Journal Asri


Akhir tahun ini, belanja buku malah makin tak terkendali! Desember ini saya belanja buku lumayan banyak. Buku Rana dan Buku saya. Semuanya kalau ditotal-total lumayan bikin kantong menjerit. Apalagi Buku Rana yang harganya seringkali 2x lipat harga buku saya. Anehnya, saya tetap terus membeli buku. Jajan buku rasanya satisfying sekali! Periode akhir bulan ini saya akali dengan jajan buku preloved saja agar kantong tak terus-terus menjerit. Sungguh salah satu alasan yang cukup besar kenapa saya bekerja sampai hari ini salah satunya adalah agar bisa jajan buku tanpa merasa berdosa ambil jatah tabungan pendidikan Rana :').

Hari ini ada tiga buku baru yang masuk. Garis Batas, Selimut Debu dan Rumah Kaca. Dua buku pertama adalah buku bergenre perjalanan! Bacaan yang saya amat nikmati waktu kuliah dulu dan sudah lama tidak mengulang membaca buku-buku tersebut. Dulu saya senang membaca buku traveling yang dibawakan dengan narasi ciamik karena saya juga suka jalan-jalan. Bukan jalan-jalan ke tempat jauh hihi, apalagi bolak-balik keluar negeri. Jalan-jalan saya biasanya keliling sudut kota, naik angkot sendirian ke tempat-tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Tapi semua berubah sejak saya mulai pindah kembali ke Cimahi. Saya sadar setelah melihat tulisan-tulisan saya. Bahkan ketika di Banggai, saya cenderung menulis tentang perjalanan ya karena kebetulan sedang jalan-jalan dengan teman-teman saya. Bukan karena saya menginisiasi jalan-jalan tersebut.

Sekarang apalagi setelah punya anak. Jalan-jalan malah jadi sesuatu yang kadang mengerikan buat saya :) banyakan repotnya daripada senangnya. +Pandemi, yah sudah deh. Kebanyakan di rumah. Tapi 2021 keluarga kami dapat banyak kesempatan untuk berkelana ke tempat-tempat baru bersama Rana. Sesuatu yang bahkan tidak kami rasakan di tahun-tahun sebelumnya. Karenanya saya ingin kembali menulis tentang perjalanan. Setidaknya di blog ini, hitung-hitung kenang-kenangan untuk Rana. Supaya suatu saat ketika ia sudah pandai membaca, ia tahu kemana saja ia berkelana bersama Ayah Ibunya. Dan karena hal itu saya ingin kembali membaca cerita perjalanan. Agustinus Wibowo bukan nama sembarangan di dunia tulisan perjalanan. Semoga setelah membaca bukunya, saya bisa kembali semangat menulis kisah kami melangkahkan kaki! 


Rana di Argo Wilis, Desember 2021



Sepertinya semua buku dari @rabbitholeid gak perlu dipertanyakan lagi kualitas konten, ilustrasi dan kualitas bahannya ya. Kami hampir punya semua buku Rabbithole di rumah sejak ada Rana. Salah satu buku Rabbithole favorit Rana dan Ibunya juga judulnya "Papa". Buku ini cocok sekali buat bayi karena tidak ada tulisan kecuali tulisan papa dan dada di setiap lembarnya.

Seperti buku anak pada umumnya, buku ini amat mengutamakan ilustrasi. Di buku ini digambarkan kehangatan ayah dan anak baik ketika ayah ada di rumah ataupun harus kerja dan ga di rumah karena urusan tertentu.

Saya juga suka lembar dimana sang Ayah ajak anak perempuannya keluar untuk main dan Ibu digambarkan bekerja/berkarya depan laptopnya. Rasanya seperti Ayah sedang memberikan Ibu 'Me Time', walau gak lama.

Walaupun hal-hal yg tergambar disini amat konvensionaal sekali hihi: ibu masak, ayah bekerja, ibu dirumah, anak punya ibu ayah lengkap. Rasanya pas buat saya untuk mengenalkan kalau ayah dan ibu sama2 melakukan hal terbaik untuk anaknya. Juga pas untuk pengenalan anggota keluarga buat Rana yang digambarkan persis seperti dibuku tersebut, tidak punya kakak dan adik di keluarga.

Tapi tentu perlu juga mengenalkan bacaan lainnya pada anak agar ia tahu gak semua anak dan keluarga gambarannya sempurna seperti yg ada di buku ini.

Seperti judulnya, yang paling sering bacakan buku ini buat Derana adalah ayahnya. ❤️

Konten:4/5
Ilustrasi: 5/5
Cocok untuk usia: 0 - 3 tahun
Bahan: Board book
Penerbit: Rabbithole


 


Hai! Setelah memutuskan beli eReader di Agustus lalu, baru kali ini saya mau review produknya dan menyampaikan pros-cons dari eReader yang saya miliki. Sebelumnya saya mau disclaimer dulu kalau review ini tidak disponsori pihak manapun ya hehe dan tentu saja bersifat subjektif.

Memutuskan membeli eReader


Saya cukup lama mikir-mikir mau beli eReader, setidaknya sejak awal tahun 2021  maju mundur mau beli Kindle waktu itu, tapi mundur karena mau lihat konsistensi baca terlebih dahulu. Terutama baca eBook, gataunya record baca saya di 2021 mantap betul hahaa setidaknya dibanding tahun sebelumnya. Dan salah satu faktor besar yang bantu saya baca dengan bringas adalah ebook subscription. Setelah lama mikir, akhirnya saya minta hadiah ulang tahun eReader ke Mas Har hihi (gamau rugi), dan saya memang mencari eReader yang android, jadi bisa baca dari beragam platform gak hanya jajan dari kindle. Berjodohlah dengan Onyx Boox Poke 3! ini racun nonton video Sophia Kanaya (Kak Aya) juga sih di YouTube hehe.

Review Asri setelah 4 bulan pemakaian




Nah, saya gak terlalu berani nulis ketika baru banget punya eReader karena ingin merasakan dulu sensasi bacanya setelah beberapa bulan. Sejujurnya saya sempat berada di fase mempertanyakan "ini worth it gak sih?" hehe mana harganya lumayan mahal kan ya (buat saya wkkk). terutama di dua bulan pertama. Ini karena saya punya Samsung Tab yang sebelumnya saya gunakan sebagai eReader saya. Tapi setelah 4 bulan saya benar-benar sayang banget sama eReader mungil ini. Faktor yang paling mempengaruhi adalah pengalaman traveling minggu lalu. Duh! sebagai yang tiap traveling wajib bawa minimal 2 buku untuk dibaca, punya eReader ngurangin sekali beban bawaan!!! Menghindari drama basah-ketumpahan-lecek dan sebagainya juga. eReader kalau basah sebenarnya repot juga tapi karena barang elektronik kali ya, jadinya saya lebih aware dan hati-hati, kaya HP lah memperlakukannya. 

Pros Onyx Boox Poke 3 

- Ringan sekali! :')
- Karena sistemnya android, bisa punya beragam platform baca. Saya punya Kindle, Google Playbook, Gramedia Digital, Rakata, iPusnas dan Scribd
- Baterainya cukup awet (ini saya ga pernah pakai ereader lain ya jadi ga bisa bandingin). Saya biasa matikan wifi kalau sedang baca, dan untuk jam baca satu jam sehari, boox saya bisa bertahan satu minggu tanpa di charge
- Layarnya gak menusuk-nusuk mata lagi, ga kaya tab :') sejujurnya saya bukan tipe yang terganggu loh baca dari device biasa seperti tab atau HP, bisa kuat beratus-ratus halaman. Tapi kok setelah punya boox lihat HP mata jadi cepat perih hehe.
- Enak dibawa traveling! gak perlu lagi bawa buku banyak dan berat
- Nyaman dibaca sambil tiduran
- Enaknya punya eReader kalau punya anak seperti saya: anak tau kapan ibu baca kapan ibu main HP, jadi nantinya Rana tau kalau Ibunya pegang Boox berarti sedang baca

Cons Onyx Boox Poke 3

- Layarnya kecil! 6 inci saja, buat yang biasa baca di tab 10 inc seperti saya, aduh pas awal-awal terus meragukan keputusan beli eReader
- Harganya sedikit lebih mahal dibanding kindle
- Kalau highlight jadi ga kelihatan warnanya (karena hitam putih)

Nah, itu kalau dilihat banyakan prosnya setelah 4 bulan pakai, kalau dua bulan lalu nulisnya mungkin kebalik sih hihi. Kalau teman-teman ada rencana beli atau cari eReader, lebih baik kenali sesuai kebutuhan ya. 




