Journal Asri


Sejak akhir April pekan lalu, saya resmi jadi Ibu dua anak ☺
Sebuah profil yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. 

Sore ini, seminggu lebih sedikit setelah melahirkan, saya menikmati waktu sendiri sambil minum Indocafe Coffeemix yang saya seduh dari dapur, sambil mendengarkan playlist random di YouTube. Mas Har dan Rana sedang di kamar, membacakan buku untuk Ayu, anggota baru keluarga kami. Rasanya saya ingin menuliskan sedikit pengalaman tak terlupakan beberapa hari lalu melahirkan Ayu. Sungguh pengalaman yang tak akan terlupakan seumur hidup saya sepertinya :) 

Katanya, proses melahirkan akan selalu unik, walaupun ada polanya yang dikuasai betul para bidan dan obgyn, tapi tiap ibu akan mengalami pengalaman berbeda, bahkan tiap anak yang dilahirkan Ibu yang samapun, prosesnya akan selalu berbeda. Pengalaman melahirkan Ayu kemarin memberikan saya pengalaman untuk membuktikan keunikan tersebut. 

Pengalaman Pertama - Sebuah pengalaman yang dimudahkan Tuhan

Empat tahun lalu, ketika melahirkan Rana, saya tidak mengalami kesulitan berarti pada proses melahirkan, masih bekerja di hari Rabu dan tidak merasakan kontraksi apapun, namun malamnya kontraksi dan langsung ke Klinik Bidan sudah pembukaan tiga. Masuk dini hari, menunggu hingga subuh sampai pembukaan lengkap, kurang lebih enam jam, melahirkan antara pukul enam ke tujuh pagi. Saya melahirkan dengan metode pervaginam atau sering dibahasakan lahiran normal. Setelah mengeluarkan ari-ari dan dijahit cukup lama, saya kembali ke ruangan saya pukul delapan, sudah jalan kaki, dibantu keluarga, tanpa kesulitan berarti. Bisa dibilang, proses melahirkan normal kala itu, skala sakitnya 6/10 buat saya, yang paling menyakitkan adalah kontraksi mengunggu pembukaan lengkap LOL itu skala sakitnya 100/10, alias sakit sekali dan bikin saya berpikir saya gak mauu melahirkan lagi.

Setelah proses melahirkan, saya cukup berdarah-darah di proses pemulihannya karena ada penyakit lain (hello ambeien!!) yang menyertai dan membuat saya tidak nyaman setelah melahirkan, terutama ketika harus BAB :')) (PS: dua pekan setelah melahirkan, akhirnya berobat intens ke internist dan alhamdulillah ambeiennya membaik tanpa harus Operasi). 

Tambahan lainnya melahirkan Rana adalah pengalaman pertama buat saya, bukan hanya melahirkannya, mengurus newbornnya juga. Pulang dari klinik bidan, saya tidak ke rumah, tapi ke rumah Ibu. Awal-awal kehidupan Rana dikelilingi Embah, Om, Tantenya juga selain saya dan Ayahnya. Support yang amat berarti buat Ibu baru seperti saya yang banyak bingungnya. Sebulan setelah dapat support penuh di rumah Ibu, saya kembali pulang ke rumah. Di rumah lumayan harus beradaptasi lagi, sempat kena baby blues sedikit :') tidak lama memang tapi lumayan terbayang repot dan nangis-nangisnya. 

Bisa dibilang, pengalaman pertama saya melahirkan dan mengurus bayi tidak semulus jalan tol (yaaa-- kayanya juga jarang yaa Ibu yang bisa melewati ini dengan mulus, tiap Ibu punya tantangannya masing-masing). Jadi saya agak trauma untuk hamil dan melahirkan lagi. 

Pengalaman Kedua - Dari ILA sampai Caesar

Ketika tahu kalau kami diamanahkan anak kedua di 2024, saya agak panik karena pengalaman pertama tersebut. Jadinya, agak sedikit lebih banyak mikir dan mempersiapkan supaya saya bisa melahirkan dan mengasuh bayi newborn dengan minim trauma. 

Saya dan suami memutuskan untuk melahirkan dengan metode ILA, kebetulan klinik tempat obgyn kami menawarkan metode ini, harganya lumayan memang, jauh lebih mahal dibanding lahiran dengan metode biasa non BPJS. Tapi masih masuk budget melahirkan kami dengan biaya sendiri. Metode ILA ini menawarkan metode melahirkan minim trauma, jadi Ibu akan tetap ditunggu kontraksi alami sampai pembukaan 4 atau 5, setelah itu Ibu akan disuntik anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dari perut ke bawah tidak bisa merasakan sakit lagi, termasuk sakit kontraksi yang luar biasa menuju pembukaan lengkap. Jika nantinya harus dijahit pun, tidak akan terasa sakitnya. 

Pengalaman melahirkan Ayu agak mirip Rana dimana keduanya belum juga lahir di HPL dokter/bidan. Dokter sudah menjadwalkan induksi atau caesar jika hingga H+5 dari HPL tersebut masih belum ada kontraksi, di H+4, kontraksi tersebut datang. Pagi-pagi ketika bangun saya tahu ini kontraksi intense yang ditunggu-tunggu. Jam 09.00 pagi kami tiba di klinik setelah mempersiapkan semuanya. Saya langsung dicek dan betul sudah pembukaan tiga, pengecekan CTG dilakukan, sekitar satu jam di ruangan tindakan, saya kemudian pindah ke kamar inap dan menunggu pembukaan di kamar. Sampai jam 10.00 saya masih bisa main HP dengan tenang, setelahnya, kontraksi yang datang sudah cukup bikin saya minta pain killer  LOL. Masalahnya, pembukaan saya belum maju sehingga belum bisa dilakukan suntik ILA, tapi sakitnya sudah MasyaAllah sekali. 

Pukul 13.40 akhirnya saya masuk ruang tindakan dan mulai dibius ILA. Rasanya setelah dibius Ya Ampun, all the pain went away MasyaAllah sekali. Tapi proses bius saya juga agak lama dikontrol setelahnya karena tekanan darah saya sempat drop dan saya hampir hilang kesadaran, sehingga harus diberikan obat oleh dokter anastesinya. Tak lama, sekitar jam 14.00 lebih sedikit, semua lebih terkontrol. Karena saya tidak bisa lagi merasakan kontraksi, detak jantung bayi dimonitor menggunakan CTG sepanjang proses ILA ini. Beberapa kali detak jantung janin turun, namun ini karena asupan oksigen yang kurang ke perut. Sehingga bidan dan perawat terus mengingatkan saya untuk tenang dan menghirup oksigen dengan panjang. 

Pukul 16.00, dokter kandungan masuk dan bersiap untuk memimpin persalinan. Ketuban saya sudah pecah dan pembukaan sudah penuh. Disinilah proses yang saya kira bisa jadi minim trauma malah jadi lebih heboh dari proses melahirkan pertama saya. Bayi saya tak juga turun meskipun sudah terus mengejan sesuai arahan dokter dan bidan. Posisinya juga tidak memungkinkan untuk divakum karena masih terlalu jauh, ternyata bayi saya lebih besar dari ukuran panggul saya :') satu jam terus mencoba dan perut saya didorong-dorong bidan dan dokter untuk menurunkan bayi ketika saya mengejan (ini sakit BANGET). Sampai pukul 17.00 energi saya sudah mulai habis, bius rasanya berkurang drastis dan saya mulai merasakan kesakitan kontraksi penuh tapi bayi belum juga keluar. Setelah mencoba lagi sekitar 30 menit, akhirnya.... saya dilarikan ke RS untuk operasi caesar. 

Ini pertama kalinya dalam hidup saya harus menahan kesakitan diatas ambulans, bius sudah hilang sepenuhnya, sakitnya MasyaAllah.. saya sudah gak bisa berpikir dengan jernih rasanya.. di ambulans saya ditemani Bidan dari klinik, suami harus nyetir bawa mobil juga dibelakang ambulans karena semua  barang ada di mobil. Sampai IGD dalam 15 menit, agak chaos, ada Ibu hamil lain yang juga sedang dirujuk untuk SC tapi saya dapat prioritas untuk SC duluan karena kondisi saya sudah gawat darurat :') sepanjang menunggu saya cuma bisa menahan sakit sambil berucap 'sakit banget' setengah nangis, padahal sudah ingin sekali nangis, tapi saya tahu nangis malah menghabiskan energi saya yang sudah hampir habis kali ini. Jadi ya udah. Lucunya di IGD, ada Ibu-Ibu yang sedang menunggu anaknya melahirkan tadi, tapi gak tega lihat saya terus kesakitan, dia datang sambil ngelus-elus kepala saya sambil bilang 'yang sabar ya neng, bentar lagi da'. I guess kondisi saya dimata orang lain kayanya udah chaotic banget waktu itu.

Pukul 18.00 Saya dibawa ke ruang operasi, sudah tidak sabar sekali dibius untuk menghilangkan rasa sakit :'), setelah bius masuk, Ya Ampuuuun rasanyaaa huhuuu, siapapun yang menemukan obat bius pokoknya semoga pahala mengalir untukmu sampai kapanpun! Pertanyaan pertama saya ke dokter anastesi cuma satu "Saya boleh tidur gak dok? saya capek banget", dokternya tahu saya sudah dipimpin persalinan normal sampai 90 menit, jadi dia juga menyarankan saya untuk tidur saja kalau bisa, nanti dibangunkan ketika bayi lahir. Saya langsung tidur sampai tidak sadar ketika perut saya sudah mulai dioperasi, baru kebangun-bangun ketika dengar suara bayi menangis, yang ternyata 15 menit saja dari dari proses saya dibius alias cepat sekali, saya dibangunkan dokter, diinfokan kalau bayi saya lahir dengan selamat. Mengucap Alhamdulillah dan kembali melanjutkan tidur LOL capeeeeeek bgt bgt bgt. Gak lama perawat masuk dan membawa bayi saya yang sudah dibersihkan dan sudah lebih dulu dibawa ke Ayahnya untuk diadzanin. Saya sudah gak bisa nangis saking bersyukurnya, cuma bisa senyum dan menyapa Ayu, menciumnya perlahan dan mengucapkan terima kasih ke semua orang di ruangan. 

Proses operasi caesar nyatanya gak semenakutkan yang saya bayangkan (walaupun ini agak gak adil juga karena saya gak pernah membayangkan harus dioperasi caesar, selama ini selalu berlatih untuk lahiran pervaginam). Prosesnya jelas tanpa rasa sakit karena dibius sepanjang operasi. Tak lama setelah bertemu Ayu, saya tak lagi tidur, malah bisa ngobrol sama dokter yang bertugas menjahit luka saya dan dokter anastesi di ruangan. Ngobrolnya juga cukup seru dan meriah karena ketika dokternya tahu saya alumni Indonesia Mengajar, dia cerita kalau dia juga alumni Nusantara Sehat dan kami bertukar pengalaman bertugas di daerah terpencil. 

Tapiiiiiiiiiii yang sakit, seperti halnya lahiran normal, adalah recovery setelahnya. 

Recovery setelah hampir lahiran Normal + Operasi Caesar

Setelah operasi, dokter utama yang mengoperasi saya berpesan untuk makan banyak protein, gak ada pantangan makan apapun, harus mandi once sudah aman nyaman buat ke kamar mandi dan banyak bergerak. Beliau lanjut mengoperasi pasien lain, saya dibantu dokter lain yang menjahit perut saya. Setelah selesai, seperti beberapa pengalaman Ibu yang harus caesar, saya menggigil di ruang operasi. Yang mana normal karena saya habis kehilangan banyak darah dan ruangan operasi kan dingin supaya tetap bisa steril. 

Saya menunggu sekitar 20 menit di ruang tunggu antara ruang operasi sebelum akhirnya dibawa ke ruang inap di lantai yang berbeda. Di sana Mas Har sudah menunggu dan terlihat lebih tenang ketika melihat saya sudah tidak lagi se-kesakitan sebelumnya. Di kamar, saya diinfokan perawat kalau saya boleh makan dalam 2 jam, dan diminta untuk latihan miring kanan kiri jika sudah memungkinkan setelah makan. Tapi karena hari sudah malam, saya juga tidak terlalu lapar, saya cuma makan sedikit sekali untuk minum obat saja. 

Setelah dua jam, selain sudah bisa makan, bius juga sudah hilang sempurna :') artinya rasa sakit kembali datang, dan dalam enam jam pertama, perawat saya bilang infus dipasang dilengkapi obat untuk 'menyelesaikan' kontaksi supaya darah-darah sisa keluar semua. Ini sakit banget siiiiiih. Saya beneran minta painkiller dan dikasih obat sama perawatnya. Ada satu waktu dimana perawat masuk untuk pencet-pencet perut (agak trauma inget perut dipencet di lahiran normal tadi), hwaaa saya hampir teriak sampai sakitnya, tapi kata suami saya darah-darah sisa emang beneran langsung keluar dan ini kayanya efektif biar proses sakitnya ya udah pas dipencet itu aja (ini agak sotoy, gak ngerti juga, ikut perawatnya aja). 

Tengah malam, tepat 6 jam setelah Ayu diobservasi di ruang bayi, dia dibawa ke ruangan saya, langsung saya susuin dan alhamdulillah ASInya langsung keluar (keluar dikit tentunya, tapi saya yakin sesuai sama kebutuhannya Ayu sebagai bayi newborn). Datangnya Ayu di ruangan lumayan nambahin tingkat happy dan meredakan sedikit sakit, karena fokusnya jadi ke Ayu. Obat infus saya juga sudah diganti isinya jadi pereda nyeri, bukan lagi obat untuk ngabisin kontraksi yang bikin sakit tadi. Gak lama, kami semua lanjut tidur sampai subuh. 

H+1 setelah operasi

Jam enam pagi, perawat datang untuk ambil bayi-bayi dari ruangan untuk dimandikan. Saya diminta latihan duduk biar semakin enak menyusui. Kalau saya berhasil bergerak dengan signifikan hari ini (baca: bisa jalan), saya bisa pulang sore nanti, tepat 24 jam setelah operasi. Saya langsung semangat sekaliiii buat belajar jalan, tapi nyatanya untuk dudukpun sakitnya setengah mati. Jadi saya bertahap duduk, berdiri, duduk lagi dan gerak-gerakin badan sambil tiduran. Berdiri bikin pusing banget, saya belum bisa jalan sampai tengah hari. Jam 12.00 baru saya berlatih jalan sama Mas Har dan jalan keluar kamar lalu masuk kamar lagi aja AllahuAkbar, keringat saya gak berhenti ngucur. Saya juga pusing sekali (salah strategi harusnya latihan berdirinya agak lebih lama). Ampun deh painful banget pokoknya belajar mobilitas di H+1 ini. 

Sekitar Ashar saya berhasil jalan lagi, kali ini ke kamar mandi, sekalian BAK untuk pertama kalinya karena kateter sudah dilepas (Alhamdulillllllaaaaaaah gak sakit, takut banget sakit kaya waktu lahiran normal). Sakit bangetnya tetap: pas jalan dan bergerak. 

Karena saya bisa jalan, sudah bisa BAK ke kamar mandi walaupun didampingi, bayi sehat dan gak ada tanda-tanda pendarahan pada saya + gak ada tanda pemburukan usai operasi, saya dibolehkan pulang. Huhu senang sekaliiii akhirnya pulang. Satu hal yang saya gak sangka adalah bisa pulang 24 jam saja setelah operasi caesar. Sampai rumah beberapa hari kemudian baru tahu kalau proses lahiran caesar sekarang sudah menggunakan metode ERACS untuk mengurangi sakit pada ibu dan mempercepat proses pemulihan. Tapi terus bertanya-tanya juga kalau ERACS masih sesakit ini proses pemulihannya, gimana dulu waktu belum ERACS? :')) 

H+2 setelah operasi

H+2, masalah saya masih sama: mobilitas, bergerak masih menyakitkan, tapi karena di rumah, jadi lebih leluasa untuk belajar mobilitas lagi. Tiduran masih belum dapat posisi nyaman, miring kanan kiri masih menyakitkan. Tapi H+2 ini saya akhirnya punya tenaga dan keberanian buat mandi :') dibantu tentunya karena bahaya kalau sampai jatuh di kamar mandi. Tapi setelah mandi, huwah enaaaak banget. 
Oiya, hari kedua juga saya menemukan keajaiban dunia di dunia ibu-habis-melahirkan yang saya beli jauh-jauh hari tapi bisa-bisanya gak dipakai dari hari pertama: KORSET. Setelah pakai korset, mobilitas saya lumayan upgraded jadi lebih baik. Kalau dihitung-hitung, di hari kedua saya sudah bisa jalan 100-150 steps. 

H+3 setelah operasi

Perlahan tapi pasti, mobilitas makin membaik, masih sakit banget dipakai jalan dan miring kanan-kiri, masih belum menemukan posisi tidur yang baik, sudah harus dipaksa begadang karena punya bayi lagi hehe, berujung sakit kepala hebat dan mereda dibantu parasetamol setelah konsul dengan dokter via WA. 
H+3 ini juga saya merasa lebih sakit dari biasanya karena ternyata perut saya kembung sekali, susah kentut, tapi kemudian membaik setelah dibuatkan air rebusan jahe sama Mas Har. Malam-malam saya sudah mulai kembali BAB (alhamdulilllaaaah sekali lagi, gak sakit kaya waktu lahiran normal, padahal udah degdegan banget takut sakit karena banyak baca testimoni orang kalau ini lumayan painful), tapi sejak hari pertama operasi, saya tuh makan pepaya dan banyak. Kayanya ini memudahkan karena jadinya BAB saya lancar. 

Hari ini saya berhasil jalan sampai 500 steps keliling keliling rumah, sakitnya masih kerasa, tapi perlahan terbiasa. 

H+4 setelah operasi

Hari ini berhasil jalan 800 steps, ini juga pertama kalinya gak ditemenin Ibu dan anggota keluarga yang lain karena semua harus ke Jakarta untuk antar adik saya pindahan. Jadi pengalaman pertama ber-4 di rumah dan alhamdulillah so far so good. Hari ke-4 juga jadi achievements sendiri buat saya karena sudah bisa mandi sendiri. Luka bekas operasi mulai terasa gatal which means sudah on track menuju sembuh!

H+5 setelah operasi

Ini untuk pertama kalinya saya bergerak >1.000 steps. Tepatnya 1.500 steps hari ini. Saya juga sudah mulai bisa melakukan aktivitas domestik sederhana. Cuci Piring! Sakit perut masih terasa, tapi pakai korset sangat membantu dan sekali lagi: mulai terbiasa sama sakitnya, yang penting jalannya santai aja jangan buru-buru. 

H+6 setelah operasi

Saya merasa progress pemulihan saya mulai drastis berubah di H+6 ini. 
  • Bisa jalan 1.650 langkah
  • Sudah mulai nyaman beraktivitas dengan dan tanpa korset
  • Bisa tidur miring dengan lumayan pulas
  • Sudah bisa nyapu dan ngepel, dua aktivitas yang heavy jalan kakinya tapi nyaman (Alhamdulillah) 
  • Sudah bisa balik nyuci piring sampai 2x dan bahkan nyetrika tapi sambil duduk (pake meja kerja alih-alih meja setrika) sambil netflix-an
  • Mulai bisa lama fokus buat baca dan jurnaling 

H+7 setelah operasi 

H+7 setelah operasi progressnya juga bagus, gerak lebih dari 3.000 langkah, sudah mulai bisa cuci baju LOL (ini aktivitas gak signifikan buat mobilitas sebenernya, cuma masukin baju ke mesin cuci, lebih ke latihan jongkok, tapi juga gak jongkok-jongkok amat, tapi ngebantu banget buat ketenangan batin ibu-ibu lihat cucian numpuk (padahal Mas Har nyuciin jugaaaa, wkkk tp gatel aja pengen tetap nyuci sendiri sejak jadi full time stay at home mom tahun ini). Buat saya aktivitas yg bantu mobilitas ttp nyapu dan ngepel karena banyak jalan-jalannya, dan ini sudah mulai bisa dilakukan. I feel stronger di H+7 ini. Dibilang pulih full ya belum, tapi sudah mulai bisa balik ke aktivitas sebelum operasi sambil beradaptasi sama rasa sakit. 

Aktivitas yang benar-benar harus dihindari sebetulnya ada: angkat barang berat, tapi ini kan sudah terbiasa dari waktu hamil trimester tiga, jadi kalau bawa berat emang harus minta bantuan Mas Har. 

Selain mobilitas, asupan gizi setelah operasi juga penting, protein siiiiih, sehari minimal 6 butir telur (putihnya saja), makan ikan gabus (sudah dapatnya tapi, jadi saya makan ikan gabus 2x tapi dibantu vitamin ikan gabus juga), daging-daging juga penting untuk pemulihan luka paska operasi + buah penting supaya gak nambahin kesakitan baru karena susah BAB, di saya, buah naga dan pepaya sudah paling aman dikonsumsi tiap hari. 

H+8 setelah operasi

Hari penting karena hari ini kontrol ke dokter, ngecek luka jahitan. Buat aktivitas, sudah bisa sama persis seperti H+7 alias sudah bisa balik ke aktivitas sebelum operasi, dapat jadwal kontrol malam dan degdegan karena luka operasi kan ga bisa dilihat tapi selalu ada worst case yang mana ga mau banget kalau harus sampai dijahit ulang huhu. 

Ternyata ketika pengecekan beneran ada satu senti luka yang belum mengering, ketika dicek bukan karena rembes (jadi bukan karena mandi), bisa jadi asupan proteinnya kurang, jadi saya diminta mengejar seminggu ini makan telur lagi, gabus lagi dan daging-dagingan lagi supaya lukanya menutup sempurna. Semoga pekan depan benar-benar bisa mengejar PR yang satu ini, karena untuk PR mobilitas alhamdulillah sudah bisa beraktivitas mengerjakan pekerjaan domestik di rumah. 

----
Tulisan kali ini panjang sekali yaaaa, selain jadi jurnal digital, sekalian curhat sakitnya melahirkan dan proses recoverynya hehe. Semoga perjalanan recovery kali ini berjalan dengan lancar dan amaaan, amiiiin. Kalau kamu membaca ini untuk melihat pengalaman melahirkan orang lain, saran saya: 
  • Pelajari semua metode lahiran dan cara recoverynya yang memang berbeda untuk tiap metode. Pervaginam punya cara sendiri, caesar punya cara sendiri. Walaupun kita sudah teguh hati dan ingin sekali pervaginam (seperti saya yang sudah sampai pakai ILA untuk kurangi sakit lahiran pervaginam), tetap pelajari sedikit-sedikit tentang lahiran caesar dan proses recoverynya supaya gak kaget. 
  • Kalau merasa kesakitan pada proses apapun, bilang ke tenaga medis yang bantu; siapa tahu kamu bisa dikasih pain killer buat kurangi rasa sakit. 
  • Pastikan BPJS/Asuransi swasta dari kantor selalu aktif, saya kebetulan pakai BPJS dan gak bayar sama sekali untuk proses lahiran caesar, malah yang lahiran di klinik pakai ILA yang tagihannya lumayan karena sudah banyak proses, tapi ini juga pos anggarannya sudah disiapkan jauh-jauh hari jadi aman. 
  • Selalu terbuka sama pasangan tentang kekhawatiran atau ketakutan kamu selama proses menuju melahirkan; ini ngebantu buat jadi penawar stress, dan siapa tahu pasangan bisa punya solusi buat beberapa hal yang emang ada solusinya. Di case saya, yang nawarin buat lahiran pakai ILA malah suami saya. 
  • Jangan ragu untuk minta bantuan keluarga (kalau kamu nyaman, bisa minta minta bantuan Ibu atau Ibu mertua, kalau kamu gak nyaman, jangan sungkan juga buat bilang kalau kamu dan pasangan mau coba urus bayi sendiri biar gak jadi masalah baru setelah lahiran yang bikin pusing). 
  • Kalau minta bantuan keluarga gak memungkinkan, beberapa klinik bidan punya layanan homecare yang bisa banget dicoba! 
  • Gak perlu takut lahiran caesar (baca di medsos banyak banget yang takut karena gak terbiasa sama proses medis seperti disuntik, diinfus, dll), ingat yang paling penting keselamatan Ibu dan Bayi! +kalau sudah dibius malah gak kerasa sakit apa-apa! 
  • Selalu cek rutin kehamilan, tiap bulan ke dokter kandungan kalau ada budgetnya, kalau belum ada bisa pakai BPJS, tanya-tanya ke faskes 1 kamu! btw pemeriksaaan BPJS memang gak bisa sama dokter spesialis/dokter kandungan, tapi kalau kamu ada kondisi tertentu, nanti dokter umum/bidan bisa kasih rujukan ke dokter spesialis, makanya pemeriksaan/screening awal penting banget. 
  • Habis lahiran makaaaaaan yang kamu mau makaaaan, jajan-jajan buat treat yourself! haha, kamu sudah berjuang dengan sangat hebat. Saya minta hadiah yang agak agak ke suami setelah lahiran dan berencana jajan buku-buku yang masuk wishlist saya (tapi entaran, ingin tetap mindful belinya). 
  • Kalau kamu baca cerita saya dan saya banyak melakukan aktivitas domestik karena saya suka hihi, dan gak merasa repot sama sekali karena gak banyak dan gak terpaksa, karena jumlahnya gak banyak juga pas cuci baju atau setrika atau cuci piring. Kalau buat kamu ini berat, gak usah jadiin standar yaaa! yang penting mobilitas tetap jalan, kalau latihan mobilitasnya mau dibarengin aktivitas domestik gas! kalau terlalu berat, ga usah haha minta tolong dikerjain pasangan aja (atau kalau ada ART, sama ART). 
Terima kasih sudah membaca tulisan panjang ini! Jika kamu sedang mempersiapkan diri untuk melahirkan, semoga dilancarkan dan minim trauma ya! 

Salam hangat,
Asri

Kabar baik! Bandung punya Toko Buku Independen baru di tengah kota! Beberapa hari lalu saya berkesempatan main ke Toko Buku Pelagia, di Jalan Kebon Jati Bandung. Toko Buku ini sudah buka sejak beberapa bulan lalu, tapi saya baru pertama kali mampir. Kebetulan saya naik kendaraan pribadi dari Cimahi, dan gak susah buat menemukan tempatnya (thanks to Google Maps). Kalau naik kendaraan umum, bisa naik Kereta sampai Stasiun Bandung dan dilanjut jalan kaki sekitar 5-10 menitan. Kalau naik Trans Metro Pasundan/ Bis Kota dari arah Padalarang atau Cimahi bisa naik koridor 2 (gak ada koridor lain juga sih yaa LOL) dan turun di RS Kebon Jati lalu lanjut jalan kaki. Naik angkot juga bisa, turun di depan Komplek Luxor terus lanjut jalan kaki. 

Karena tokonya ada di komplek pertokoan (agak masuk gak di pinggir jalan banget), jadi tempatnya cenderung sepi! enaaak buat baca buku atau kerja dan beraktivitas mandiri seperti nulis atau jurnaling. Yang agak ganggu pas saya lagi mampir cuma ada teteh-teteh kayanya lagi sesi sharing berdua dan suaranya keras banget hehehe (agak gak terbiasa, tapi karena di sini gak ada aturan buat gak berisik jadi kayanya gak masalah, beda sama di Kineruku). 

Masuk TB Pelagia, kita akan diminta lepas alas kaki (which I like!) lalu ada beberapa meja di dalam dan di luar toko buku, pembagian sekat ini jadi enak banget karena yang ngerokok harus diluar, jadi saya yang di dalam bisa baca buku bebas asap rokok!

TB Pelagia jual makanan dan kopi yang cukup affordable, saya dan keluarga kebetulan belum makan dan coba makan nasinya, ricebowl tongkol dengan harga 30.000 aja, enak, tapi yang paling enak buat kami pisang gorengnya hehe. Harga makanan dan kopinya ok, gak murah, gak mahal juga. Tapi ada beberapa opsi menu kalau sedang bokek: Indomie 12.000an misalnya + air putih yang disediakan gratis.

Karena judulnya Toko Buku, jelas TB Pelagia menjual buku-buku yang mereka kurasi. Nah kurasinya lumayan ok nih, walaupun masih kurang banyak kalau buat saya pribadi. Ada buku-buku penerbit mayor dan penerbit kecil, juga penerbit Independent. Kamu bisa menemukan beberapa buku best seller Gramedia dan Mizan contohnya, tapi juga ada buku-buku terbitan Penerbit Baca, Post Press, Penerbit baNANA, EA Books dan Penerbit Indonesia Tera. Ada buku-buku Mojok juga dan beberapa penerbit lainnya. Saya yang punya wishlist buku Pengantin-Pengantin Loki Tua dari Penerbit baNANA senang sekali bisa menemukan dan langsung membeli bukunya di toko ini. Kurangnya cuma satuuuu: gak ada buku-buku terbitan Marjin Kiri, yang susah di dapat di Toko Buku macam Gramed, semoga kedepannya ada juga buku dari MarKir di sini biar bisa sekalian jajan di sini.  

Selain beli buku, kamu juga bisa baca buku! ada cukup banyak koleksi yang bisa dibaca, beberapa bahkan buku-buku langka seperti buku Pram dengan kaver lawas, atau yang memang sudah tidak terbit lagi dan harganya aduhai hehe. 

Nah yang paling saya suka: korner baca di sebelah rak buku anak. Ada buku-buku anak yang bisa dibeli juga di sini! Banyak buku dari penerbit anak favorit saya: Litara. Saya sempat menawarkan Rana kalau mau beli buku, tapi anaknya gak mau. Jadi cuma saya yang beli buku. 

Sejauh ini pengalaman main ke TB Pelagia seru sekali! Kids friendly, toiletnya bersih, pilihan bukunya banyak dan ada ruangan terpisah buat yang merokok. Akan balik lagi ke sini kalau sedang suntuk atau kalau mau beli buku langsung, karena gak terlalu jauh dari Cimahi tempatnya. 

Kamu bisa follow mereka di Instagram (https://www.instagram.com/tb.pelagia/) juga buat lihat kegiatan komunitas mereka yang cukup banyak! 


Halo semua! Selamat lebaran :) Mohon maaf lahir batin ya. Semoga kita semua bertemu lagi dengan Ramadan tahun depan, amiiiin. 

Libur Lebaran 2025 ini saya membuka satu buku yang masih tersegel sejak akhir tahun lalu, alias belum dibuka dan dibaca sama sekali: Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom. Kalau kamu cukup mengikuti buku-buku fiksi Indonesia, pasti pernah mendengar atau bahkan membaca buku ini :) Sebagian buku ini pernah muncul dalam bentuk tiga cerita pendek di Koran Tempo 2009 dan 2011 dan dalam buku kumpulan cerita pendek Rumah Kopi Singa Tertawa (2011). Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi ini novel pertama penulisnya, terbit 2016 (sembilan tahun lalu LOL telat banget bacanya), dan mendapatkan penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2016 kategori Prosa. 

Saya baru benar-benar tertarik membeli buku ini akhir tahun lalu ketika sedang mampir ke Solusi Buku Jogja, buku ini diterbitkan penerbit baNANA, punya saya di rumah Edisi ketiga, cetakan ketiga, Oktober 2020. Tebalnya 470 halaman dan harganya saya beli 140.000 dengan diskon 10% dari Solusi Buku. 

Setelah selesai baca buku ini, respon saya: KENAPA GAK BACA BUKU INI DARI DULU???? 

Hahahaha, karena bukunya super duper seru! 

Genre buku ini tuh Fiksi Fantasi bisa juga masuk ke fiksi sejarah/historical fiction, dan setelah sekian lama tidak membaca buku genre fantasi, aduuuuh senang sekali bisa membaca buku ini! Masuk ke list buku terbaik yang saya baca di 2025 deh pokoknya. 

Blurb

Buku ini mengisahkan petualangan Sungu Lembu yang menjalani hidup penuh dendam. Ia terlahir sebagai seorang Raden/anak laki-laki terpandang di sebuah kerajaan yang terletak di sebuah pelabuhan/pesisir bernama Banjaran Waru, sejak Sungu Lembu lahir, Banjaran Waru tak lagi menjadi kerajaan atau tempat yang merdeka tapi merupakan tempat yang takluk pada kerajaan yang lebih besar: Gilingwesi. Sungu Lembu hidup mendendam pada Gilingwesi, terutama Rajanya. 

Garis hidup Sungu Lembu membawa dirinya bertemu dengan seorang pangeran dari Kerajaan Gilingwesi, tak tanggung-tanggung, salah satu anak laki-laki dari Raja Watugunung yang punya 27 anak: Raden Mandasia. Sungu Lembu bertemu Raden Mandasia di rumah dadu Nyai Manggis di Kelapa. Ia merasa Raden Mandasia adalah pembuka jalan bagi rencananya membalaskan dendamnya, sehingga ia menyanggupi ketika Raden Mandasia mengajaknya menempuh perjalanan yang sulit menuju kerajaan Gerbang Agung. 

Berdua, mereka mengalami petualangan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, mulai dari melawan lanun di lautan, menyelamatkan pembawa wahyu, hingga bertemu dengan Loki Tua, juru masak menyebalkan super hebat yang mereka bebaskan dari perjanjian memasak Babi panggang seumur hidup. 

Apa yang saya suka dari buku ini? 

  • Buku ini ditulis dengan narasi yang mengalir banget, membuat saya sebagai pembaca terus menerus penasaran dengan kisah duo lakon utama dalam buku ini: Sungu Lembu dan Raden Mandasia. 
  • Berisi 13 bab yang jadi semacam 13 babak dalam buku ini, tidak terlalu sedikit, tidak terlalu banyak, sehingga gak ada bagian dalam buku ini yang terasa membosankan buat saya. Mulai dari cerita Sungu Lembu, sampai cerita mundur lagi yang jadi semacam hikayat Gilingwesi dan Raja Watugunung, sampai kisah tragis Dewi Sinta. 
  • Banyak bagian menarik dibikin lumayan detail di awal dan saya yakin pasti berkaitan dengan petualangan di kemudian hari: kemampuan Sungu Lembu dalam mengenali rasa dan racun, ini betul akhirnya terbukti di petualangan-petualangan berikutnya. Saya suka sekali bagian ini, sama sensasinya seperti membaca Jati Wesi, beda inderanya saja, aroma karsa dengan penciuman, Sungu Lembu dengan pengecapannya. Tapi proses ia berlatih yang diceritakan detail juga menarik. Setelah baca buku ini saya baru tahu kalau ada semacam spin off dari buku ini yang menceritakan Loki Tua, saya mau baca banget! ingin tahu proses Loki Tua belajar memasak dan mengenal rasa-rasa istimewa. 
  • Nyai Manggis! Saya suka sekali tokoh Nyai Manggis di buku ini. Perjalanan hidupnya tidak mudah, tapi ia jadi sosok perempuan yang berjuang untuk dirinya sendiri dan caranya membalas dendam juga ciamik. 
  • Endingnya! saya suka endingnya. Pembaca tidak dibuat penasaran dan digantung dengan kesimpulan yang harus disimpulkan sendiri. Aliaaas beneran seperti dongeng, ada awal, konflik cerita, resolusi hingga akhirnya gimana. 



Hikayat yang beragam dari masa yang berlainan

Di bagian belakang buku, tertulis: Meminjam berbagai khazanah cerita dari masa-masa yang berlainan, Yusi Avianto Pareanom menyuguhkan dongeng kontemporer yang memantik tawa, tangis dan maki-makian Anda dalam waktu berdekatan--mungkin bersamaan. 

Nah ini yang paling seru sih buat saya, jadi membaca buku ini kamu akan menemukan hikayat-hikayat yang pasti kamu kenali, sebut saja di pembawa wahyu dan kisah ikan paus di kapal, atau kisah Dewi Sinta yang amat terkenal apalagi kalau kamu warga Jawa Barat seperti saya, yang tak kalah masyhur kisah pinokio, hingga Babad Tanah Jawa. Walaupun kisah-kisah mereka berasal dari masa yang berbeda, tapi penulisnya betulan benar bisa membuat semua terlihat berkesinambungan, sehingga membacanya tak mengganggu sama sekali. 


Sisanya saya suka sekali sebetulnya menebak nama tempat dalam dongeng tebal ini. Semacam tebak-tebakan, ini Kalapa tuh dimana ya kalau dari penjelasannya, Banjaran Waru dimana? Gilingwesi ini ibaratnya kerajaan apa? Gerbang Agung? sayangnya sampai sekarang saya belum ada waktu mencari tahu lebih lanjut referensi tempat-tempat ini merujuk kemana hehe dan kayanya gapapa gak tahu pun, tetap tidak mengurangi keseruan membacanya. 

Apa yang mengganggu dan mungkin perlu kamu perhatikan?

Buku ini ratingnya Dewasa! Buku dewasa kan punya sub lagi ya, ini dewasa 17+ atau 21+? Nah sayangnya tidak ada detail masuk kemana, tapi buat saya pribadi, ini masuk ke 17+. 

Apa yang membuat bukunya masuk ke kategori dewasa? 

  • Adegan aktivitas seksual yang digambarkan cukup eksplisit di beberapa halaman, saya tidak menghitung detail tapi ada lebih dari 3 kali adegan dewasa dalam buku ini yang mungkin perlu jadi perhatian kalau ada adik-adik belum 17+ yang baca ya!
  • Temanya yang cenderung harus agak 'mikir' walaupun disebut buku ini adalah buku dongeng. Buku ini akan mengisahkan sebuah perang besar dengan konflik di dalamnya yang membuat pembaca perlu pemahaman yang cukup matang tentang hal ini. 
  • Adegan pembunuhan atau kekerasan di buku ini, gak hanya ketika perang, tapi jauh sebelumnya, juga perlu diperhatikan kalau bisa ngetrigger kamu sebagai pembaca.
  • Kekerasan seksual yang terjadi pada beberapa tokoh perempuan di buku ini. Tokoh utama perempuan di buku ini banyak mendapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan, mulai dari 'disodorkan' untuk menemani orang-orang penting kerajaan, menjadi korban perkosaan sampai meninggal dunia, atau ya melanjutkan hidup dengan kondisi yang jauh dari ideal, hingga secuplik cerita tentang bagaimana prajurit perang memperlakukan para perempuan di daerah yang kalah. Ini tidak digambarkan seeksplisit aktivitas seksual pada poin satu yang memiliki consent satu sama lain. Tapi tetap saja buat kamu yang bisa ketrigger hal-hal ini, better be careful ketika baca. 

Lainnya yang buat saya cukup mengganggu adalah kebiasaan Sungu Lembu mengucap "Anjing" LOL, ini mungkin bukan hal yang mengganggu buat kebanyakan orang, tapi buat saya yang kebanyakan dengar kata ini diulang di kehidupan sehari-hari, justru membacanya lagi di sebuah karya yang bagus banget bikin saya jadi ga nyaman haha, mungkin saya akan lebih biasa aja kalau Sungu Lembu punya istilah umpatan lain.  

