Tiap Anak Berbeda, Termasuk Proses Melahirkannya; Catatan Asri Tentang Persalinan dan Pemulihannya
Sebuah profil yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.
Sore ini, seminggu lebih sedikit setelah melahirkan, saya menikmati waktu sendiri sambil minum Indocafe Coffeemix yang saya seduh dari dapur, sambil mendengarkan playlist random di YouTube. Mas Har dan Rana sedang di kamar, membacakan buku untuk Ayu, anggota baru keluarga kami. Rasanya saya ingin menuliskan sedikit pengalaman tak terlupakan beberapa hari lalu melahirkan Ayu. Sungguh pengalaman yang tak akan terlupakan seumur hidup saya sepertinya :)
Katanya, proses melahirkan akan selalu unik, walaupun ada polanya yang dikuasai betul para bidan dan obgyn, tapi tiap ibu akan mengalami pengalaman berbeda, bahkan tiap anak yang dilahirkan Ibu yang samapun, prosesnya akan selalu berbeda. Pengalaman melahirkan Ayu kemarin memberikan saya pengalaman untuk membuktikan keunikan tersebut.
Pengalaman Pertama - Sebuah pengalaman yang dimudahkan Tuhan
Empat tahun lalu, ketika melahirkan Rana, saya tidak mengalami kesulitan berarti pada proses melahirkan, masih bekerja di hari Rabu dan tidak merasakan kontraksi apapun, namun malamnya kontraksi dan langsung ke Klinik Bidan sudah pembukaan tiga. Masuk dini hari, menunggu hingga subuh sampai pembukaan lengkap, kurang lebih enam jam, melahirkan antara pukul enam ke tujuh pagi. Saya melahirkan dengan metode pervaginam atau sering dibahasakan lahiran normal. Setelah mengeluarkan ari-ari dan dijahit cukup lama, saya kembali ke ruangan saya pukul delapan, sudah jalan kaki, dibantu keluarga, tanpa kesulitan berarti. Bisa dibilang, proses melahirkan normal kala itu, skala sakitnya 6/10 buat saya, yang paling menyakitkan adalah kontraksi mengunggu pembukaan lengkap LOL itu skala sakitnya 100/10, alias sakit sekali dan bikin saya berpikir saya gak mauu melahirkan lagi.
Setelah proses melahirkan, saya cukup berdarah-darah di proses pemulihannya karena ada penyakit lain (hello ambeien!!) yang menyertai dan membuat saya tidak nyaman setelah melahirkan, terutama ketika harus BAB :')) (PS: dua pekan setelah melahirkan, akhirnya berobat intens ke internist dan alhamdulillah ambeiennya membaik tanpa harus Operasi).
Tambahan lainnya melahirkan Rana adalah pengalaman pertama buat saya, bukan hanya melahirkannya, mengurus newbornnya juga. Pulang dari klinik bidan, saya tidak ke rumah, tapi ke rumah Ibu. Awal-awal kehidupan Rana dikelilingi Embah, Om, Tantenya juga selain saya dan Ayahnya. Support yang amat berarti buat Ibu baru seperti saya yang banyak bingungnya. Sebulan setelah dapat support penuh di rumah Ibu, saya kembali pulang ke rumah. Di rumah lumayan harus beradaptasi lagi, sempat kena baby blues sedikit :') tidak lama memang tapi lumayan terbayang repot dan nangis-nangisnya.
Bisa dibilang, pengalaman pertama saya melahirkan dan mengurus bayi tidak semulus jalan tol (yaaa-- kayanya juga jarang yaa Ibu yang bisa melewati ini dengan mulus, tiap Ibu punya tantangannya masing-masing). Jadi saya agak trauma untuk hamil dan melahirkan lagi.
Pengalaman Kedua - Dari ILA sampai Caesar
Ketika tahu kalau kami diamanahkan anak kedua di 2024, saya agak panik karena pengalaman pertama tersebut. Jadinya, agak sedikit lebih banyak mikir dan mempersiapkan supaya saya bisa melahirkan dan mengasuh bayi newborn dengan minim trauma.
Saya dan suami memutuskan untuk melahirkan dengan metode ILA, kebetulan klinik tempat obgyn kami menawarkan metode ini, harganya lumayan memang, jauh lebih mahal dibanding lahiran dengan metode biasa non BPJS. Tapi masih masuk budget melahirkan kami dengan biaya sendiri. Metode ILA ini menawarkan metode melahirkan minim trauma, jadi Ibu akan tetap ditunggu kontraksi alami sampai pembukaan 4 atau 5, setelah itu Ibu akan disuntik anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dari perut ke bawah tidak bisa merasakan sakit lagi, termasuk sakit kontraksi yang luar biasa menuju pembukaan lengkap. Jika nantinya harus dijahit pun, tidak akan terasa sakitnya.
Pengalaman melahirkan Ayu agak mirip Rana dimana keduanya belum juga lahir di HPL dokter/bidan. Dokter sudah menjadwalkan induksi atau caesar jika hingga H+5 dari HPL tersebut masih belum ada kontraksi, di H+4, kontraksi tersebut datang. Pagi-pagi ketika bangun saya tahu ini kontraksi intense yang ditunggu-tunggu. Jam 09.00 pagi kami tiba di klinik setelah mempersiapkan semuanya. Saya langsung dicek dan betul sudah pembukaan tiga, pengecekan CTG dilakukan, sekitar satu jam di ruangan tindakan, saya kemudian pindah ke kamar inap dan menunggu pembukaan di kamar. Sampai jam 10.00 saya masih bisa main HP dengan tenang, setelahnya, kontraksi yang datang sudah cukup bikin saya minta pain killer LOL. Masalahnya, pembukaan saya belum maju sehingga belum bisa dilakukan suntik ILA, tapi sakitnya sudah MasyaAllah sekali.
Pukul 13.40 akhirnya saya masuk ruang tindakan dan mulai dibius ILA. Rasanya setelah dibius Ya Ampun, all the pain went away MasyaAllah sekali. Tapi proses bius saya juga agak lama dikontrol setelahnya karena tekanan darah saya sempat drop dan saya hampir hilang kesadaran, sehingga harus diberikan obat oleh dokter anastesinya. Tak lama, sekitar jam 14.00 lebih sedikit, semua lebih terkontrol. Karena saya tidak bisa lagi merasakan kontraksi, detak jantung bayi dimonitor menggunakan CTG sepanjang proses ILA ini. Beberapa kali detak jantung janin turun, namun ini karena asupan oksigen yang kurang ke perut. Sehingga bidan dan perawat terus mengingatkan saya untuk tenang dan menghirup oksigen dengan panjang.
Pukul 16.00, dokter kandungan masuk dan bersiap untuk memimpin persalinan. Ketuban saya sudah pecah dan pembukaan sudah penuh. Disinilah proses yang saya kira bisa jadi minim trauma malah jadi lebih heboh dari proses melahirkan pertama saya. Bayi saya tak juga turun meskipun sudah terus mengejan sesuai arahan dokter dan bidan. Posisinya juga tidak memungkinkan untuk divakum karena masih terlalu jauh, ternyata bayi saya lebih besar dari ukuran panggul saya :') satu jam terus mencoba dan perut saya didorong-dorong bidan dan dokter untuk menurunkan bayi ketika saya mengejan (ini sakit BANGET). Sampai pukul 17.00 energi saya sudah mulai habis, bius rasanya berkurang drastis dan saya mulai merasakan kesakitan kontraksi penuh tapi bayi belum juga keluar. Setelah mencoba lagi sekitar 30 menit, akhirnya.... saya dilarikan ke RS untuk operasi caesar.
Ini pertama kalinya dalam hidup saya harus menahan kesakitan diatas ambulans, bius sudah hilang sepenuhnya, sakitnya MasyaAllah.. saya sudah gak bisa berpikir dengan jernih rasanya.. di ambulans saya ditemani Bidan dari klinik, suami harus nyetir bawa mobil juga dibelakang ambulans karena semua barang ada di mobil. Sampai IGD dalam 15 menit, agak chaos, ada Ibu hamil lain yang juga sedang dirujuk untuk SC tapi saya dapat prioritas untuk SC duluan karena kondisi saya sudah gawat darurat :') sepanjang menunggu saya cuma bisa menahan sakit sambil berucap 'sakit banget' setengah nangis, padahal sudah ingin sekali nangis, tapi saya tahu nangis malah menghabiskan energi saya yang sudah hampir habis kali ini. Jadi ya udah. Lucunya di IGD, ada Ibu-Ibu yang sedang menunggu anaknya melahirkan tadi, tapi gak tega lihat saya terus kesakitan, dia datang sambil ngelus-elus kepala saya sambil bilang 'yang sabar ya neng, bentar lagi da'. I guess kondisi saya dimata orang lain kayanya udah chaotic banget waktu itu.
Pukul 18.00 Saya dibawa ke ruang operasi, sudah tidak sabar sekali dibius untuk menghilangkan rasa sakit :'), setelah bius masuk, Ya Ampuuuun rasanyaaa huhuuu, siapapun yang menemukan obat bius pokoknya semoga pahala mengalir untukmu sampai kapanpun! Pertanyaan pertama saya ke dokter anastesi cuma satu "Saya boleh tidur gak dok? saya capek banget", dokternya tahu saya sudah dipimpin persalinan normal sampai 90 menit, jadi dia juga menyarankan saya untuk tidur saja kalau bisa, nanti dibangunkan ketika bayi lahir. Saya langsung tidur sampai tidak sadar ketika perut saya sudah mulai dioperasi, baru kebangun-bangun ketika dengar suara bayi menangis, yang ternyata 15 menit saja dari dari proses saya dibius alias cepat sekali, saya dibangunkan dokter, diinfokan kalau bayi saya lahir dengan selamat. Mengucap Alhamdulillah dan kembali melanjutkan tidur LOL capeeeeeek bgt bgt bgt. Gak lama perawat masuk dan membawa bayi saya yang sudah dibersihkan dan sudah lebih dulu dibawa ke Ayahnya untuk diadzanin. Saya sudah gak bisa nangis saking bersyukurnya, cuma bisa senyum dan menyapa Ayu, menciumnya perlahan dan mengucapkan terima kasih ke semua orang di ruangan.
Proses operasi caesar nyatanya gak semenakutkan yang saya bayangkan (walaupun ini agak gak adil juga karena saya gak pernah membayangkan harus dioperasi caesar, selama ini selalu berlatih untuk lahiran pervaginam). Prosesnya jelas tanpa rasa sakit karena dibius sepanjang operasi. Tak lama setelah bertemu Ayu, saya tak lagi tidur, malah bisa ngobrol sama dokter yang bertugas menjahit luka saya dan dokter anastesi di ruangan. Ngobrolnya juga cukup seru dan meriah karena ketika dokternya tahu saya alumni Indonesia Mengajar, dia cerita kalau dia juga alumni Nusantara Sehat dan kami bertukar pengalaman bertugas di daerah terpencil.
Tapiiiiiiiiiii yang sakit, seperti halnya lahiran normal, adalah recovery setelahnya.
Recovery setelah hampir lahiran Normal + Operasi Caesar
Setelah operasi, dokter utama yang mengoperasi saya berpesan untuk makan banyak protein, gak ada pantangan makan apapun, harus mandi once sudah aman nyaman buat ke kamar mandi dan banyak bergerak. Beliau lanjut mengoperasi pasien lain, saya dibantu dokter lain yang menjahit perut saya. Setelah selesai, seperti beberapa pengalaman Ibu yang harus caesar, saya menggigil di ruang operasi. Yang mana normal karena saya habis kehilangan banyak darah dan ruangan operasi kan dingin supaya tetap bisa steril.
Saya menunggu sekitar 20 menit di ruang tunggu antara ruang operasi sebelum akhirnya dibawa ke ruang inap di lantai yang berbeda. Di sana Mas Har sudah menunggu dan terlihat lebih tenang ketika melihat saya sudah tidak lagi se-kesakitan sebelumnya. Di kamar, saya diinfokan perawat kalau saya boleh makan dalam 2 jam, dan diminta untuk latihan miring kanan kiri jika sudah memungkinkan setelah makan. Tapi karena hari sudah malam, saya juga tidak terlalu lapar, saya cuma makan sedikit sekali untuk minum obat saja.
Setelah dua jam, selain sudah bisa makan, bius juga sudah hilang sempurna :') artinya rasa sakit kembali datang, dan dalam enam jam pertama, perawat saya bilang infus dipasang dilengkapi obat untuk 'menyelesaikan' kontaksi supaya darah-darah sisa keluar semua. Ini sakit banget siiiiiih. Saya beneran minta painkiller dan dikasih obat sama perawatnya. Ada satu waktu dimana perawat masuk untuk pencet-pencet perut (agak trauma inget perut dipencet di lahiran normal tadi), hwaaa saya hampir teriak sampai sakitnya, tapi kata suami saya darah-darah sisa emang beneran langsung keluar dan ini kayanya efektif biar proses sakitnya ya udah pas dipencet itu aja (ini agak sotoy, gak ngerti juga, ikut perawatnya aja).
Tengah malam, tepat 6 jam setelah Ayu diobservasi di ruang bayi, dia dibawa ke ruangan saya, langsung saya susuin dan alhamdulillah ASInya langsung keluar (keluar dikit tentunya, tapi saya yakin sesuai sama kebutuhannya Ayu sebagai bayi newborn). Datangnya Ayu di ruangan lumayan nambahin tingkat happy dan meredakan sedikit sakit, karena fokusnya jadi ke Ayu. Obat infus saya juga sudah diganti isinya jadi pereda nyeri, bukan lagi obat untuk ngabisin kontraksi yang bikin sakit tadi. Gak lama, kami semua lanjut tidur sampai subuh.
H+1 setelah operasi
Jam enam pagi, perawat datang untuk ambil bayi-bayi dari ruangan untuk dimandikan. Saya diminta latihan duduk biar semakin enak menyusui. Kalau saya berhasil bergerak dengan signifikan hari ini (baca: bisa jalan), saya bisa pulang sore nanti, tepat 24 jam setelah operasi. Saya langsung semangat sekaliiii buat belajar jalan, tapi nyatanya untuk dudukpun sakitnya setengah mati. Jadi saya bertahap duduk, berdiri, duduk lagi dan gerak-gerakin badan sambil tiduran. Berdiri bikin pusing banget, saya belum bisa jalan sampai tengah hari. Jam 12.00 baru saya berlatih jalan sama Mas Har dan jalan keluar kamar lalu masuk kamar lagi aja AllahuAkbar, keringat saya gak berhenti ngucur. Saya juga pusing sekali (salah strategi harusnya latihan berdirinya agak lebih lama). Ampun deh painful banget pokoknya belajar mobilitas di H+1 ini.
Sekitar Ashar saya berhasil jalan lagi, kali ini ke kamar mandi, sekalian BAK untuk pertama kalinya karena kateter sudah dilepas (Alhamdulillllllaaaaaaah gak sakit, takut banget sakit kaya waktu lahiran normal). Sakit bangetnya tetap: pas jalan dan bergerak.
Karena saya bisa jalan, sudah bisa BAK ke kamar mandi walaupun didampingi, bayi sehat dan gak ada tanda-tanda pendarahan pada saya + gak ada tanda pemburukan usai operasi, saya dibolehkan pulang. Huhu senang sekaliiii akhirnya pulang. Satu hal yang saya gak sangka adalah bisa pulang 24 jam saja setelah operasi caesar. Sampai rumah beberapa hari kemudian baru tahu kalau proses lahiran caesar sekarang sudah menggunakan metode ERACS untuk mengurangi sakit pada ibu dan mempercepat proses pemulihan. Tapi terus bertanya-tanya juga kalau ERACS masih sesakit ini proses pemulihannya, gimana dulu waktu belum ERACS? :'))
H+2 setelah operasi
H+2, masalah saya masih sama: mobilitas, bergerak masih menyakitkan, tapi karena di rumah, jadi lebih leluasa untuk belajar mobilitas lagi. Tiduran masih belum dapat posisi nyaman, miring kanan kiri masih menyakitkan. Tapi H+2 ini saya akhirnya punya tenaga dan keberanian buat mandi :') dibantu tentunya karena bahaya kalau sampai jatuh di kamar mandi. Tapi setelah mandi, huwah enaaaak banget.
Oiya, hari kedua juga saya menemukan keajaiban dunia di dunia ibu-habis-melahirkan yang saya beli jauh-jauh hari tapi bisa-bisanya gak dipakai dari hari pertama: KORSET. Setelah pakai korset, mobilitas saya lumayan upgraded jadi lebih baik. Kalau dihitung-hitung, di hari kedua saya sudah bisa jalan 100-150 steps.
H+3 setelah operasi
Perlahan tapi pasti, mobilitas makin membaik, masih sakit banget dipakai jalan dan miring kanan-kiri, masih belum menemukan posisi tidur yang baik, sudah harus dipaksa begadang karena punya bayi lagi hehe, berujung sakit kepala hebat dan mereda dibantu parasetamol setelah konsul dengan dokter via WA.
H+3 ini juga saya merasa lebih sakit dari biasanya karena ternyata perut saya kembung sekali, susah kentut, tapi kemudian membaik setelah dibuatkan air rebusan jahe sama Mas Har. Malam-malam saya sudah mulai kembali BAB (alhamdulilllaaaah sekali lagi, gak sakit kaya waktu lahiran normal, padahal udah degdegan banget takut sakit karena banyak baca testimoni orang kalau ini lumayan painful), tapi sejak hari pertama operasi, saya tuh makan pepaya dan banyak. Kayanya ini memudahkan karena jadinya BAB saya lancar.
Hari ini saya berhasil jalan sampai 500 steps keliling keliling rumah, sakitnya masih kerasa, tapi perlahan terbiasa.
H+4 setelah operasi
Hari ini berhasil jalan 800 steps, ini juga pertama kalinya gak ditemenin Ibu dan anggota keluarga yang lain karena semua harus ke Jakarta untuk antar adik saya pindahan. Jadi pengalaman pertama ber-4 di rumah dan alhamdulillah so far so good. Hari ke-4 juga jadi achievements sendiri buat saya karena sudah bisa mandi sendiri. Luka bekas operasi mulai terasa gatal which means sudah on track menuju sembuh!
H+5 setelah operasi
Ini untuk pertama kalinya saya bergerak >1.000 steps. Tepatnya 1.500 steps hari ini. Saya juga sudah mulai bisa melakukan aktivitas domestik sederhana. Cuci Piring! Sakit perut masih terasa, tapi pakai korset sangat membantu dan sekali lagi: mulai terbiasa sama sakitnya, yang penting jalannya santai aja jangan buru-buru.
H+6 setelah operasi
Saya merasa progress pemulihan saya mulai drastis berubah di H+6 ini.
- Bisa jalan 1.650 langkah
- Sudah mulai nyaman beraktivitas dengan dan tanpa korset
- Bisa tidur miring dengan lumayan pulas
- Sudah bisa nyapu dan ngepel, dua aktivitas yang heavy jalan kakinya tapi nyaman (Alhamdulillah)
- Sudah bisa balik nyuci piring sampai 2x dan bahkan nyetrika tapi sambil duduk (pake meja kerja alih-alih meja setrika) sambil netflix-an
- Mulai bisa lama fokus buat baca dan jurnaling
H+7 setelah operasi
H+7 setelah operasi progressnya juga bagus, gerak lebih dari 3.000 langkah, sudah mulai bisa cuci baju LOL (ini aktivitas gak signifikan buat mobilitas sebenernya, cuma masukin baju ke mesin cuci, lebih ke latihan jongkok, tapi juga gak jongkok-jongkok amat, tapi ngebantu banget buat ketenangan batin ibu-ibu lihat cucian numpuk (padahal Mas Har nyuciin jugaaaa, wkkk tp gatel aja pengen tetap nyuci sendiri sejak jadi full time stay at home mom tahun ini). Buat saya aktivitas yg bantu mobilitas ttp nyapu dan ngepel karena banyak jalan-jalannya, dan ini sudah mulai bisa dilakukan. I feel stronger di H+7 ini. Dibilang pulih full ya belum, tapi sudah mulai bisa balik ke aktivitas sebelum operasi sambil beradaptasi sama rasa sakit.
Aktivitas yang benar-benar harus dihindari sebetulnya ada: angkat barang berat, tapi ini kan sudah terbiasa dari waktu hamil trimester tiga, jadi kalau bawa berat emang harus minta bantuan Mas Har.
Selain mobilitas, asupan gizi setelah operasi juga penting, protein siiiiih, sehari minimal 6 butir telur (putihnya saja), makan ikan gabus (sudah dapatnya tapi, jadi saya makan ikan gabus 2x tapi dibantu vitamin ikan gabus juga), daging-daging juga penting untuk pemulihan luka paska operasi + buah penting supaya gak nambahin kesakitan baru karena susah BAB, di saya, buah naga dan pepaya sudah paling aman dikonsumsi tiap hari.
H+8 setelah operasi
Hari penting karena hari ini kontrol ke dokter, ngecek luka jahitan. Buat aktivitas, sudah bisa sama persis seperti H+7 alias sudah bisa balik ke aktivitas sebelum operasi, dapat jadwal kontrol malam dan degdegan karena luka operasi kan ga bisa dilihat tapi selalu ada worst case yang mana ga mau banget kalau harus sampai dijahit ulang huhu.
Ternyata ketika pengecekan beneran ada satu senti luka yang belum mengering, ketika dicek bukan karena rembes (jadi bukan karena mandi), bisa jadi asupan proteinnya kurang, jadi saya diminta mengejar seminggu ini makan telur lagi, gabus lagi dan daging-dagingan lagi supaya lukanya menutup sempurna. Semoga pekan depan benar-benar bisa mengejar PR yang satu ini, karena untuk PR mobilitas alhamdulillah sudah bisa beraktivitas mengerjakan pekerjaan domestik di rumah.
----
Tulisan kali ini panjang sekali yaaaa, selain jadi jurnal digital, sekalian curhat sakitnya melahirkan dan proses recoverynya hehe. Semoga perjalanan recovery kali ini berjalan dengan lancar dan amaaan, amiiiin. Kalau kamu membaca ini untuk melihat pengalaman melahirkan orang lain, saran saya:
- Pelajari semua metode lahiran dan cara recoverynya yang memang berbeda untuk tiap metode. Pervaginam punya cara sendiri, caesar punya cara sendiri. Walaupun kita sudah teguh hati dan ingin sekali pervaginam (seperti saya yang sudah sampai pakai ILA untuk kurangi sakit lahiran pervaginam), tetap pelajari sedikit-sedikit tentang lahiran caesar dan proses recoverynya supaya gak kaget.
- Kalau merasa kesakitan pada proses apapun, bilang ke tenaga medis yang bantu; siapa tahu kamu bisa dikasih pain killer buat kurangi rasa sakit.
- Pastikan BPJS/Asuransi swasta dari kantor selalu aktif, saya kebetulan pakai BPJS dan gak bayar sama sekali untuk proses lahiran caesar, malah yang lahiran di klinik pakai ILA yang tagihannya lumayan karena sudah banyak proses, tapi ini juga pos anggarannya sudah disiapkan jauh-jauh hari jadi aman.
- Selalu terbuka sama pasangan tentang kekhawatiran atau ketakutan kamu selama proses menuju melahirkan; ini ngebantu buat jadi penawar stress, dan siapa tahu pasangan bisa punya solusi buat beberapa hal yang emang ada solusinya. Di case saya, yang nawarin buat lahiran pakai ILA malah suami saya.
- Jangan ragu untuk minta bantuan keluarga (kalau kamu nyaman, bisa minta minta bantuan Ibu atau Ibu mertua, kalau kamu gak nyaman, jangan sungkan juga buat bilang kalau kamu dan pasangan mau coba urus bayi sendiri biar gak jadi masalah baru setelah lahiran yang bikin pusing).
- Kalau minta bantuan keluarga gak memungkinkan, beberapa klinik bidan punya layanan homecare yang bisa banget dicoba!
- Gak perlu takut lahiran caesar (baca di medsos banyak banget yang takut karena gak terbiasa sama proses medis seperti disuntik, diinfus, dll), ingat yang paling penting keselamatan Ibu dan Bayi! +kalau sudah dibius malah gak kerasa sakit apa-apa!
- Selalu cek rutin kehamilan, tiap bulan ke dokter kandungan kalau ada budgetnya, kalau belum ada bisa pakai BPJS, tanya-tanya ke faskes 1 kamu! btw pemeriksaaan BPJS memang gak bisa sama dokter spesialis/dokter kandungan, tapi kalau kamu ada kondisi tertentu, nanti dokter umum/bidan bisa kasih rujukan ke dokter spesialis, makanya pemeriksaan/screening awal penting banget.
- Habis lahiran makaaaaaan yang kamu mau makaaaan, jajan-jajan buat treat yourself! haha, kamu sudah berjuang dengan sangat hebat. Saya minta hadiah yang agak agak ke suami setelah lahiran dan berencana jajan buku-buku yang masuk wishlist saya (tapi entaran, ingin tetap mindful belinya).
- Kalau kamu baca cerita saya dan saya banyak melakukan aktivitas domestik karena saya suka hihi, dan gak merasa repot sama sekali karena gak banyak dan gak terpaksa, karena jumlahnya gak banyak juga pas cuci baju atau setrika atau cuci piring. Kalau buat kamu ini berat, gak usah jadiin standar yaaa! yang penting mobilitas tetap jalan, kalau latihan mobilitasnya mau dibarengin aktivitas domestik gas! kalau terlalu berat, ga usah haha minta tolong dikerjain pasangan aja (atau kalau ada ART, sama ART).
Terima kasih sudah membaca tulisan panjang ini! Jika kamu sedang mempersiapkan diri untuk melahirkan, semoga dilancarkan dan minim trauma ya!
Salam hangat,
Asri
0 comments
leave yout comment here :)