Walau sekarang punya eReader, saya masih cukup rajin jajan buku fisik. Karena sensasi bau buku fisik dan rasa menyenangkan membalikkan lembar buku menurut saya gak pernah tergantikan. Ditambah lagi dengan membeli buku fisik, kita bisa bantu industri perbukuan di Indonesia terutama, bisa tetap bertahan di masa sulit. Oiya, ada satu hal lagi: sebelum memutuskan membeli eReader, pastikan sudah tahu kalau akan tetap ada uang keluar buat beli buku digital ya! jangan download buku bajakan. Makanya saya pilih eReader yang android base, supaya bisa cari harga paling murah +kalo bisa gratis di iPusnas hehe. 

Sekian teman-teman! Terima kasih sudah mampir.
Aku beli di toko ini ya: https://tokopedia.link/8s3OG2CMMob  Ini tokonya dijamin terpercaya karena booxku sempat bermasalah di awal, tapi langsung diganti dan respon penjual amat cepat!

We somehow managed to make a trip from Cimahi, our hometown to Bengkalis, an island in Riau Province that only 2 hours away by ship from Malacca, Malaysia. 

Istana Siak


Pekan lalu saya, Mas Har dan Rana melakukan perjalanan jauh pertama kami dari rumah ke tempat projek kerja Mas Har saat ini di Pulau Bengkalis, Riau. Ada satu alasan berat kenapa saya ingin ikut pergi, bukan karena ingin liburan atau ingin jalan-jalan, tapi karena ingin bertemu Emak! Emak Ilin, sahabat saya dan Mas Har, rekan satu penempatan waktu Indonesia Mengajar di Banggai dulu. 

Karena sedang pegang project kerjaan yang cukup menyita waktu, saya sampai gak melakukan riset sama sekali perjalanan kesana akan bagaimana, hotelnya gimana, tempatnya gimana bla bla bla semua saya skip dan saya percayakan pada Mas Har. Jelang hari H, baru saya sadar kalau perjalanan kesana lumayan berat dan Ya Allah lumayan banget ke Bengkalis bawa bayi haha. 

Sebetulnya saya gak banyak jalan-jalan di Bengkalis, jadi ga bisa banyak cerita juga ada apa aja disana hehe. Karena saya sama sekali gak ambil cuti, saya ajak adik saya untuk bantu gantian jaga Rana di kamar hotel. Kami keluar hanya waktu cari makan. Ada beberapa hari juga bisa jalan-jalan sore sih sama Mas Har Naik motor keliling kotanya. Tapi part paling seru dari perjalanan ini ya emang ketemu Emak dan nyicip perjalanan pertama yang cukup jauh buat Rana. +Makan Seafood haha!

Pengalaman terbang pertama Rana

Bertemu Emak setelah terakhir temu 2019 di Jakarta


Jauh-jauh ke Bengkali, tetap nemenin Ibu kerja di Hotel


View restoran di hotel tempat menginap: pohon dan rawa-rawa mangrove

Di Pantai Selat Baru, Bengkalis

Nyebrang dari Bengkalis ke Sumatera


Jujur saya agak gak siap untuk perjalanan ini, plus pergi dimasa peralihan cuaca ini agak ngerepotin karena: berangkat semua fit, pulang kami berempat sakit. 

Mumpung masih hangat sekali perjalanannya, saya mau kasih beberapa tips untuk teman-teman yang ingin melakukan traveling bersama bayi di masa covid. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan kalau teman-teman juga ingin melakukan perjalanan serupa:

1. Pastikan tahu level PPKM di lokasi kamu dan lokasi yang akan didatangi, ini akan mempengaruhi persiapan tes covid yang perlu dilakukan. 
2. Pastikan tahu kebijakan COVID Test di Masing-masing Bandara! INI PENTING sekali karena ternyata kebijakan di Soetta berbeda dengan bandara lainnya di Indonesia. Di Soetta bayi boleh pakai surat antigen, di Bandara Pekanbaru bayi wajib PCR. 
3. Siapkan dokumen-dokumen keluarga seperti KK (ini jadi verifikasi waktu bawa bayi di bandara), bawa salinan copynya aja cukup!
4. Bawa semua perlengkapan bayi essential! perlak (yg bisa dilipat), popok, baju ganti, minyak telon (kalau pakai) disiapkan di satu tas sendiri. +mainan kalau bayinya sebesar Rana sudah mulai asyik pegang-pegang benda. 
5. Kesiapan makan! ini yang saya merasa banyak miss nya karena Rana baru banget MPASI :'(, saya menyiapkan makanan instan (bubur dan biskuit) bawa termos air panas untuk seduh makanannya, bawa mangkuk dan alat saring makanan, sendok dan beli alat cucinya di dekat hotel. 
6. Jika memungkinkan, pilih penerbangan yang jamnya lebih baby friendly. Misal kalau dikasus saya, penerbangan jam 8.00 pagi malah agak bikin Rana gak nyaman karena harus nyubuh dari Bandung. Tapi pas pulang enak banget, penerbangan jam 1.45 siang, gak rusuh pagi-pagi dan gak bikin Rana Cranky.

Sekian catatan jalan-jalan yang cukup berantakan kali ini, nanti kalau sedang mood saya rapikan ya :').
Atau bikin deep review lainnya di postingan lain! 

 



Bulan September kemarin saya cukup intense baca buku-buku misteri, membaca dua karya Keigo Higashino lainnya yang sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, mengenal karya Minato Kanae dan berkenalan dengan Robert Galbraith, a.k.a J.K. Rowling. Ah iya saya membaca satu buku non-fiksi di bulan September, buku yang saya beli di BBW akhir bulan Agustus lalu, seri The School of Life judulnya: How to Worry Less about Money. Buku terkhir berjudul Seribu Wajah Ayah, buku ang diulas di sesi #SelasaBahasBuku - nya Hayu Maca.

1. Penance - Minato Kanae

Blurb: Lima orang anak perempuan kelas 5 SD main bareng di halaman sekolah waktu hari libur, salah satu dari mereka meninggal dibunuh seorang laki-laki yg mengaku sedang mereparasi sesuatu di sekolah. Waktu interogasi, gak satupun dari ke4 temannya ingat sama Wajah atau ciri pembunuh. Sang ibu dendam dan menuntut ganti rugi.

Aku sudah membaca Confession & Penance, personally aku merasa level 'sadis'nya penance tuh dibawah Confession. Tapi background cerita Penance tentang apa yg terjadi sebelum Emily dibunuh benar-benar bikin aku mual dan gak nyaman. Somehow aku merasa perlu ada TW atau tulisan trigger warning setidaknya dibagian belakang buku, untuk kasih tau kalau buku ini akan bikin ga nyaman penyintas pelecehan seksual.

Ada satu hal yang bikin buku ini amat menarik buatku. Gimana cara penulis menggambarkan perasaan jujur anak-anak ketika ada anak lain yg 'lebih' dari mereka. Ada anak yg merasa terancam posisinya karena ada anak baru yg lebih OK, ada yg merasa iri, level gak nyaman yg biasa aja tp lama-lama jadi bete juga. Ini natural banget kejadian di anak-anak tapi jarang keangkat ke permukaan. Makanya buatku cara penulis menyampaikan perasaan-perasaan ini menarik dan sempurna sekali.


2. Confession karya Minato Kanae


Blurb ceritanya cukup jelas dibelakang buku: seorang guru kimia yg Mengajar di sebuah SMP, baru saja kehilangan anak perempuan berusia 4 tahun yang meninggal di sekolah tempat ia bekerja. Walau ditemukan tenggelam dan ditetapkan sebagai kecelakaan, Ia tak percaya dan yakin kalau anaknya dibunuh oleh dua orang muridnya.