Oiya, satu lagi, ini gak mengganggu dalam artian besar, tapi penasaran kenapa judulnya malah menggunakan nama Raden Mandasia, yang justru kisah hidupnya tidak diceritakan sedetail cerita Sungu Lembu. Malah akan lebih masuk kalau judulnya menggunakan nama Sungu Lembu. Tapi mungkin penulisnya punya pertimbangan lain hehe.

Habis baca ini baca apa lagi?

1. Pengantin-pengantin Loki Tua

Saya penasaran sama semua buku-buku Yusi Avianto Pareanom setelah baca buku ini. Tapi yang paling bikin penasaran tentu Spin Off kisah Loki dalam buku Pengantin-Pengantin Loki Tua. Mau baca kalau nanti sudah punya bukunya haha! sekarang masih BBB gak beli bukuuuu untuk menyelesaikan antrian bacaan yang lain. 


Pengantin-pengantin Loki Tua, terbit 2023


2. Babad Tanah Jawi

Gara-gara dimention di akhir buku, saya jadi ingin baca ulang Babad Tanah Jawi yang saya punya di rumah. Yakin bakal menemukan hikayat-hikayat yang mirip dengan kisah di Raden Mandasia juga sih, jadi mungkin akan baca dalam waktu dekat.


Babad Tanah Jawi, buku yang disebut Sungu Lembu di akhir buku


Selain dua buku diatas, beberapa pembaca menyarankan buku Perjalanan Mustahil Samiam dari Lisboa, buku yang sudah saya punya di rumah tapi belum selesai dibaca hehe, nanti coba kita selesaikan juga yak! 

Sekian catatan baca buku Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi! Semoga bisa bertemu buku seru lainnya dalam waktu dekat.
Grey Wagtail

Bulan Maret ini rasanya lama sekali yaaa :) 
Sepanjang Bulan Maret, saya banyak gambar-gambar menggunakan pensil warna dan spesifik mencoba gambar satu objek: Burung. 

Seru sekali menggambar burung-burung ini! saya juga jadi belajar mengenali karakter pensil warna yang saya punya ketika mewarnai gambar-gambar ini. Seringnya, saya menggunakan Faber Castell Polychromos dibanding pensil warna lainnya. Pensil ini setelah dicoba-coba jadi pensil yang paling cocok buat saya menggambar objek seperti burung. (Setelah mencoba Prismacolor, Derwent Studio dan Derwent Drawing juga). Tapi kadang sering saya mix jugaa semua pensil warna ini. Saya jadi belajar kenalan dengan warna-warna jugaa, misalnya untuk cari warna yang hitamnya paling menyala, akhirnya semua pensil warna saya coba, Terus yang paling terang malah Derwent Drawing Ivory Black dan Student Grade pencil color dari Lyra Graduate. Gak sabar untuk coba warna-warna lain juga satu-satu ginii. 

Selain kenalan sama media gambarnya, saya juga baru sadar saya punya banyak sekali referensi untuk gambar binatang terutama burung di perpustakaan kecil di rumah. Kebanyakan dari buku-buku ensiklopedia anak malah. Walaupun gak semuanya gambarnya high resolution, tapi lebih dari cukup banget buat pemula seperti saya supaya gak perlu beli buku referensi lagi. Referensi lainnya juga bisa didapat di internet. Pinterest tetap jadi referensi utama saya hehe soalnya bisa membawa ke web-web artist lainnya buat belajar gambar. 

Berikut beberapa gambar burung belakangan ini. Oiyaa beberapa gambar di sini memang awalnya sketsa-sketsa random untuk latihan melemaskan tangan hehe jadi maklum kalau kertasnya beberapa kotor yaaaw. 

Tools: 
Colored Pencils: Faber-Castell Polychromos, Derwent Drawing
Paper: Canson Bristol XL 


Kokot Biru, referensi dari buku Dunia Binatang

Bentet Berpunggung Merah, referensi dari buku Dunia Binatang

Ekek Biru, referensi dari buku Dunia Binatang

Kepodang Dunia Lama, dari buku Dunia Binatang

Referensi dari buku Mini Encyclopedia: Birds

Kepodang, Ekek dan Bentet dalam satu halaman




 
Setelah mulai gambar lagi sejak awal tahun, akhirnya bisa menyelesaikan satu series gambar botanical. Hehe yang kecil-kecil aja dulu. Referensinya juga masih lihat di buku dan di internet, belum lihat langsung mengamati objeknya (of course, gerak amat terbatas di trimester tiga ini). Tapi cukup puas karena akhirnya punya satu project selesai! setelah setiap hari random-random gambar apapun di sketchbook dan kertas. 

Series kali ini gambar jamur-jamuran, referensinya diambil dari buku botanical bahasa Jerman yang kubeli dari Facebook Marketplace, Die Natur - erlebt und beobachtet mit Vorschulkindern (Experiencing and observing nature with preschool children) karya Marga Arndt yang terbit 1969. Saya beli bukunya karena ilustrasi botanical dan binatang didalamnya hehe bukunya full Bahasa Jerman jadi saya gak paham, padahal isinya sepertinya bagus banget buat pegangan orang tua seperti saya dalam mengamati alam sama anak. 

Ada enam jamur yang saya gambar di series ini, and looking forward to adding more in the future! tentunya masih jauh dari sempurna, tapi yaa buat amatir seperti saya, ini aja sudah memuaskan sekali. 

Semua gambar ini saya saya gambar menggunakan pensil warna, Faber Castell Polychromos di kertas Canson Bristol XL 160gsm. 
Chantarellus cibarius

Leccinum aurantiacum

Amanta muscaria

Imleria badia

Amanita phalloides

Leccinum scabrum

 


Memasuki Februari, bulan kasih sayang yang sangat pendek ini. Sejauh ini menjadi pengangguran penuh waktu di 2025 masih menyenangkan (semoga menyenangkan terus amiiiiin). Jeda karier pertama yang sungguh produktif karena saya bisa melakukan banyak hal yang ingin saya coba! Tentu ada beberapa yang juga tidak bisa dicoba karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan di trimester ketiga ini. Tapi saya bisa melakukan banyak hal di rumah dan itu sudah lebiiiih dari cukup. 

Rutinitas Bulan ini dan Rencana kedepan

Bulan ini saya masih rutin membaca dan menulis jurnal setiap hari. Tambahan aktivitas baru selama jeda karier: Menggambar, juga masih rutin saya lakukan. Bulan ini saya mencoba banyak hal! salah satunya kembali menggambar digital menggunakan iPad + Procreate (yasss, gambar diatas adalah gambar digital pertama saya setelah sekian lama rehat). Saya juga mencoba beragam media untuk menggambar: watercolor (tentunya), guache, oil pastel dan pensil warna. 

Mencoba eksplor mix media seru juga ternyata, saya juga mencoba beragam kertas untuk karya-karya saya, mulai dari kertas bristol, kertas watercolor dari beragam brand yang berbeda dan juga cat air baru. Banyaknya hal yang saya coba, terutama untuk Cat Air, membuat saya berpikir untuk membuat guide sederhana (mungkin dalam bentuk Zine) atau sesimple postingan di blog atau sosial media tentang bagaimana caranya memilih Art Supply untuk pemula, tapi dalam Bahasa Indonesia, karena kebanyakan referensi bisa ditemukan dalam Bahasa Inggris (semoga sempat dikerjakan bulan ini ya). 

Kenapa mau berbagiii dalam Bahasa Indonesia? karenaa selama sharing di Medsos banyak sekali yang bertanya tentang art supply untuk melukis dengan cat air ini, yang menurut saya memang challenging untuk pemula. Kertas yang mana? cotton atau cellulose? hot press, cold press atau rough? berapa gsm yang aman untuk melukis? kalau mau beli cat dengan budget terbatas baiknya brand apa? kalau level middle brand apa? kenapa ada winsor & newton professional dan cotman? apa bedanya? hehe, beberapa waktu kebelakang berkutat dengan cat air, pengetahuan saya tentu tidak ada apa-apanya dibanding para master di bidang seni. Tapi setidaknya cukup untuk bikin guide sederhana. 

Gambar apa saja di Februari?

Ada beberapa gambar yang jadi Favorit saya di Februari, berikut listnya: 


Oil pastel lagi

Percobaan menggunakan Oil Pastel lagi! masih menggunakan satu-satunya oil pastel yang saya punya di rumah: Mungyo Oil Pastel. Seru sekali kali ini main oil pastelnya, karena sudah punya paper stump, jadi blendingnya lebih lancar. Gambar diatas saya buat di kertas bristol dari Canson yang super halus, enak banget gambar di kertas bristol, sayangnya saya salah memilih masking tape, sehingga bagian yang saya masking tape malah robek, jadinya saya gunting artworknya dan saya tempel di depan meja kerja. 

Inspirasinya diambil dari Pinterest, sayangnya kepencet dan hilang sebelum karyanya selesai, sehingga saya agak kesulitan mencari sumber gambar pertamanya. 


Swatching Pebeo Studio Watercolour

Kali ini gak bisa dibilang gambar, aktivitasnya swatching saja sebetulnya, tapi saya menikmati sekali. Saya pernah beli cat air student grade dari brand Pebeo beberapa tahun lalu (lupa, kemungkinan 2022) di Artemedia Baltos. Isinya 18 tube x 12ml, harganya kalau tidak salah sekitar 200.000an atau lebih murah, tapi tidak pernah saya swatch sama sekali, kemarin saya swatch 12 warna yang saya masukkan ke metal tin isi 12 half pan dan baru sadar warnanya ternyata cantik juga ya, lumayan mirip pentel tapi lebih menyala, lebih opaque. Dulu saya merasa warnanya gak cantik-cantik amat dan susah sekali diblend, ternyata karena saya menggunakan kertas yang salah, setelah dicoba lagi di kertas watercolor 100% cotton, warnanya cakep juga. 


Colored Pencils on Bristol Paper

Karena Februari ini baru punya kertas bristol LOL, dan baru tahu kalau kertas bristol sehalus itu, saya senang sekali ketika mencoba menggunakan pensil warna di kertas ini. Kertasnya sama, Canson XL Bristol A4, saya coba gambar ilustrasi makanan menggunakan dua pensil warna, yang atas menggunakan Pensil Warna Arrtx dan yang bawah menggunakan Prismacolor Premiere dengan list warna yang sama. Hasilnya lumayan kelihatan bedanya, gara-gara kertas bristol ini saya jadi ingin mencoba kertas-kertas lain untuk media kering yang belum banyak saya eksplor. 


Trying Out Colours

Terinspirasi dari akun PandaJieyu di TikTok yang mencoba tiap warna cat air yang dia punya di satu karakter yang khas, saya ingin bikin juga buat melatih kontrol dan opacity cat air yang saya punya. Project ini seharusnya jadi banyaaak karena cat air yang saya punya juga sebetulnya banyak dan dari beragam brand, tapi diatas baru coba-coba yang Holbein saja, cobanya di kertas Celluloce, kedepannya mau coba di kertas cotton juga karena hasilnya sepertinya akan berbeda. 





Botanical Painting My Fav!

Favorit terakhir, tentu sajaa favorit saya sepanjang waktu: gambar botanical yang makan waktu lamaaa sekali haha. Bulan ini ada tiga karya botanical yang saya cukup puas bikinnya. Marigold, Citrus medica dan Bitter Orange. Ketiganya pakai cat air. Dari semuanya paling suka sama Marigold karena ngerjainnya cukup details, kertasnya juga enak banget (baru pertama kali nyobain kertas 100% cottonnya Winsor & Newton, cold press 300gsm), buat Citrus medica digambar di Canson XL Aquarelle, dan Bitter Orange di Leyton HotPress 350gsm 100% Cotton. Ketiganya menggunakan Winsor & Newton Cotman, khusus untuk Bitter Orange, saya tambahin watercolor ink dari Royal Talents Art yang saya punya sudah lama sekali (kayanya beli 2019 di Toko Prapatan Jakarta), labelnya sudah saya lepas karena sempat berjamur, jadinya malah kehilangan informasi ini warna apa, tapi sepertinya forest green. 

---

Sekian update gegambaran Februari! semoga akhir Februari bisa update juga, atau kalau gak sempat nanti akan dirapel ke Maret sekalian. Terima kasih sudah membaca!

Ada yang pernah mengikuti kasus Ruby Franke?


Ruby Franke, seorang Mom Vlogger/Momfluencer yang sukses banget di Amerika dengan lebih dari 2juta subscribers di Youtube dan banyak banget followers di Media Sosial, pada Agustus 2023 ditangkap kepolisian setempat karena melakukan kekerasan pada anaknya. 

Penangkapannya dramatis banget karena. Anak laki-lakinya disekap di rumah partner bisnisnya, dan kabur untuk minta tolong ke tetangga buat diantarkan ke kantor polisi. Tetangganya langsung telfon 911, paramedis dan polisi langsung datang dan menggeledah rumah partner bisnisnya Ruby, Judi Hildebrant dan menemukan satu lagi anak Ruby dalam keadaan kelaparan di sebuah ruangan kecil di rumah mewah tersebut. 

Kasus ini ramai sekali karena sebelumnya memang Ruby sempat mengunggah konten yang bikin dia dicancel sama subcribernya, ia  mengunggah video percakapan sama anak laki-laki tertuanya, Chad, dimana selama 7 bulan, Ruby ‘menghukum’ Chad dengan mengambil ‘tempat tidur’nya dan selama 7 bulan tersebut, Chad tidur di bean bag. Subscribersnya drop parah banget dan dia dihujat habis-habisan. 

Netizen di Amerika yang kepo juga banyak ngomongin mereka di Reddit, beberapa curiga sama gaya parentingnya Ruby yang terlihat melakukan ‘abuse’ ke anak-anaknya. 


Ketika kejadian penangkapan Ruby terjadi, boom, semua orang langsung ramai membahas tentang dampak family vlogging buat keluarga, terutama buat anak-anak. Beberapa bagian negara di Amerika juga belakangan semakin ketat mengatur aturan tentang privasi anak dalam konten-konten macam Family Vlogging ini. 

Ini bukan pertama kalinya anak jadi korban eksploitasi orang tua. Selama ini orang kan sering serba salah ya kalau ngomentarin konten-konten keluarga yang dengan gamblang menceritakan keseharian anak. 

Tapi sebenarnya bagaimana pandangan anak-anak yang jadi ‘korban’ eksploitasi ini sendiri?


The house of my mother

Awal tahun 2025, Shari Franke, anak pertama Ruby merilis sebuah autobiografi yang menceritakan apa yang terjadi pada keluarganya. Buku berjudul the house of my mother ini gak terlalu tebal, 319 halaman tapi mampu menjelaskan kurang lebih apa sih yang Shari rasakan sejak ia bisa mengingat moment bersama Ibu dan Ayahnya.

Buku ini mengisahkan bagaimana perasaannya ketika menjadi 1 dari 8 passenger yang kesehariannya ditampilkan orang tuanya di YouTube, bagaimana ibunya punya semacam dua wajah di depan dan di belakang kamera, bagaimana ia merasakan perubahan yang terjadi saat baru puber, dan yang paling signifikan merubah hidupnya: bagaiamana Ibunya bertemu Judi Hildebrant dan bergabung di ConneXion, yang merubah ia dan keluarganya lebih jauh lagi.

Lewat buku ini, Shari menceritakan latar belakang Ibunya, Ruby, yang karena ajaran di keluarga dan agamanya merasa callingnya ya sebagai Ibu. Gak heran ketika akhirnya Ruby memutuskan untuk punya banyak anak dan terlihat selalu bahagia ketika sedang mengandung anak-anaknya.

Ruby sendiri memulai semuanya dari blogging, ia menjadi mom-blogger yang sering sharing resep masakan, sharing tentang keluarga dan parenting. Di tahun 2015, melihat adik-adiknya sukses bikin YouTube Channel, Ruby memutuskan buat ikutan sharing keseharian keluarganya lewat video di YouTube. Dari awalnya subscribers kecil, lama-lama jadi banyaak sekali. Sampai terakhir angka tertinggi subscribersnya di 2,5juta! 

Ibu dengan kepribadian narsistik

Menurut Shari, Ibunya punya kecenderungan narsistik, dimana seluruh dunia sepertinya berputar untuk Ruby. YouTube dan Sosial Media, ngebantu nge-enable sifat Ruby ini dengan semakin menjadi-jadi. Ia ingin terlihat menjadi Ibu yang sempurna dengan gaya parenting yang ok dan perlu ditiru subscribersnya. 

Shari yang semakin beranjak remaja, juga makin belajar kalau dia justru bisa memanfaatkan celah ini. Kalau minta sesuatu, better minta didepan kamera aja, biar ibunya bilang iya. 

Ibunya juga mulai me’monitize’ anak-anaknya dengan menjanjikan Shari sekian dollar kalau ikut senyum dan baik-baik di video, serta ketika Shari akhirnya ikutan bikin Youtube, Ibunya minta komisi manajemen dari uang adsense yang masuk. Shari gak bisa ngomong apa-apa karena dia underage dan urusan rekening dan buka adsense memang dibawah kewenangan orang tuanya.

Bertemu Judi

Ruby yang terlihat cukup sukses dalam menjalankan parentingnya, ternyata bisa pusing juga sama kelakukan anaknya ketika beranjak remaja. Chad, anak laki-lakinya dianggap ‘nakal’ dan susah banget diatur, sehingga suatu hari ia tanya rekomendasi ke temannya, ‘harus diapain ya’?

Disitulah nama Judi Hildebrant muncul. Judi dikenal sebagai seorang life coach yang ahli banget buat mengubah perilaku-perilaku remaca semacam Chad. 

Gak lama, Chad dibawa ke sebuah ‘camp’ selama 3 bulan buat ‘dibantu’ bisa balik jadi anak yang penurut. Shari sejak awal merasa gak nyaman dengan Judi dan melakukan beberapa online research, menemukan beberapa anekdot gak ok tentang Judi dan coba buat ngomong ke Ibunya, tapi malah dipojokin dan dianggap gak mau melihat Chad berubah, gak lama Shari sendiri harus ikut 1:1 sama Judi dan disitu dia melihat betapa manipulatifnya Judi.

Bagaimana setelah baca bukunya?

Sepanjang baca buku, rasanya capek banget dan susah  buat gak ikutan kesal sama Ruby. Kalau kamu pernah ketemu orang yang punya kecenderungan Narsistik, mungkin kamu tahu betapa drainingnya ada di sekeliling mereka :’) jadi gak kebayang kalau sosok NPD malah kamu temukan di sosok yang harusnya jadi guardian, jadi protector dan jadi orang pertama yang bisa direach out kalau ada masalah.

Tapi walaupun temanya berat, Shari berhasil menuliskan memoarnya dengan sangat baik menurut saya. Ia mencacah bagian demi bagian buku sehingga tiap chapternya cenderung pendek, gak kepanjangan dan membosankan. 

Karena ia biasa nulis journal, kita juga akan menemukan beberapa catatan di journalnya. Ini menarik sekali karena kita bisa melihat apa yang Shari catat, kemudian bagaimana ia merefleksikan hal tersebut beberapa tahun setelahnya. 

Saya sangat merekomendasikan siapa saja buat baca buku ini karena sebetulnya family vlogging adalah konten yang banyak sekali kita jumpai (mungkin beberapa dari kita konsumsi) secara rutin. 

Belajar apa dari buku ini?

  1. Privasi anak penting banget 
  2. PENTING BANGET BUAT punya pasangan yang sama-sama aware sama kondisi anak. Gak iya-iya aja dan gak punya power buat melakukan apa yang harusnya dilakukan orang tua buat anak.
  3. Consent anak saat bikin konten-konten keluarga yang akan diunggah juga penting banget (+ diskusinya akan lebih panjang, karena bisa jadi anak kasih consent tapi gak benar-benar sadar konsekuensi ketika satu konten diunggah) 
  4. Hati-hati banget pilih teman dan circle (sudah sering sekali dengar dan baca cerita orang-orang yang ketemu cult aneh dan berakhir keluarganya bercerai berai)
Untuk diskusi dan dipelajari lebih lanjut

  • Etika posting kegiatan anak itu gimana? batasan boleh dan gak bolehnya seperti apa? apakah ada regulasi yang mengatur tentang ini? atau tiap orang tua harus punya kesadaran sendiri-sendiri untuk melindungi anaknya?
  • Apakah ketika ikutan nonton video family vlogging, kita ikutan jadi enabler yang bisa jadi kasih dampak buruk untuk anak-anak di video? (dalam kasus Shari, ia merasa followers ibunya tuh juga enabler)
  • Dari kasus ini, Amerika punya sistem yang cukup ok, walaupun tentu belum sempurna--mengingat laporan Shari awalnya gak ditindak lanjuti karena regulasi terbaru, tapi ada peran Negara buat bantu ngelindungin anak yang terbukti diabuse sama orang tuanya. Gimana di Indonesia? kalau ada anak-anak yang diabaikan dan dibiarkan kelaparan? Negara ngapain?

Halo! Sudah lama tidak baca romance, tahun ini Romance-Fest saya (romance-fest, karena gak mungkin bacanya berhenti di satu buku aja) dibuka dengan buku Abby Jimenez, Just for The Summer. Buku ini sebetulnya buku ke-3 dari series Part of Your World-nya Abby Jimenez, tapi seperti buku romance pada umumnya, dia bisa banget dibaca stand alone. Meskipun series, tapi tidak butuh baca buku-buku sebelumnya untuk bisa memahami cerita di buku ini. 

Blurb

Sebagai pembaca buku-buku romance, suka sekali buku ini karena dari awal sudah diajak ketawa kocak dengan cerita bertemunya Emma dan Justin.

Emma mengenal Justin dari cerita panjang lebar di Reddit, yang isinya curhatan kalau semua perempuan yang in relationship sama Justin malah berakhir ketemu the one/pasangan hidupnya beneran. Uniknya, Emma merasa punya curse yang sama kaya Justin, ia lalu penasaran dan chat Justin untuk tanya lebih lanjut. Awalnya iseng, tapi ternyata Justin pribadi yang lucu dan menyenangkan di chat-chatnya. Pun Justin merasakan hal yang sama terkait Emma. Gak lama setelah itu teman-teman Justin menyarankan Justin buat coba jalin hubungan sama Emma, siapa tahu habis itu kutukannya mereka berdua udahan beneran, jadi bisa ketemu soulmate masing-masing setelah pacaran. Jadi tujuannya pacaran biar putus dan ketemu jodoh beneran masing-masing.

Emma ternyata setuju dan merasa nothing to lose dengan uji coba hubungan untuk memecahkan kutukan ini, sebagai nurse traveller (baru tahu ada pekerjaan ini, intinya perawat yang kerjanya pindah-pindah lokasi sesuai kemauan mereka dan sesuai kebutuhan dari agency), tadinya Emma dan sahabatnya Maddy akan bertugas di Hawaii di musim panas, tapi terus pindah ke Minnesota, tepatnya di Minneapolis.

Emma yang sabar dan Justin yang green flag

Di awal kita disuguhi dengan pasangan yang ketika bertemu memang sudah tertarik satu sama lain, plus kepribadian Emma yang dewasa dan sabar, serta Justin yang super duper green flag. Sebetulnya membaca buku ini, tanpa tahu nama penulisnya, akan bikin kita menebak penulisnya pasti perempuan karena saya yakin perspektif bagaimana Justin menyiapkan date-datenya dengan Emma, itu kurang lebih gambaran bagaimana kebanyakan perempuan berharap ketika diajak ngedate haha! the quizionaire!! Briliant! walaupun mungkin tidak semua perempuan suka ya, tapi poinnya di bagaimana Justin menyiapkan agar Emma nyaman ketika pergi dengan ke sebuah tempat.

Tapi lama-lama kita juga akan mendapatkan potongan cerita yang membuat hubungan Emma dan Justin tidak semudah yang dibayangkan. Emma dengan trauma masa lalu (yang ia anggap telah usai tapi jelas belum sama sekali), kemudian Ibunya yang tiba-tiba hadir setelah sebelumnya selalu absen dari kehidupannya. Serta Justin yang tiba-tiba harus bertanggung jawab atas tiga adiknya, karena Ibunya harus pergi.

Keluarga dan Luka Masa Lalu

Jujur baca buku ini gak berasa baca romance sepenuhnya karena justru part yang bikin saya nangis bombay malah part waktu Ibunya Justin harus pergi (tidak mau bilang kemana biar gak spoiler), tapi saya sesenggukan cukup lama di bagian ini. Lalu, saya juga ikutan marah waktu Emma tahu kebenaran tentang keluarganya, dan serta sayang banget sama Maddy karena terus ada buat Emma karena tahu Emma butuh Maddy, sahabatnya. Bagian berantemnya Emma dan Maddy juga menyenangkan buat dibaca karena realistis banget rasanya kaya baca cerita waktu lagi berantem sama sahabat sendiri.

Saya juga dibuat ikutan sayang sama adik-adiknya Justin, Alex yang punya ADHD, Sarah si remaja tanggung yang bisa dengan mudah dekat dengan Emma karena Emma tahu gimana rasanya berada di posisi Sarah, juga Chelsea, si bungsu empat tahun yang harus tiba-tiba kehilangan ibunya. Suka sekali sama refleksinya Justin tentang kasih sayang: “The best kind of love doesn’t happen on moonlit walks and romantic vacations. It happens in between the folds of everyday life. It’s not grand gestures that show how you feel, it’s all the little secret things you do to make her life better that you never tell her about”.

Sebagai pembaca dewasa, saya merasa porsi cerita dewasanya juga cukup, tidak berlebihan, dan penyelesaian masalahnya juga coba dilakukan dengan pas. Tidak memaksakan kalau sayang artinya harus barengan terus satu sama lain, serta gimana masing-masing orang, terutama Emma dan Justin menyelesaikan luka masa lalunya, membuat saya gak mau menyimpan buku ini sampai selesai. Suka deh baca buku romance yang konfliknya bukan miss-komunikasi berulang-ulang sepanjang buku.

Secara keseluruhan, buku ini bagus sekali! kalau kamu mencari romance yang adegannya tidak menye-menye dan ingin melihat bagaimana pemeran utamanya menyelesaikan masalah-masalah mereka dengan dewasa! saya sangat merekomendasikan buku ini! 


 

The Cat Who Saved Books (Hon O Mamoro to Suru Neko No Hanashi)

Judul Bahasa Indonesia: Kucing Penyelamat Buku karya
Penulis: Sosuke Natsukawa
Penerjemah: Lulu Wijaya
Editor: Tanti Lesmana
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbitan: Pertama, 2023
Jumlah halaman: 200 halaman; 20cm 
ISBN: 978-602-06-7165-9

---

Disclaimer: Tulisan bersifat subjektif dari sudut pandang saya sebagai pembaca, pengalaman baca kamu dengan pengalaman baca saya bisa jadi berbeda. Reviu hanya diterbitkan untuk blog pribadi saya, boleh disebarkan dengan menyertai tautan namun tidak untuk diduplikasi dimanapun tanpa izin. 

---

Saya menyelesaikan tantangan #JanuaryinJapan yang diramaikan di Instagram agar pembaca bisa membaca literasi Jepang di bulan Januari ini. Tertarik ikut karena ada beberapa tumpukan buku yang belum dibaca yang masuk kategori ini. Salah satunya buku The Cat Who Saved Books karya Sosuke Natsukawa. Saya membaca buku ini tanpa ekspektasi apapun dan tanpa membaca reviu dari siapapun sebelumnya, termasuk tidak mengintip apa kata orang di Goodreads. Bukunya tidak terlalu tebal, 200 halaman dan cukup ringan untuk dibaca, ini kategori yang bisa dibaca sekali duduk kalau kamu bisa menikmati membaca bukunya. Sayangnya tidak bagi saya. 

Rating akhir saya untuk buku ini adalah 2,5 dari 5 bintang. Bukan buku yang ingin saya baca lagi atau saya rekomendasikan untuk dibaca juga oleh orang lain untuk buku dengan topik buku. Kenapa? Mari kita bahas detailnya. 

Blurb

Buku ini diawali dengan kisah Rintaro Natsuki, seorang anak SMA yang baru saja ditinggal wafat kakeknya. Sebagai yatim piatu, ia hanya tinggal berdua dengan kakeknya, yang setelah wafat mewarisi sebuah toko buku bekas yang selama ini menjadi tempat kakeknya mencari nafkah. Baru selang sehari setelah sang kakek wafat, nasib Rintaro seperti sudah diketok palu, ia akan tinggal dengan bibinya dari kota. Toko buku ini akan ditutup, tapi saat ia datang ke toko buku, ia bertemu Tiger, seekor kucing yang bisa bicara dan mengajaknya untuk menyelamatkan buku-buku yang kesepian. 

Petualangan mereka pun dimulai, Rintaro diajak tiger masuk ke sebuah labirin di belakang rak buku di toko buku Natsuki dan mencoba 'menyelamatkan' buku-buku yang mati, atau dicabik-cabik pemiliknya. 

Empat Labirin Petualangan

Buku ini dibagi menjadi empat chapter, atau yang disebut juga empat labirin di mana di tiap labirin, Rintaro dan Tiger punya misi untuk menyelamatkan buku-buku. Misi ini beragam, di labirin pertama, Rintaro dan Tiger punya misi untuk 'menyelamatkan' buku-buku yang dipenjarakan. Buku yang dipenjarakan ini ternyata metafora dari buku-buku yang sangat banyak--50ribu lebih jumlahnya, di rumah seorang pembaca buku. Buku-buku ini ia simpan di lemari kaca dan ditutup rapat-rapat. Pegangannya digembok menjadi satu. Ia bertemu orang yang sangat mencintai buku dan suka membaca tapi memperlakukan buku selayaknya barang museum, ia bahkan tak pernah menyentuh kembali buku yang ia baca. 

Di labirin lainnya, Rintaro bertemu dengan masalah-masalah lain seperti 'pencincang buku', peneliti yang ingin mencincang buku sesingkat mungkin agar bisa ditelan dengan cepat oleh pembaca, atau labirin 'Penjual Buku' dimana ia bertemu pemilik perusahaan yang menolak buku-buku yang tidak laku dan hanya ingin menjual buku-buku laris saja. 

Setiap labirin ini adalah metafor pengalaman pembaca, kalau kamu pembaca, pencinta buku atau orang yang suka buku, kamu mungkin familiar dengan 'masalah-masalah' perbukuan yang dibahas di buku ini. Apa yang akhirnya membuat saya tidak terlalu menikmati membaca buku ini adalah: apakah semua yang menjadi pembahasan di labirin buku ini adalah masalah sebenarnya dunia perbukuan? 

Hitam putih.. tak ada diantaranya

Belakangan saya sering sekali mengikuti diskursus literasi atau perbukuan di Twitter atau X. Dibilang mengikuti sebetulnya saya hanya baca dan mengamati saja, jarang sekali saya ikut-ikut berkomentar. Saya rasa, apa yang jadi 'masalah-masalah' di labirin Rintaro dan Tiger ini akan ramai sekali jika diperbincangkan di platform tersebut. 

Sebut saja labirin ketiga dimana seorang pebisnis menolak menerbitkan buku-buku yang tidak diminati pembaca, susah dipahami, dan dalam tanda kutip kurang laku. Saya mencoba memahami jawaban Rintaro untuk 'membebaskan buku' di labirin ketiga ini dan merasa Rintaro hidup hanya di bubblenya yang sangat ideal (yang juga menjadi kritik di labirin ke empat). 

Ketika membaca labirin ketiga, saya tergelitik sekali. Apakah bagi Rintaro hanya buku-buku 'sastra' berat yang berhak dicetak banyak-banyak? buku self-help (yang sejujurnya juga gak cocok-cocok banget sama saya) selalu laku ya karena berhasil menemukan pembacanya. Buku romantis bentuknya juga tak melulu buku sastra berat kan ya? (kalau yang ini saya beneran kesenggol sebagai penikmat buku romance LOL). Tapi intinya, keseimbangan perlu kan ya? penerbit buku ya perlu cari untung, supaya buku-buku bagus dan buku populer bisa sama-sama terbit, supaya penulis penulis baru bisa terus hadir, supaya orang tetap membaca dan menemukan kesenangannya dalam membaca. 

Sejujurnya ketika menemukan ketidaknyamanan dalam idealisme Rintaro, saya mencoba memposisikan diri sebagai Rintaro. Apakah karena Rintaro masih SMA ya? jadi berpikirnya hitam putih begitu, tapi juga gambaran hitam putih ini tidak cocok rasanya dengan sosok Rintaro yang coba digambarkan sebagai wise grandson yang dapat wisdom dari percakapan-percakapan bersama Kakeknya. Jadi kaya gak cocok aja rasanya penggambarannya buat saya. 

Bisa tetap dinikmati kah? 

Saya mencoba tetap menyelesaikan baca buku sampai selesai untuk melihat apakah ada bagian dari buku ini yang bisa saya nikmati, tapi sepertinya agak sulit. Setelah selesai membaca buku ini saya sempat membaca beberapa reviu teman-teman pembaca lainnya dan melihat bagaimana point of view mereka tentang buku ini. Ternyata tetap banyak pembaca yang suka sekali buku ini, ratingnya di goodreads juga bagus dari 60.000 lebih pembaca. Jadi saran saya kalau kamu suka buku (nilai plus kalau suka kucing, walaupun saya bingung kenapa disebut kucing penyelamat buku), coba saja baca buku ini. Siapa tahu cocok buat kamu! kebetulan saja tidak cocok untuk saya. 

Tapi buku selalu menemukan pembacanya bukan? :) So maybe you should give this book a try. 

Tahun ini saya kembali ikutan #ReadChristie setelah absen beberapa lama. Alasannya sederhana, banyak buku Agatha Christie yang sempat saya beli beberapa waktu kebelakang, tapi belum sempat dibaca. Jangankan dibaca, segelnya saja belum dibuka. Jadi gas lah, mumpung tahun ini ada banyak waktu luang untuk membaca. Bulan ini temanya adalah Artist. Sebetulnya buku yang direkomendasikan adalah Five Little Pigs. Tapi saya belum punya di rumah. Opsi lainnya bisa buku Third Girl yang saya baca ini atau buku The Hollow. Third Girl dan The Hollow saya punya di rumah, jadi langsung pilih satu dan akhirnya membaca Third Girl. 

Jujur membaca Third Girl seru sekali! Buku Oma tuh kan khas banget ya buat saya, beliau ngebuild dulu cerita di awal yang bikin beberapa buku emang agak bikin ngantuk dan bisa dibilang bikin bosan sampai akhirnya ketemu hook yang bikin kita gak mau simpan buku sampai akhir. Nah si Third Girl ini malah menempatkan hooknya di awal gitu. 

Blurb

Ceritanya seorang gadis datang ke rumah Poirot untuk mengakui kalau dia telah membunuh seseorang, tapi dia sendiri kelihatan ragu. Gak lama berselang, sang gadis ini ngilang. Karena Poirot gak tahu nama dan asal usul si gadis, dia kelihatan udah mau bodo amat, tapi juga kepikiran, sampai bertemulah dia dengan sahabatnya, Mrs. Oliver, penulis novel misteri yang cerita kalau baru-baru ini dia nyuruh orang ketemu Poirot dan dari deskripsinya, mirip dengan yang disampaikan Poirot. 

Setelah tahu nama dan alamatnya, Poirot mendatangi rumah sang gadis di pedesaan, rumah keluarga, bukan rumah sehari-hari yang ditempati, karena si Gadis, yang belakangan ketahuan namanya adalah Norma Restarick, tinggalnya di London. 

Setelah datang ke rumah keluarganya, ketemu beberapa orang yang kenal dia, semua orang seolah menganggap Norma ini agak gak waras, gila, sinting, gak normal, pokoknya gak ada bagus-bagusnya deh yang orang sampaikan tentang Norma. Norma punya kehidupan sulit dengan Ibunya (bukan secara finansial, karena Bapaknya kaya), sejak kecil Norma ditinggal ayahnya yang kabur buat bertualang ke Negara-negara eksotis sama perempuan muda yang dicintai sang Ayah. Ibunya kesel dan benci banget sama di perempuan selingkuhan ini dan sepanjang masa kecilnya, Norma dibikin gak nyaman dengan keadaan ini. 

Sang Ayah akhirnya kembali ke London setelah 'petualangan'nya selesai. Dia balik dan punya istri baru, Mary Restarick yang ditemuinya di Afrika Selatan. Norma hidup gak akur dengan Mary, ini juga yang akhirnya membuat Norma pindah ke London. 

Artist

Tema Januari ini memang Artist dan kamu akan menemukan benang merah tema dengan buku ini di pertengahan sampai akhir cerita dimana orang-orang terdekat Norma mulai kelihatan kesehariannya mengerjakan apa. Jadi saya gak bisa cerita lebih lanjut karena nanti malah spoiler. 

Saya sendiri cenderung gak menebak-nebak di awal siapa yang menjadi pelaku pembunuhan (yap, beneran ada pembunuhan di sini), dan mencoba menikmati baca bukunya aja, jadi ga bisa bilang juga apakah tebakan saya akan pelaku benar atau salah. Tapi cukup mindblowing dan agak gak ketebak. Jadi secara keseluruhan menurut saya bukunya seru!

Rating

Saya kasih 4 dari 5 bintang untuk buku ini karena saya menikmati baca bukunya, misteri di dalamnya yang lumayan bikin Poirot pusing. Hints di buku ini juga asyik banget sebenernya, dibanding buku lain, menurut saya ada banyak petunjuk yang bertebaran yang membuat pembaca bisa barengan menganalisis beragam kemungkinan. 

Saya juga lumayan suka sama karakter Mrs. Oliver yang sumpah agak nyebelin hahaa! tapi saya suka karena membantu penyelidikannya Poirot, terlepas dari agak ngeyelnya beliau ya. Sudah dikasih tahu untuk hati-hati tapi gak juga, jadi ajah kenapa-napa. Tapi kemunculan Mrs. Oliver di sini memang memegang peranan penting. Terakhir saya ketemu beliau di buku hallowe'en party kalau gak salah. 

Kesimpulannya buku ini lumayan OK buat dibaca bahkan oleh kamu yang belum membaca karya Agatha Christie yang lain pun! Gak membosankan, karakternya banyak tapi juga semuanya pegang peranan penting, jadi kita ingat walaupun gak sampai detail namanya hehe. Kalau kamu mau ikutan #ReadChristie2025 di Januari ini, boleh banget nih baca buku ini!




Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • Review Buku Angsa dan Kelelawar karya Keigo Higashino
  • Main ke Toko Buku Pelagia Bandung
  • Sabtu yang Menyenangkan dan kenapa saya suka membeli bunga
  • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: Manabeshima Island Japan karya Florent Chavouet

Arsip Blog

  • ▼  2025 (16)
    • ▼  Mei 2025 (3)
      • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yu...
      • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim ...
      • Tiap Anak Berbeda, Termasuk Proses Melahirkannya; ...
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes