sekali lagi, kalau kamu suka romcom, suka drakor juga, wajiib bacaaa!!

Eh satu lagi yang saya mau review adalah POVnya nih, agak unik ketika sebuah buku romcom gak pakai PoV tokoh utama perempuan atau biasanya ada juga yang pakai PoV kedua tokohnya, jadi kaya tebak-tebakan perasaan lawannya gitu karena melihat dari sisi salah satu pihak aja kan ya, itu biasanya yang bikin seru. Karena banyak prasangka dan pembaca dibikin geregetan, tapi buku ini pakai PoV orang ketiga, dari luar Olive dan Adam, tapi tau banget isi hati Olive gitu. Jadi gimana yaa haha PoV orang ketiga yang menyebutkan Olive as She, not I, tapi dia tau Olive merasakan pergulatan batin, ragu, senang, sedih, mau nangis. But not with Adam. Mengingatkan saya pada buku Harry Potter yang ditulis dengan PoV yang sama.

Apakah baca buku ini bikin Asri ingin sekolah lagi?
I'm gonna drop it here guys: Aku selalu ingin sekolah lagi, S2, di bidang pendidikan lagi [cuma bukan lagi untuk usia dini, lebih ke orang dewasa, Adult Education], but not now, haha. Sejak tamat S1 saya mencari banyak referensi untuk kuliah lagi, saya bahkan email beberapa dosen di kampus-kampus di Eropa untuk nanya jurusan yang saya mau waktu itu, jurusan yang banyak bahas Sekolah Alam. Karena skripsi saya waktu itu tentang itu. Saya belajar IELTS, belajar TOEFL, tapi gak pernah PD untuk apply karena tau kalau keluarga saya di rumah masih butuh saya :)))). Makanya gengs, bisa S2 itu priviledge beneraaan hahaa. Gak bisa diambil semua orang. 

Sekarang sih saya masih punya beberapa tahun jatah sebelum masa apply beasiswa S2 abis ya, biasanya S2 minimal usia 35 masih bisa apply, tapi jujur makin kesini makin gak pengen-pengen banget kuliah keluar negeri, kayanya di dalam negeri asal kampusnya bagus, dosen-dosennya oke, bisa deh tetap belajar banyak. Tapi kan gatau yaaa kedepannya bagaimana, apalagi seakrang mulai banyak kampus yang menawarkan long distance program, bukan gak mungkin kedepannya saya mau pilih sekolah online ajaa buat S2 hehe.

----
Sekian guys, review kali ini, panjang dan sekalian curhat! semoga berkenan!

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Jalan Panjang untuk Pulang karya Agustinus Wibowo
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim Ho-yeon
  • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, Bacaan untuk Memahami Pembantaian Massal 1965 dalam Konteks Global

Arsip Blog

  • ▼  2025 (20)
    • ▼  Juni 2025 (2)
      • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, ...
      • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
    • ►  Mei 2025 (5)
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes