MOEDA MENGABDI : setahun cerita

Masjid Nurul Iman, Desa Pagar Jati
Saya baru pulang dari Desa Pagar Jati Bengkulu Tengah, sangat lelah tapi tak sabar untuk bercerita :). Saya pergi mengajar disana tiap minggu, tahun lalu diblog ini saya pernah bercerita tentang sebuah program mengajar di sebuah desa yang cukup jauh dari Kota Bengkulu, kalau dibilang desa tertinggal sebenarnya tidak juga, tapi kenapa mau mengajar disana bersama sahabat Moeda lainnya ? kalau saya yang ditanya jawabannya malu dengan semangat adik-adik disana untuk tetap belajar. Di Hari Minggu, hari dimana mereka bisa saja beristirahat atau tidur-tiduran dirumah, nonton TV seperti apa yang dilakukan anak Kota di Hari Libur, Jalan-jalan bersama keluarga atau kegiatan lainnya tapi mereka tetap memilih pergi menunggu kakak-kakak dari 'Kota' datang untuk sekedar membagi sedikit ilmu (dan Kue :D).
'Bikin Mading' dibantu kak Arif dan Kak Ihsan
Program Moeda mengabdi sudah setahun berjalan, sempat vakum beberapa bulan karena terpotong masa liburan tapi sekarang kembali aktif dan lebih wow dari minggu-minggu sebelumnya. Di Dusun dua, ada konflik warga yang menyebabkan tak lagi banyak anak yang mau pergi mengaji, beberapa malah dilarang orang tuanya :) padahal biasanya mereka sangat semangat, tapi sekarang tinggal tersisa empat anak yang masih menunggu kami tiap minggu siang, di Dusun satu, yang dulu anak-anaknya harus dijemput waktu mau mengaji, sekarang berubah 180 derajat, alih-alih kami mengunggu anak-anak yang mau datang, sekarang mereka yang menunggu kami di Masjid, dan Jumlahnya lebih banyak dari biasanya. Bahkan beberapa anak yang sulit diatur sekarang sudah mulai klik dengan beberapa kakak atau mba dan mau nurut.
 
MADING-ku
Hari ini saya dan teman-teman datang dengan membawa peralatan untuk membuat MADING. tapi rupanya tak satupun dari mereka tau apa mading, ketika dijelaskan kalau mading adalah singkatan dari majalah dinding yang berisi informasi dan karya serta pengetahuan yang bisa dibaca seluruh orang mereka masih tak serius mendengarkan, jadi ketika ditanya ulang 'Ada apa aja di Mading ?' ada yang celetuk bilang 'CICAK'. Saya hanya bisa menahan tawa.
Mereka membuat mading dibantu kakak dan mba yang lain, menggambar, menggunting, menempel. Beberapa dari mereka tampak menikmati kegiatan ini, andai saja di sekolah mereka ada ekstrakulikuler mading sehingga kreativitasnya bisa terus diasah. :)
Dayat & Rosul presentasi mading kelompoknya
Kembali lagi ke program Moeda Mengabdi, setahun ini banyak sekali yang telah kami alami, ban motor yang pecah sudah tak terhitung lagi jumlahnya, jumlah korban pengajar yang jatuh dalam perjalanan juga :), tapi sampai sekarang masih tetap ada yang rela meluangkan waktunya tiap minggu untuk bertemu dengan adik-adik di Pagar Jati.
what a tough day : Badai dan pohon runtuh menghadang
Ada yang menghargai dan salut atas usaha nyata yang dilakukan para sahabat moeda, ada juga yang dengan tanpa perasaan mengatakan kegiatan kami terlibat dengan politik dsb.
Waktu pertama kali mendengar tentang kegiatan kami yang dikait-kaitkan dengan politik, saya sangat emosi, kesal, bahkan mengeluarkan perkataan kasar. Kalau dipikir-pikir sekarang lucu juga :) apa gunanya saya marah, akan selalu ada haters apapun kegiatan positif yang kita lakukan. dan biasanya alasannya adalah karena mereka tidak bisa melakukan kegiatan yang kita lakukan.
Semoga dengan seiringnya waktu makin banyak yang tertarik untuk ikut mengajar :) Berhenti mengutuki keadaan, mulai nyalakan lilin dan turun tangan.

2 comments

  1. keren kak :),,
    mau seperti kakak semuanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih udah mampir :) erita tinggal dimana ? kalau di Bengkulu ayo gabung :D

      Hapus

leave yout comment here :)