Aku menuliskan review lengkapnya disini ya: Review Asri: Buku Confession karya Minato Kanae | Asri Swear

3. Malice  karya Keigo Higashino

Blurb: Malice bercerita tentang seorang penulis terkenal, Kunihiko Hidaka yang ditemukan meninggal di rumahnya, sahabat penulis tersebut, Osamu Nonoguchi kemudian menjadi salah satu tersangka.

Ini karya Keigo Higashino yang cukup lawas, pertama terbit di 1996. Awalnya saya agak bingung karena belum lihat tahun terbitnya buku ini. Ternyata settingnya 'jaman awal internet'. Ada beragam tema yang diambil di buku kali ini, tapi buat saya yang paling mencolok adalah Bullying.

Buku ini menggambarkan bagaimana bullying menyebabkan perilaku yang gak kita bayangkan sebelumnya, juga bagaimana kita dibuat kesal dengan alasan beberapa orang yang melakukan bullying: "kalau lihat dia kesal aja" ga ada alasan khusus. Iyuuuh! Dan ya seperti banyak kasus pada umumnya: Bullying terjadi di sekolah.

Buku seri Detektif Kaga yang pertama yang saya baca. Buku Keigo keempat yang saya baca. Dan seperti buku Keigo Higashino lainnya: SERU!

4. The Newcomers - Pembunuhan di Nihonbasi karya Keigo Higashino

Kali kedua bertemu Detective Kaga setelah Malice :') saya sepertinya naksir Kaga di The Newcomers nih hihi. Blurb: Kaga baru saja pindah ke kantor kepolisian wilayah baru. Ada kasus pembunuhan seorang wanita di apartmentnya, Kaga kemudian mendatangi orang-orang yg berkaitan dengan kasus ini.

Bedanya buku ini sama Malice, aku merasakan kehangatan di tiap cerita di buku ini. Cara Kaga ngobrol sama orang, mengungkapkan misteri-misteri kecil di kehidupan orang2 yg ia jumpai, duh ini vibe-nya mirip Namiya.  Poin bagus dibuku ini adalah tentang fatherhood. Hubungan tiga ayah - anak yang menarik sekali untuk dipahami lebih lanjut.

Saya berencana menulis lebih lanjut terkait buku ini di blog hehe jadi saya tulis sedikit saja ya tentang buku ini di sini

5. The Cuckoos' Calling / Dekut Burung Kukut karya Robert Galbraith / J.K. Rowling



Sudah lama sekali ga baca buku tebal & gede gini haha, sebetulnya ada beberwpw buku seperti Second Sisters nya Chan Ho Kei, tapi karena baca buku digitalnya, ga kerasa tebalnya.

Ini saking tebal & beratnya, akhirnya justru setengah bagian buku ini saya baca digitalnya, karena ada di Gramedia Digital.

Tokoh utama di buku ini adalah Cormoran Strike, detektif yang hampir bangkrut, baru putus dari tunangannya yang udah barengan 16 tahun, yang tinggal di London. Ah iya, Strike juga mantan tentara gitu, dia pernah ikut perang di Afghanistan dan bawa oleh-oleh berupa salah satu kakinya mesti diamputasi.

Kasus dibuku pertama ini, Strike, yg lagi broke banget dimintai bantuan oleh kakak seorang model terkenal yg baru aja diberitakan mati bunuh diri, melompat dari flatnya. Kakaknya ga percaya kalau adiknya bunuh diri, dia yakin ada orang yg bunuh adiknya. Saya cukup senang baca cerita detektif yang detektifnya digambarkan gak sempurna haha. Kebanyakan baca Sinichi/Conan atau detectif lainnya yg keknya ga mikirin uang buat makan tuh rasanya too good to be true banget ya haha.

Sejujurnya aku merasa ritme di buku ini agak lambat gitu hihi, kita gam melulu baca penyelidikan Strike saja, tapi juga masa lalu & hubungan Strike dengan ayahnya, ibunya, banyak deh hehe. Seru tapi gak yg seru banget kaya Harry Potter (lah, As!!) haha, seru sih aku menamatkan bukunya dan cukup terkejut sama plottwistnya. 🤗

6. The Silkworm / Ulat Sutra karya Robert Galbraith / J.K. Rowling



Seri kedua dari bukunya Robert Galbraith yang menceritakan kisah Cormoran Strike sebagai seorang Detektif Partikelir bersama partnernya Robin. Kali ini kasus yang menjadi inti cerita dari buku
532 halaman ini fokus pada pencarian seorang penulis yang menghilang. Penulisnya tidak terlalu terkenal sebetulnya sampai bisa bikin geger seantero London, seperti saat Strike memecahkan kasus Lula Laundry di buku pertama, tapi ketika menemukan sang penulis dengan kondisi mengenaskan dan sama persis dengan deskripsi di buku yang ditulis penulis terakhir kali, kasus ini jadi kasus yang kontroversial.

Di buku ini Strike digambarkan sebagai detective yang mulai melejit dan punya banyak klien, efek dari ketenaran di kasus pertama yang luar biasa. Tapi kita juga masih melihat Strike yang penuh perhitungan, ngirit haha dan aku suka karena lebih manusiawi. Sisi manusiawi yang agak emosional juga ditunjukkan dengan keberpihakan Strike pada istri sang penulis yang sebenarnya banyakan main instingnya.

Robin mulai diberi peran untuk naik kelas dari awalnya bekerja dibelakang meja, mulai melakukan sesuatu di lapangan, bahkan tanpa Strike. Dibanding buku kedua ini, cerita di buku pertama masih lebih menggigit sih buatku pribadi. Tapi tetap bikin penasaran siapa sih pelakunya 😂

7. How to Worry Less about Money karya John Armstrong

How to worry less about money, buku dari tiga buku seri The School of Life yang saya baca pertama.

Penulis membuka awal bagian buku ini dengan bedanya money worry dengan money troubles. Kebanyakan dari kita punya masalah di 'money worry' ini. Bingung dan punya ketakutan kalau gak punya uang bakal gimana. Nah, dibagian awal, penulis bantu kasih guidance dengan beberapa pertanyaan, seperti, sebetulnya kita butuh uangnya buat apa? Dan apakah itu penting buat saya? Penulis secara spesifik minta kita menuliskan jawaban dari pertanyaan2 di slide dua supaya jelas, kita khawatir gak punya uang karena apa.

Selain bantu kita untuk mengurai kekhawatiran, penulis juga menegaskan kalau pada banyak pengalaman, cara kita berinteraksi dengan uang tuh lebih banyak mainin aspen psikologi-nya, dibanding aspek ekonomi hihi. Jadi inget buku psychology of money yaa (yg sampai skrg belum Tamat saya baca hehe).

Ada Bagian menarik di buku ini tentang gimana uang sebetulnya gak se begitu increase happiness, kalau kita udah 'punya' uang sebelumnya. Beda sama kalau sebelumnya ga punya uang, ga punya penghasilan, money does increase happiness.

Buku ini juga mengulas keterkaitan antara uang & pernikahan. Hehe. Sebuah bacaan ringan yang berat, atau berat yg ringan ya wkk, karena ga pake bahasa yg susah banget bamuat dipahami, tapi tetap butuh waktu beberapa hari buat saya baca buku ini. Ini pun kayanya belom paham betul semuanya :')

8. Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala


Blurb: Buku ini berkisah tentang seorang anak yg pulang ke rumah setelah Ayahnya meninggal, kemudian ia throwback ke masa-masa sejak lahir hinggal saat ini melalui sebuah album dengan 10 foto berisi kenangan penting di dalamnya.

Sebagai seorang anak yg udah ditinggal bapak lebih dulu menghadap Tuhan, berada diposisi yg sama dengan tokoh 'aku' di buku ini yg juga ga ada disamping Ayahnya ketika berpulang, bab-bab awal benar-benar menguras emosiku. Aku sampai ikut meneteskan air mata.

Saya cukup menikmati membaca buku ini tapi juga agak kurang nyaman dg kutipan-kutipan dari penulis, tokoh, nabi atau sahabat nabi, bahkan quran yg ada di buku ini. Jadinya menurutku agak ngagokin menikmati cerita yg udah dibangun dengan oke sama penulis. Padahal bisa banget diisi dengan pendalaman kejadian-kejadian yg bikin saya sebagai pembaca makin-makin merasakan penyesalan tokoh utama karena agak terlambat memahami ayahnya.

Konflik dibuku ini juga dibangun dengan agak terburu-buru di akhir, kalau dari tengah alur konflik ini dibangun, mungkin aku bisa cukup memahami 'perang dingin' yg terjadi antara anak & ayahnya ini. Tapi karena terkesan buru-buru, aku jadi merasa 'yg penting ada moment benturan' yg bikin tokoh utama & ayah gak saling bicara.

Aku suka sekali tokoh aku yg dibuat tanpa nama dan tanpa gender, jadinya berasa tokoh utamanya adalah aku sendiri. Ini beneran! Sebelum masuk baca konfliknya, aku bahkan membayangkan tokoh utamanya pas SD rambutnya dikucir dua. Tapi membaca 'petuah' sejak sang anak mulai jatuh cinta, cara anak & ayah ini berseteru juga, langsung bikin aku mikir, aduh ini mah konflik ayah & (biasanya) anak lelakinya hihi. (ini generalisasi tapi ya menurutku begitu).
--

⭐⭐⭐
Cukup ok untuk dibaca. Ringan, gak terlalu tebal dan bikin hati hangat 🤗 tersedia di @gramediadigital


----

Sekian rangkuman bacaanku di bulan September ini! hihi agak telat bikin rangkumannya dan sudah mulai baca beberapa buku di bulan Oktober ini yang masih amat sangat didominasi buku-buku misteri :)

 


Sebab ayahmu sudah berjanji untuk mencintaimu hingga akhir hayatnya. ia paham betul konsekuensi yang harus dihadapi sebagai seorang pecinta sejati. Pecinta sejati dituntut untuk memiliki ketulusan memberi tanpa harap kembali. Dan pecinta sejati harus  belajar untuk membebaskan-- merelakan orang-orang yang dicintainya melakukan kebaikan-kebaikan yang akan menumbuhkannya 
-- Hal. 42 - Seribu Wajah Ayah, Nurun Ala.

--
Blurb: 
Buku ini berkisah tentang seorang anak yang pulang kembali ke rumah setelah ayahnya meninggal. Ia kemudian diajak kembali ke masa lalu sejak ia lahir hingga saat ini melalui sebuah album yang berisi 10 foto kenangan-kenangan penting dirinya dan sang ayah.

Sebagai seorang anak yang sudah ditinggal Bapak lebih dulu menghadap Tuhan, berada diposisi yang sama dengan tokoh 'aku' di buku ini, yang juga tidak ada disamping ayahnya ketika berpulang, aku merasa sangat nyambung dengan si tokoh Aku. Makanya bab-bab awal betul-betul menguras emosiku. Aku sampai meneteskan air mata dan agak sesenggukan waktu tahu perjuangan awal ayahnya ini.

Sesuai jumlah foto dalam album tersebut, penulis membagi buku ini dalam 10 bab yang menjelaskan tentang foto-foto tersebut. Oh iya, akan ada ilustrasi yang menggambarkan beberapa foto di tiap babnya, dan ilustrasinya bagus sekali, membuat kita makin mudah memvisualisasikan isi buku. 

Ada yang menarik juga dibuku ini, hingga awal sampai akhir, si tokoh aku ini dibuat tak bernama bahkan tak ada juga keterangan gender si aku yang membuat kita sebagai pembaca baik laki-laki ataupun perempuan bisa tetap relate dengan isi buku. Aku suka sekali tokoh aku yg dibuat tanpa nama dan tanpa gender, jadinya berasa tokoh utamanya adalah aku sendiri. Ini beneran! Sebelum masuk baca konfliknya, aku bahkan membayangkan tokoh utamanya pas SD rambutnya dikucir dua. Tapi membaca 'petuah' sejak sang anak mulai jatuh cinta, cara anak & ayah ini berseteru juga, langsung bikin aku mikir, aduh ini mah konflik ayah & (biasanya) anak lelakinya hihi. (ini generalisasi tapi ya menurutku begitu).
--

📝 Aku cukup menikmati membaca buku ini tapi juga agak kurang nyaman dg kutipan-kutipan dari penulis, tokoh, nabi atau sahabat nabi, bahkan quran yg ada di buku ini. Jadinya menurutku agak ngagokin menikmati cerita yg udah dibangun dengan oke sama penulis. Padahal bisa banget diisi dengan pendalaman kejadian-kejadian yg bikin saya sebagai pembaca makin-makin merasakan penyesalan tokoh utama karena agak terlambat memahami ayahnya.

📝 Konflik dibuku ini juga dibangun dengan agak terburu-buru di akhir, kalau dari tengah alur konflik ini dibangun, mungkin aku bisa cukup memahami 'perang dingin' yg terjadi antara anak & ayahnya ini. Tapi karena terkesan buru-buru, aku jadi merasa 'yg penting ada moment benturan' yg bikin tokoh utama & ayah gak saling bicara.


⭐⭐⭐ 3/5
Cukup ok untuk dibaca. Ringan, gak terlalu tebal dan bikin hati hangat 🤗 tersedia di Gramedia Digital, Dan Oiyaaa ilustrasinya jempol sekali. Bagus!

 


Buku dengan genre misteri - iyamisu pertama yang saya baca: Confession. 

Saya cukup suka cerita-cerita misteri, waktu SMP saya banyak membaca Detective Conan dan Petualangan Lima Sekawan karya Enid Blyton, berikutnya membaca buku-buku dan komik detective dan yaa, yang saya pikirkan genre misteri itu berkisaran disitu-situ aja. Paling yang lainnya lebih ke misteri - horror, seperti Jurnal Risa kali ya, yang sama sekali gak pernah mau saya baca karena: Saya penakut. 

Eh kali ini kenalan lah saya dengan genre iyamisu ini, genre misteri yang lebih ke psikologi thriller, disebut iyamisu karena katanya kalau baca bikin kita berucap 'ewww' atau 'iyuh' dalam bahasa Jepang. Makanya disebut Iyamisu, dan kali ini saya baca karya Ratu Iyamisunya langsung: Minato Kanae. 

--

Blurb ceritanya: Seorang guru kimia yang mengajar di SMP, yang juga walikelas, baru saja kehilangan anak satu-satunya yang baru berusia 4 tahun. Penyelidikan memutuskan kalau ini adalah kecelakaan yang terjadi karena anak terpeleset di kolam renang sekolah tempat sang ibu mengajar, tapi ibunya gak percaya dan dia yakin sekali kalau anaknya dibunuh oleh dua orang muridnya.

Setelah membaca satu bab pertama di buku ini, saya langsung paham kenapa bisa ada genre iyamisu, karena baca ini benar-benar kasih sensasi gak nyaman ke saya, apalagi ditambah konteks saya baru aja punya anak perempuan usia 4 bulan, baca buku ini disamping anak saya akhirnya bikin saya stop baca dulu dan ganti bacaan lain yang lebih manis. YA! Dampaknya bikin se gak nyaman itu.

Walaupun begitu, saya tetap gak tahan dan baca bukunya sampai tamat. 


Di tiap babnya, kita akan diajak untuk lihat point of view dari masing-masing orang yang terlibat dalam kasus ini. Sang guru, murid-murid tertuduh pelaku, orang tua murid, ketua kelas dan kakak pelaku. Sepertinya dari semua point of view ini, yang aman ya membaca POV kakak pelaku saja :'), sisanya kita dibikin mikir "waduh, bisa ya manusia punya pikiran kaya gini. 

Sesungguhnya, ketika saya baca buku fiksi, saya lebih memilih ingin menikmati saja, gak mau ambil 'pelajaran' atau 'nilai-nilai' terlalu serius, lebih ingin mendalami emosi dan perasaan tiap tokoh dan mengikuti alur yang disajikan penulis. 

Tapi baca buku ini, mau ga mau bikin saya mencatat beberapa point pelajaran yang menurut saya penting dan ini sebetulnya amat sangat kontekstual dengan kondisi sosial masyarakat Asia. 

It takes village to raise children

Jadi Ibu itu tugas yang berat. Kasus siswa A dan siswa B keduanya menceritakan hubungan rumit antara siswa tersebut dengan ibu mereka. Pada siswa A, ia mencari penerimaan sang ibu akan dirinya yang biasa-biasa saja. Siswa B, mencari perhatian yang tidak ia dapatkan setelah ayah dan ibunya berpisah. Walaupun tak ada satu kalimatpun yang menyalahkan Ibu mereka dibuku ini, tapi secara eksplisit saya rasa itulah yang akhirnya muncul. Berat sekali membayangkan penghakiman semua orang karena kita dianggap 'gagal' mendidik anak, padahal faktor seorang anak melakukan hal-hal diluar norma juga bisa jadi bukan hanya dari sosok ibu, tapi juga hilangnya sosok ayah (yang juga digambarkan disini), lingkungan-- gak hanya orang tua, semua punya peran penting dalam pembentukan karakter anak. 

So it's true ya, lewat buku ini aku belajar kalau it takes village to raise children. 

Aku harap teman-teman yang baca gak menitikberatkan kesalahan hanya karena hilangnya sosok ibu. 

Jadi guru adalah tugas berat

Aku cukup kaget ketika siswa A, yang dituduh melakukan pembunuhan oleh guru, punya kekecewaan hanya karena ia merasa sang guru gak datang langsung ke tempat dia waktu sedang ada masalah, dan merasa si guru lebih memilih anaknya dibanding siswa A!

I mean!!! huuuhah, entah ini hormon anak SMP awal puber yang selalu merasa dirinya adalah center of the world atau gimana ya! tapi kan ya emang seharusnya dia mikir kalaupun gurunya pilih anaknya, itu adalah hal wajar toh! Agak kurang tepat rasanya ia mengharapkan ini dari gurunya, alih-alih keluarganya. Dan lagi, dia sebenarnya udah dijemput sama guru dari kelas lain. (di Bab 1 akan dijelaskan alasannya kenapa).

Jadi guru, mau di Jepang mau di Indonesia. Capek :'), terlalu banyak tuntutan sana sini. Nah tapi lebih capek lagi jadi guru SMP yang harus menghadapi emosi anak-anak baru puber. Ini alasan saya gak pernah mau ngajar anak SMP selama 5 tahun ngajar dan beberapa kali berkesempatan buat 'ngajar' anak-anak SMP.

--

Pada akhirnya saya malah mengulas ini dari sisi parenting dan pendidikan yaa :') tapi rasanya gak bisa enggak. Malam tadi saya tamat membaca buku kedua Minato Kanae yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia: PENANCE dan rasanya ulasan saya pada akhirnya juga akan kembali ke pendidikan dan parenting, karena itu relevan sekali dengan buku buku yang selama ini saya baca, plus pengalaman saya sebagai guru dan orang tua baru. 

Bagi saya, buku ini bukan buku untuk semua orang, terutama orang tua yang mungkin punya balita ya. Gak semua orang sanggup membaca cerita-cerita seperti ini. Tapi kalau teman-teman cukup suka cerita misteri, boleh nih dicoba!

Oiya, saya juga membuat ulasan dalam bentuk video yang bisa teman-teman saksikan disini ya: 



Hola September yang katanya ceria! Gilaaa ya 2021, tahu-tahu sudah masuk catur wulan terakhir tahun ini :'). Kali ini saya ingin berbagi recap bacaan saya sepanjang Agustus, yang ternyata amat meriah haha.

Bulan ini saya membaca 10 Buku yang cukup beragam genre dan penulisnya. Berikut catatan singkat saya:

1. The Joy of Missing Out: Live More by Doing Less karya Tonya Dalton

Baca buku ini dengan ekspektasi bisa dapat perspektif missing out, hehe tapi jujur saya malah banyak belajar tentang produktivitas di buku ini. Sebetulnya dari semua buku, buku ini yang bisa dibilang curi start sih, bacanya Juli tapi lama banget selesai baca dan tamat di awal Agustus. 

Kalau kamu ibu-ibu, baik ibu-ibu baru atau ibu-ibu senior hehe mungkin akan suka dari awal wkwk, karena di pengantar buku, penulis jago banget menyampaikan perasaan hati ibu-ibu seluruh dunia yang menurutnya sering ovewhelmingly overwhelm dengan kegiatan-kegiatan sehari-hari, baik yang di rumah aja, yang ngantor, atau yang di rumah tapi sambil kerja. 

Seru, tapi memang ga bisa dibaca cepet, harus pelan-pelan hehe. 
Rating goodreads: 3.90
Rating Asri: 3.75
Baca eBooknya di Scribd

2. The Power of Language karya Shin Do Hyun & Yoon Na Ru



Buku ini sudah saya tulis ulasan lengkapnya disini ya: Review The Power of Language.

Buku nonfiksi lainnya yang saya baca di awal Agustus. Beli diskonan di Togamas (yang sepertinya selalu diskon always always yaa huhu baik banget, thanks Togamas). Bukunya tipis tapi lumayan daging. Buku ini membahas perspektif penulis tentang  proses berbahasa.

Cukup menggelitik sampai saya akhirnya pecah telor nge-vlog lagi setelah lahiran Rana, videonya bisa dicek disini ya: Review Buku yang pernah dibaca V BTS.

Rating Goodreads: 3.98
Rating Asri: 3.25
Baca buku fisiknya, beli di Togamas Buah Batu (tokped)

3. Why Don't Students Like School?: A Cognitive Scientist Answers Question About How The Mind Works and What It Means for Your Classroom karya Daniel T. Willingham

Membaca ini karena kebutuhan upgrade bacaan nonfiksi di bidang pendidikan walaupun buku ini gak bisa dibilang baru-baru banget tapi tetap banyak insight menarik dari buku ini. 

Menarik baca beragam perspektif yang selama ini dianggap gak boleh, contohnya drilling untuk anak-anak di sekolah, dulu saya ingat banget pernah dapat teguran dari Kepsek tempat saya ngajar karena saya kasih booklet drilling untuk anak-anak saya, saya gak mau cari pembenaran dan waktu itu berujung gak pernah kasih drilling lagi karena gak mau cari ribut, tapi buku ini bilang yaa buat beberapa case atau subject drilling itu perlu. 

A nice reading if you interested in Education atau kalau kamu seorang guru!

Rating Goodreads: 4.04
Rating Asri: 3.5
Baca di Kindle

4. The Secret of Chimneys karya Agatha Christie

Ini rencana tindak lanjut saya setelah di Juli ikutan #BacaBarengan-nya Sofa Literasi yang mengulas Seven Dials Mystery-nya AC. Di buku itu ada tokoh yang saya taksir namanya Superintendent Battle, kaya inspektur polisi gitu pada masanya. Nah ternyata AC nulis beberapa buku yang didalamnya ada Battle nya, salah satunya sekaligus yang pertama adalah The Secret of Chimneys ini. 

Buku Misteri dan detektif selalu punya tempat besar buat saya yang menghabiskan hari-hari SMP dan SMA membaca Detectif Conan di Taman Bacaan tiap pulang sekolah dulu hehe. Jadi baca buku ini tentu saja seru dan menghibur.

Rating Goodreads: 3.86
Rating Asri: 3.75
Baca di Gramedia Digital

5. Kelab Dalam Swalayan karya Abi Ardianda


Wah wah wah, baru sadar belum bikin postingan terpisah untuk buku ini. Padahal bukunya oke banget, ini buku bergenre misteri yang ditulis oleh Abi Ardianda. Sebagai buku debut alias  buku yang pertama ditulis oleh penulis, ini daeeeebak sekaliii! Gila gila gila, saya baca beberapa jam saja selesai saking dibuat penasaran oleh buku ini. 

Bercerita tentang Sonja yang sedang galau memikirkan hari-hari jelang pernikahan dengan Nohan, suatu malam ia berhenti di swalayan dan menemukan 'pintu' rahasia menuju sebuah kelab yang punya pertunjukan penari telanjang. Penari tersebut, bernama Mega ternyata tahu seluruh rahasia Sonja. 

Buku ini sudah amat menarik sejak bagian prolognya, bikin kita penasaran dan gak henti baca sampai selesai! gonna post the full review soon ya, insyaallah! :)

Rating Goodreads: 4.25
Rating Asri: 4
Baca buku fisiknya, beli di OWL Bookstore Shoppe

6. Barking Up The Wrong Tree: The Surprising Science Behind Why Everything You Know About Success is [mostly] wrong karya Eric Barker


Saya tuh memang gampang banget terpengaruh orang lain untuk baca buku yaa haha, yang mana saya gak ngeluh juga karena kebanyakan rekomendasi yang saya baca beneran bagus bukunya. Nah kali ini saya terpengaruh baca buku ini setelah nonton vlog Max Joseph yang ini: Bookstores: How to Read More in the Golden Age of content. Di vlog ini Max cerita tentang kegalauan dia yang terus terus terus beli buku tapi gak pernah dibaca, dia terus temu beberapa orang yang menurut dia capable buat jelasin gimana caranya baca buku di tengah jaman segala serba konten gini. Salah satu orang yang dia temui adalah Eric Barker, penulis buku ini. Terus dari situ saya baca deh hehe. 

Banyak hal menarik di buku ini, tapi ada satu yang menggelitik saya; tentang satu bab khusus (kalo ga salah bab 2) yang mengulas tentang 'bantuin orang', intinya, penulis bilang orang yang baik, yang suka bantuin orang ini ada yang terjebak di lingkaran luar kesuksesan, tapi yang ada di 'top' lingkaran terdalam orang sukses juga orang yang baik. Nah ternyata, orang baik yang sukses ini ya yang tau kapan waktunya bantu orang, dan tau strateginya supaya apa yang ia lakukan tuh kelihatan sama orang lain. Bahasa kitanya 'pamrih' kali ya. Buat saya, yang besar dengan budaya timur dan mata pelajaran PKN selama 12 tahun yang melarang untuk pamrih, konsep ini agak diluar pemahaman saya. Tapi juga make sense haha. 

Buku ini menarik sekali untuk dibaca, tapi ini saya cukup lama namatinnya, haha. Non fiksi ya, bund. Berat

Rating Goodreads: 4.10
Rating Asri: 4
Baca di Scribd

7. Manajemen Leha-Leha karya Masaki Nishida


Kalau buku ini saya sudah tulis full reviewnya disini: Review Asri: Buku Manajemen Leha-Leha.

Buku ini, seperti yang saya tulis di full review, akan kurang relevan dibaca sama masyarakat Indonesia pada umumnya yang termasuk golongan kaum santuy, malah senang libur dan mageran. Tapi tetap ok dibaca buat memahami budaya kerja orang Jepang yang stressful sekali dibalik etos kerja luar biasa yang sering kita lihat di beberapa tontonan dan sering kita baca di buku-buku. 

Selain memahami behind the scene pekerja Jepang, asyiknya kita bisa tetap dapat tips-tips yang mudah sekali diaplikasikan untuk bisa berleha-leha dengan efektif dan efisien. Males-malesan tapi gak nyusahin teman atau diri sendiri. 

Rating Goodreads: 3.76
Rating Asri: 3
Baca buku fisiknya beli di Official Shop Penerbit Haru (Shoppe)

8. Anxious People karya Fredrik Backman


Saya menulis review lengkap buku ini disini ya teman-teman: Review Asri: Anxious People.

Bacaan yang GILA! Ini buku fiksi non misteri yang saya baca di bulan ini. Sebelumnya dengar-dengar doang dari teman yang udah baca buku Backman kalau tulisan Backman tuh bisa banget ngaduk-ngaduk perasaan kita, dia ngajak kita memahami karakter-karakter di buku-bukunya. Dan hal itu juga yang terjadi di buku ini. 

Sempat tertipu oleh covernya yang kukira romance genrenya. Gataunya bukaaan dong. Ini cerita hangat sekali dan BAAAGUS SEKALI!

Rating Goodreads: 4.23
Rating Asri: 5!
Baca eBooknya di Scribd

9. Kitchen karya Yoshimoto Banana


Hah! saya tuh udah "PAMER" August reading recap dari tanggal 29 di IG Wanderbook haha, gataunya malah bisa menamatkan dua buku lagi di Agustus. Salah satunya Kitchen ini. 

Review lengkap Kitchen juga sudah saya tulis disini ya teman-teman: Review Asri: Kitchen.

Buku Yoshimoto Banana pertama yang saya baca dan saya merasa buku ini hmmm, hangat? getir? sendu? nano-nano sebetulnya. Tapi yang jelas buku ini mengajarkan saya sebagai pembaca bahwa ada banyak cara bagi tiap-tiap orang untuk melepaskan duka, dan beragam cara tersebut bisa jadi cara terbaik untuk memeluk diri sendiri dalam menerima kepergian orang yang kita sayang. :')
Bikin ingat bapak, baca buku ini teh :))

Rating Goodreads: 3.87
Rating Asri: 3.75
Baca buku fisiknya, beli di official strore penerbit Haru (Shoppe)

10. Keajaiban Toko Kelontong Namiya karya Keigo Higashino


Buku pamungkas penutup Agustus yang maniiiiis. Saya baca buku ini literally sampai sebelum pergantian hari ke September. Membaca buku ini untuk #BacaBarengan Sofa Literasi September dan terbawa banget sama ceritanya. Saya mau menuliskan lengkapnya di blog huawah! harus dan wajib! 

Bercerita tentang tiga orang pencuri yang terjebak menerima surat-surat dari masa lalu saat bersembunyi di sebuah toko kelontong yang sudah lama tidak dihuni pemiliknya. Uniknya, balasan surat dari mereka nantinya akan saling terhubung dengan masa depan, yang secara tidak langsung dan langsung juga berkaitan dengan mereka bertiga. 

Rating Goodreads: 4.43
Rating Asri: 5
Baca eBooknya di Gramedia Digital


---

Yeayyy, sekian recap 10 buku yang saya baca sepanjang Agustus. Panjang juga yaaa! Semoga September ini saya bisa dan sempat membaca buku-buku juga yaaa hehe, gak ada target sebanyak Agustus, tapi punya target agar apapun yang dibaca bisa bikin saya happy, seperti Agustus kemarin :))

Terima kasih sudah membaca, semuanya!!


"Mereka yang kita cintai suatu saat akan mati. Namun, kita tetap harus melanjutkan hidup".
- Kitchen - Yoshimoto Banana, hal. 126.

---

Kitchen jadi salah satu bacaan saya yang cukup menarik di bulan Agustus. Ini salah satu buku yang saya beli karena pengaruh alogaritma Instagram haha! buku ini berseliwaran di timeline medsos saya di bulan Juli, jadi waktu belanja beberapa buku yang ingin saya baca di Agustus, saya masukkan buku ini. Walaupun baru dibaca di akhir Agustus.

Buku ini ternyata mendadak 'tenar' karena lagi-lagi pengaruh boyband paling berpengaruh di abad ini: BTS. Huwah gila juga ya pengaruh BTS tidak berhenti di musik tapi juga masuk ke dunia literasi :), jadi katanya buku ini pernah dibaca oleh RM BTS (yang saya gatau yang mana huhu :')), tapi suatu saat harus kenalan sepertinya sama mas-mas ganteng BTS yang sudah mengenalkan banyak orang ke pilihan bacaan baru. 

---

Buku ini berisi tiga cerita yang ketiganya punya satu tema yang sama: Ditinggal orang tercinta dan serta bagaimana menyikapi hal itu. Buku ini berbentuk novela dengan tiga cerita. Cerita satu dan dua berhubungan jadi cukup panjang dan saya yang lebih suka baca cerita panjang dibanding cerita pendek lebih senang kisah kitchen 1 & 2. Sementara kisah ketiga berjudul Moonlight Shadow, memiliki tokoh dan jalan cerita yang berbeda. 

Buku ini diawali dengan cerita Sakurai Mikage, si tokoh aku yang sedang menceritakan betapa ia menyukai dapur. "Tempat yang paling kusukai di dunia ini adalah dapur" adalah paragraf pertama yang merupakan isi hati Mikage, yang saat itu baru saja ditinggal pergi neneknya, sekaligus anggota keluarga terakhir yang ia miliki. Ia kemudian bertemu dengan Tanabe Yuichi, seorang kenalan neneknya yang merupakan mahasiswa seumuran Mikage. 

Tanabe datang dengan penawaran menarik bagi Mikage yang baru saja ditinggal sebatang kara: tawaran untuk tinggal di apartemen Tanabe, bersama Ibu Tanabe, Eriko. 

Mikage yang baru saya mengenal Tanabe di pemakaman neneknya, tentu bingung setengah mati, tapi kegigihan Tanabe berujung dengan Mikage mencoba hidup bersama Tanabe. Disinilah cerita-cerita baru Mikage dan Tanabe dimulai. 

---

Kisah kedua masih tetap mengambil perspektif Mikage sebagai si 'Aku', bedanya kali ini bukan ia yang kehilangan seorang yang dicintai, tapi Tanabe. Membaca cerita Mikage dan Tanabe, yang memiliki cara berbeda untuk memproses kesedihan mereka membuat saya melihat kembali ke diri saya sendiri ketika berada di posisi mereka berdua. 

Tahun 2018, saya ditinggal ayah pergi untuk selama-lamanya. Saya cukup sulit memproses kesedihan namun saya punya support system yang kuat kala itu. Ibu, kekasih (sekarang suami), adik-adik dan teman-teman yang amat pengertian membuat saya bisa melanjutkan hari-hari setelah Ayah pergi tanpa kesulitan berarti. Tentunya ketika tiba saat malam-malam sendirian di kosan, ketika saya bekerja di Jakarta, tangis kadang tak terhindarkan. Kadang saya bisa menangis meraung-raung sampai tengah malam, ada kalanya ketika sedih karena banyak hal, saya mengingat Ayah untuk membantu saya melepaskan perasaan sedih saya lewat tangisan. Masa-masa itu, rasanya masih seperti kemarin, padahal sudah lewat tiga tahun. 

Cara Mikage memahami Tanabe, adalah cara orang-orang yang pernah merasakan kehilangan orang tercinta, terutama keluarga. Mikage memahami isi kepala Tanabe yang ingin pergi dari tempat ia biasa menghabiskan hari-hari bersama orang tercinta yang sekarang tiada. Meskipun cara Mikage dan Tanabe memproses duka sungguh berbeda, tapi kekacauan-kekacauan kegiatan harian, 'tiba-tiba menghilang' dan beragam hal kecil yang dirasakan Tanabe dan Mikage, adalah cara yang saya bisa pahami karena pernah berada di posisi mereka. 

---

Saya tak akan banyak mengulas cerita ketiga, ceritanya pendek dan berbeda dengan Kitchen, tapi membekas perihnya karena satu hal: di cerita ini, tokoh aku ditinggal seorang kekasih, bukan anggota keluarga seperti Kitchen. Saya termasuk orang yang merasa bisa sangat hancur saat ditinggal kekasih. Membayangkan pasangan hidup saya pergi adalah hal yang mengerikan rasanya :'), apalagi setelah punya anak. 

Oh iya, tokoh favorit saya di buku ini adalah Eriko, Ibu Yuichi Tanabe. Waktu saya tahu apa yang terjadi pada Eriko, tidak terbayang bagi saya orang tua akan melakukan hal seekstrim itu untuk anaknya. Walaupun tentu perlu dicek lebih jauh faktor pengambil keputusan Eriko, bisa jadi bukan hanya karena Tanabe (aduuuh, ini kalau agak sulit dipahami keputusan apa yang dimaksud mohon maklum ya, saya gak mau spoiler huhu). 

Tapi apa yang dilakukan Eriko tetap membuat saya merasa hangat sekali, dan yang luar biasa adalah penerimaan Yuichi Tanabe terhadap keputusan Eriko. 

--- 

Buku ini menarik sekali untuk jadi bacaan akhir pekan atau bacaan pelepas lelah setelah bekerja. 

Kitchen adalah buku fiksi yang mengajarkan kita semua bahwa cara memproses kesedihan tiap orang bisa jadi berbeda-beda. DAN ITU TIDAK APA-APA. 

Informasi Buku
Judul: Kitchen
Penulis: Yoshimoto Banana
Penerjemah: Ribeka Ota
Penerbit: Penerbit Haru
Terbitan: Cetakan pertama, April 2021. Pertama diterbitkan 1988
Jumlah halaman: 224 Halaman
ISBN: 978-623-7351-68-9
Bahasa: Indonesia
Harga: (P. Jawa) Rp. 93.000
e-Book tersedia di Amazon Kindle (Bahasa Inggris)

 


Hai! ini pengalaman saya membaca karya Fredrik Backman untuk pertama kalinya dan saya benar-benar terpesona. Sebetulnya beberapa tahun lalu, seorang sahabat meminjamkan bukunya, karya fenomenal Backman -- A Man Called Ove pada saya, tapi bukunya setahun tersimpan rapi meja kerja saya tanpa saya baca huhu. Sekarang setelah membaca Anxious People, saya jadi punya ambisi membaca karya Backman yang lainnya. 

---

Jangan tertipu oleh covernya ya! Teman-teman, buku ini setahu saya punya beberapa versi cover, tapi cover yang cukup tenar yang ini, yang terlihat seperti novel romance atau young adult hehe, genre yang sebetulnya ya saya suka juga. 

Buku Anxious People, seperti judulnya menceritakan kumpulan orang-orang yang punya anxiety dalam diri mereka masing-masing. Tapi, kita mungkin tak akan benar-benar menyadari tentang hal ini hingga membaca setengah buku ini. Setidaknya saya begitu. Meskipun demikian buku ini berhasil membuat saya penasaran dan terus ingin membaca sampai tamat sejak awal baca. 

"A bank robbery. A hostage drama. A stairwell full of police officers on their way to storm an apartment. It was easy to get to this point, much easier than you might think. All it took was one single really bad idea"

Paragraf diatas adalah paragraf pertama buku ini yang membuat saya amat penasaran. Rasanya kita akan dibawa untuk menyelesaikan teka-teki di buku ini. Dan gak sepenuhnya salah kok! dari awal hingga akhir, setidaknya kita akan berusaha menebak siapa dan dimana perampok bank berada.

Tokoh yang dikenalkan diawal buku ini adalah sepasang anak dan ayah, Jack dan Jim. Keduanya polisi yang bertugas di pos yang sama dan punya tanggung jawab untuk menuntaskan teka-teki hilangnya perampok bank yang bersembunyi dan menyandera sekumpulan orang yang sedang melihat-lihat sebuah unit apartemen yang akan dijual. 

Jack dan Jim ini menggemaskan sekali :'), seperti kebanyakan hubungan ayah dan anak laki-laki, banyak kekikukan yang kita temukan. Keduanya punya banyak perbedaan tapi punya kesamaan yang gak bisa didebat: menyayangi amat sangat Ibu Jack, yang sudah tiada. 

Kita akan diajak membaca interview Jack & Jim dengan semua saksi, yang diyakini Jack salah satunya membantu si perampok bank bersembunyi. Karena ketika semua saksi (sandera) dari apartement dilepas, si perampok bank hilang padahal tidak keluar dari apartment. Tapi dicari-cari di unit apartment pun tak ada. 

Anxious People-nya dimana dong?

Nah, ini serunya. 
Alur buku ini maju - mundur, kita seperti diajak melihat alasan dibalik 'sikap' tiap karakter di buku ini. Tidak semua karakter diulas di alur mundurnya, namun kita akan bisa menemukan kalau tidap orang di buku ini punya kadar anxious yang cukup membuat masing-masing dari mereka emosional ketika penyanderaan berlangsung. 

Tokoh dalam penyanderaan di apartemen ini pada akhirnya akan menceritakan hal-hal yang membuat mereka merasa anxious.

Ada Zara, tokoh perempuan berusia 50 tahunan yang digambarkan dingin, terlihat kaya raya dan rasanya aneh berada di apartment viewing tersebut. 

Ada Estelle, sosok paling sepuh di buku ini. Usianya 80 tahunan, paling hangat dan jadi sosok yang menenangkan banyak orang di buku ini. 

Anna Lena & Roger, si shark couple, ada alasan kenapa Anna Lena menyebut mereka berdua sebagai pasangan hiu, ini ia ceritakan saat diwawancarai Jack. Keduanya suka sekali datang ke unit apartment yang gak bagus-bagus amat, mereka beli lalu mereka renovasi untuk dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi. Penyuka IKEA dan sudah datang ke semua 20 toko IKEA di Swedia.

Julie & Ro, pasangan yang sedang menantikan kehadiran anaknya. Keduanya perempuan. Yang mengandung adalah Julie, buat pasangan baru punya anak (seperti saya) ketika baca buku ini pasti bisa relate sekali dengan kekhawatiran mereka :')

Lennart, sosok yang tak diduga dan kehadirannya sebagai sandera, amat amat amat mencurigakan. 

London, sosok terakhir yang jadi saksi penyanderaan. 

Selain sosok-sosok diatas, ada juga Nadia, seorang psikolog yang ditemui Zara beberapa waktu terakhir. Serta tentu The Bank Robber. Sosok pamungkas yang menyebabkan semua hal terjadi di buku ini. 

Saya tak bisa sebutkan satu-satu anxiety yang mereka miliki karena jadinya nanti malah spoiler, padahal kalau teman-teman baca bukunya langsung, saya yakin akan sangat seru dan asyik untuk dinikmati. 

Saya sendiri memberikan 5 bintang untuk buku ini di Goodreads setelah sesenggukan membaca halaman-halaman terakhir di buku ini. 

Kenapa jadi buku favorit di Agustus ini?

Ada beberapa hal yang membuat buku ini sangat saya rekomendasikan:
1. Alur maju mundur untuk memahami 'why' dari tingkah masing-masing orang disini
2. Tebak-tebakan apa yang sebenarnya terjadi pada perampok bank. Sebagai penikmat novel misteri, saya suka mencoba menebak apa yang terjadi hehe, walaupun ini bukan buku misteri.
3. Tema yang diangkat sebetulnya sangat beragam. Dari relationship, parenting, economic, psychology, acceptance dan baaaaanyaaak lainnya. 

Tokoh Favorit saya dibuku ini adalah Zara, entah mengapa sosoknya adalah sosok yang paling ingin saya peluk seandainya mereka adalah tokoh nyata. 

Kata pembacanya, Fredik Backman dikenal sebagai penulis yang banyak angkat sisi-sisi manusia yang jarang ada dibuku lain dan hal itu bikin kita pembacanya jadi terasa dekat dengan sosok-sosok dalam buku-bukunya. 

Setelah membaca buku ini, saya setuju!! Haha This book is a really good reads! My favorite August read for sure!!

Oiya, buku ini tersedia di Scribd kalau teman-teman langganan paketnya! Saya baca di Scribd juga hehe

 

Pernah kebingungan harus ngapain untuk mengisi waktu libur?
Pernah merasa bersalah ketika cuti atau liburan?
Pernah merasa ga enak sama teman sekantor karena telat balas chat?
Pernah merasa terus menerus lelah dan gak ter-cas dengan baik selama akhir pekan?

Mungkin kamu perlu membaca buku ini.

---

Buku ini ditulis oleh seorang profesor di bidang ilmu olahraga dan juga seorang psikiater: Nishida Masaki. Beliau menulis buku ini karena kegelisanannya akan fenomena orang Jepang yang enggan mengambil cuti atau terlalu suka menghabiskan waktu untuk bekerja. 

Sejujurnya membaca buku ini mengingatkan saya pada buku Joy of Missing Out, walau judul depannya tentang berleha-leha, ya pastinya membahas produktivitas juga, tapi dibanding buku JOMO, porsi bahasan tentang produktivitas dibuku ini menurut saya 'pas', gak berlebihan jadi posti kita belajar untuk memanfaatkan waktu beristirahatnya tetap dapeeet.

Buku ini terdiri dari 5 BAB.

1. Teknik beristirahat dengan telaten dan melonggarkan gaya hidup
2. Teknik beristirahat yang membuat tubuh santai
3. Teknik meningkatkan performa dengan berlibur pintar
4. Teknik beristirahat dari hubungan antar manusia
5. Teknik beristirahat dari hal yang harus dilakukan

Tiap bab akan ada penjabaran singkat terkait poin-poin yang jadi 'cara' buat beristirahat yang tepat menurut penulis. 

---

Berikut poin-poin menarik dari buku ini:

  • Ada istilah Depresi Akhir Pekan dimana ketika weekend malah stress memikirkan pekerjaan karena tidak ada aktivitas yang ditunggu-tunggu.
  • Leha-leha atau istirahat ada yang aktif dan ada yang pasif, kedunya sama pentingnya
  • On Productivity --> Agar leha-leha terasa menyenangkan, pastikan kerjaan kita memang sudah selesai. Do chunking to make job done easier.
  • Orang-orang yang kerja ekstra bisa malah kurang tidur dan itu buruk untuk produktivitas
  • MENGGERAKKAN BADAN ITU TIDAK MELELAHKAN. Ada dasar ilmiah kenapa olah raga ringan itu malah baik buat mengurangi kelelahan.
  • Istirahat penting untuk working memory kita, yang amat berguna buat melakukan apa yang dibilang orang sebagai multitasking, atau kemampuan untuk processing something at a time. 
  • Power Nap -> ok buat dilakukan
  • Semakin berkualitas istirahat kita -> makin kreatif juga otak kita
  • Selain istirahat dari kerjaan, penting juga untuk istirahat dari hubungan manusia.
  • Jaim -> Bikin capek
  • Kalau gak suka atau gak nyaman sama salah satu orang, hindari biar gak makin capek hati.
  • Cari safe place buat kabur kalau lagi ingin sendiri
  • Kalau dapat chat/email, we don't have to reply immediately. Pastikan juga kita gak ekspektasikan hal tersebut ke orang lain ya. 
  • Turunkan ekspektasi dalam bekerja atau hal apapun, sikap perfeksionis bikin kita gak bisa bekerja dengan tenang.
  • Buat prioritas dalam bekerja.
  • Jangan merasa bersalah kalau sedang cuti atau liburan
  • Belajar mendelegasikan tugas
  • Belajar mengkomunikasikan cuti atau izin kerja kita dengan baik ke kolega atau rekan kerja, jangan ninggalin kerjaan setumpuk-tumpuk yang malah nyusahin rekan kerja.

---

Sebetulnya membaca buku ini bisa jadi gak terlalu relate buat kita orang Indonesia yang dikenal santuy dan jauh lebih menikmati leha-leha dibanding orang Jepang, tapi lewat buku ini juga saya bisa tahu tentang kebiasaan orang Jepang yang bekerja dengan 'terlalu keras' sampai-sampai lupa menikmati hidup. Mungkin ga semua orang sih ya, tapi sepertinya kelompok ini jadi mayoritas sampai-sampai ada departemen di pemerintah mereka yang mengurus masalah ini. 

Ada juga sudut pandang menarik mengenai sisi ketenagakerjaan di Jepang. Banyak dari mereka yang takut berleha-leha atau gak tau caranya gimana karena khawatir PHK, takut dijauhi teman, pokoknya semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan, amat-amat serius buat mereka. huffff. Saya belum pernah membaca sekilas tentang sistem UU Ketenagakerjaan mereka tapi ya, sepertinya kalau baca ini, nonton manga dan baca komik juga, selain UU Ketenagakerjaan (yang mungkin) gak sebegitunya melindungi pegawai (ini beneran so tau ya, saya belum baca lebih lanjut), tapi ada juga poin tarif hidup di Jepang yang begitu tinggi terutama di Kota besar, sampai mereka takut sekali kehilangan pekerjaan.

---

Ah, baca buku ini tuh bikin saya jadi menemukan satu kelebihan dalam diri saya: bisa menikmati waktu libur atau beristirahat. Setidaknya sampai hari ini saya bukan orang yang iseng bukain email kerjaan atau kerja di waktu libur. Kecuali tentunya ada hal mendesak. Beberapa tahun lalu saya bahkan tipe orang yg kalau diminta datang kerja weekend bisa datang dengan wajah ditekuk! hahaa. 

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • Review Buku Angsa dan Kelelawar karya Keigo Higashino
  • Sabtu yang Menyenangkan dan kenapa saya suka membeli bunga
  • Main ke Toko Buku Pelagia Bandung
  • Review Asri: Manabeshima Island Japan karya Florent Chavouet
  • Review Asri - the house of my mother karya Shari Franke

Arsip Blog

  • ▼  2025 (16)
    • ▼  Mei 2025 (3)
      • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yu...
      • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim ...
      • Tiap Anak Berbeda, Termasuk Proses Melahirkannya; ...
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes