Buku yang dibaca V, salah seorang member BTS
First of all, I'm not an army haha! Saya hanya tahu satu atau dua lagu BTS yang biasanya sedang viral di Media Sosial dan cukup menikmati walau tak tahu artinya. Nah, waktu beli buku ini saya tidak tahu kalau buku ini cukup viral karena pernah dibaca salah seorang member BTS, saya beli buku ini karena beberapa ulasan menarik di media sosial, ketika baca pengantar dari penulis di buku ini, barulah saya tahu. Waw asyik juga ya kalau idol banyak menularkan semangat membaca buku dan menular ke para penggemarnya.
Belajar Berbahasa dan Komunikasi dari cendikiawan Barat dan Timur
Buku ini dibagi menjadi 8 chapter, ditiap chapter terdapat beberapa bagian yang awalnya selalu diawali dengan kutipan dari buku atau perkataan seorang filususf atau pemikir. Penulis kemudian mengelaborasi kutipan tersebut dan kaitannya dalam berkomunikasi atau berbahasa. Buku ini isinya seperti kumpulan esai, kalau buat saya.
8 chapter ini adalah tahapan dari hal dasar kalau kita ingin meningkatkan kemampuan komunikasi dan berbahasa. Isinya bukan hal teknis tapi ya, walaupun ada beberapa tips yang bisa kita praktekkan langsung jugasetelah membaca buku ini.
Apa saja isinya?
1. Cara Memperbesar Mangkuk Kata-kata
Chapter ini menegaskan kalau kita kunci dari pembelajaran bahasa adalah pengembangan diri. Tujuan pengembangan diri ini untuk apa? untuk kenal sama diri sendiri, kenal sama diri sendiri membuat kita cinta sama diri sendiri dan ketika kita bisa mencintai diri sendiri, kita bisa makin percaya diri dalam berbahasa.
2. Sudut Pandang
Menurut penulis, penting bagi kita untuk punya sudut pandang akan satu hal atau peristiwa, karena ketika kita tidak punya sudut pandang, ketika kita berbicara, ucapan kita jadi tak ada maknanya. Tidak berbobot.
Apakah karena hal ini kita jadi harus tau tentang semua hal yang terjadi di dunia? tentu saja tidak, tapi perlu juga bagi kita untuk stay courious, Serta penting juga untuk bertanya dengan sungguh-sungguh, gak asal nanya aja.
3. Kecerdasan
Kenapa ada bahasan tentang kecerdasan. Penulis menyampaikan kalau kecerdasan diperlukan jika kita ingin sesuatu yang kita ucapkan memiliki makna yang lebih dalam. Dibagian ini penulis juga mengutarakan kalau kecerdasaran amat diperlukan bahkan adalah sesuatu yang lebih tinggi dari hati. (yang mana saya kurang setuju sih haha, buat saya keduanya sama pentingnya).
Dibagian ini ada salah satu bagian yang saya suka, yaitu tentang tips membaca buku dari Shin Young-Bok (pakar ekonomi dan penulis korea) untuk membaca satu buku sebanyak tiga kali. Pertama, kita membaca tulisannya. Kedua, kita membaca penulisnya. Dan yang terakhir, kita membaca diri kita sendiri sebagai pembaca buku tersebut.
4. Kreativitas
Apa hubungannya kreativitas dengan berbahasa dan komunikasi? di pengantar bagian ini, penulis menyebutkan, kata-kata yang membosankan akan sulit diterima banyak orang, sehingga penting untuk mengasah kreativitas kita, isi dan bentuk ucapan haruslah baru. Tidak benar-benar baru sebetulnya, tapi lebih baik dari yang sebelumnya.
Bagian ini juga menyarankan kita untuk belajar dari sejarah, tapi bukan menghapal tangaal-tanggal seperti di sekolah dulu ya (sama aja ya ternyata Korea Selatan sama Indonesia haha), belajar sejarah ini perlu untuk dimaknai, agar kita bisa mengambil pembelajaran dari peristiwa di masa lalu.
Satu hal menarik dibagian ini adalah saran untuk menulis. Karena dengan menulis, pikiran dan penyampaian kita jadi lebih baru, bisa dicek terlebih dahulu juga, beda dengan ucapan yang bisa menguap begitu saja.
5. Menyimak
Ini menarik nih! Jadi penulis bilang kalau kita mau jadi pembicara yang ulung, kita harus jadi penyimak yang jaauh lebih ulung. Menyimak ini bukan hanya mendengarkan seadanya ya. Tapi mendengarkan dengan sepenuh hati. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menjadi pendengar yang baik. Seperti mengalahkan keinginan untuk bicara, berlatih diam, konsentrasi dan tidak berpura-pura mendengarkan).
Sejujurnya, ini bagian paling menarik dan paling saya suka dari buku ini.
6. Pertanyaan
Chapter 2 sempat mengulas tentang mengajukan pertanyaan yang baik itu penting untuk membentuk sudut pandang. Nah chapter 6 lebih dalam mengulas tentang budaya bertanya kita yang cerderung satu arah. Bos tanya ke bawahan, guru tanya ke karyawan, orang tua tanya ke anak. Jarang sekali atau frekuensi bertanya sebaliknya cenderung lebih sedikit.
Padahal kalau kita tidak bertanya, bisa jadi kita gak belajar. Penting sekali untuk menyiapkan pertanyaan ketika kita tak paham, tapi ingat prinsip untuk tidak asal bertanya dan pastikan kita tidak bertanya untuk sekedar ngetes orang ya!
Satu lagi: orang berani bertanya ketika percaya kalau kita akan jawab tanpa merendahkan mereka. Jadi penting sekali membangun kepercayaan satu sama lain dengan lawan bicara agar bisa saling terbuka dan akhirnya saling berani bertanya.
7. Gaya Bicara
Seperti halnya perang, bicara juga ounya taktik standar yang seharusnya dilakukan oleh semua orang. Apa saja?
- Berpikir sebelum berbicara
- Tidak berlebihan ketika berbicara
- Berbicara sambil memperhatikan lawan bicara kita
Wow! menarik ya! ada juga pembahasan selanjutnya tentang bicara yang harus seimbang, tidak sok tau ketika ngobrol, serta sebuah tips: jika kita ingin menjadi 'pemimpin' dalam sebuah pembicaraan, jadilah moderator dalam pembicaraan tersebut.
8. Kebebasan
Setelah semua hal, mulai dari mengenal diri sendiri hingga gaya bicara, hal terakhir yang bisa kita lakukan agar bisa bicara dan berkomunikasi dengan baik adalah kebebasan. Sebetulnya bagian ini lebih banyak membahas tentang pentingnya "walk the talk", ketika kita bicara kita memang melakukan apa yang kita ucapkan. Bukan hanya membual belaka. Supaya apa? supaya kita bisa jadi orang yang 'bebas' dalam artian tidak terbebani dengan ucapan kita sendiri.
Bagian ini juga beberapa punchline yang saya suka, seperti ada beberapa hal yang memang tidak bisa diucapkan, akan lebih baik dibiarkan dalam diam, and it's okay.
Serta perlunya berlatih meditasi, supaya kita bisa praktekkan 'zen' dalam bicara, yaitu menghilangkan beragam prasangka saat bicara dengan orang lain.
Catatan Asri tentang buku ini
Panjang juga ya review saya kali ini, semoga bisa memberikan gambaran bagi teman-teman yang penasaran ingin membaca buku ini. Buat saya pribadi buku ini cukup memberikan perspektif yang baru karena ternyata ilmu berkomunikasi ini dari dulu sampai sekarang ya sama dasar-dasarnya. Meskipun ada beberapa hal dalam buku ini yang saya tak sepenuhnya setuju, tapi banyak sekaaaali yang bisa saya coba praktekkan.
Cocok dibaca bagi teman-teman yang memang ingin tahu lebih lanjut tentang pengetahuan dasar dalam berbahasa dan berkomunikasi. Bagi yang akan membaca buku ini, baiknya siapkan notes atau highlighter untuk menandai bagian penting dalam buku ini. Walaupun didalamnya sudah banyak yang dibold oleh penulis.
Oh satu hal yang agak mengganggu di awal, buat saya adalah pengaturan margin buku ini! mepet sekali haha, tapi entah bagaimana akhirnya malah nyaman-nyaman saja. :D
Informasi Buku The Power of Language
Judul Buku: The Power of Language
Penulis: Shin Do Hyun & Yoon Na Ru
Pertama kali diterbitkan: 2018
Cetakan kesembilan Bahasa Indonesia: Juli 2021
Penerbit: Penerbit Haru
Jumlah Halaman: 208 halaman
ISBN:978-623-7351-34-4
Penerjemah: Hyacinta Louisa
Harga Pulau Jawa: Rp. 79.000
Tambahan
Saya mencoba buat ulasan versi videonya disini ya :)