Journal Asri
Teman-teman sejak kapan kenal majalah bobo?
Alhamdulillah seingat saya dari SD kelas 1 saya sudah kenal dengan majalah ini. walaupun tidak bisa langganan karena harganya lumayan dengan uang jajan pas-pasan anak SD dulu :) saya beberapa kali dibelikan bapak atau beli sendiri majalah bekasnya di tempat loak depan kelenteng di Arjawinangun Cirebon dulu, saya ingat sekali harganya cuma 500 rupiah, jadi kalau ada uang sisa jajan saya mampir untuk beli BOBO.
 
Kemarin saya ke pagar jati lagi. Ngajar. Minggu sebelumnya kami pernah buat mading dan saya bawa beberapa majalah bobo untuk referensi mading mereka. mereka sibuk buat mading, tak sempat
baca atau melihat-lihat secara jeli. Hanya mencari gambar dan tulisan yang mereka suka, gunting, tempel. Nah Kemarin baru mereka benar-benar membaca, saya tanya beberapa anak "sering enggak baca majalah BOBO?". Wulan, yang ditanya menggeleng-geleng saja sambil terus baca. "Tapi taukan ada majalah namanya majalah BOBO?" wulan menggeleng lagi.
Wulan & Majalah BOBO pertama yang ia baca

Ya Allah, baru saya sadar ternyata hampir semua anak Pagar Jati yang saya temui tiap minggu baru kali ini memegang dan membaca majalah BOBO, bekas pula. karena saya hanya membawa sekitar enam majalah, mereka berebut ingin baca.
 
Ketika mau pulang pun mereka merengek minta dipinjamkan majalahnya. tapi karena majalahnya sedikit dan kalau ada yang tak kebagian mereka malah berantem dengan temannya sendiri, saya tak meminjamkan majalah BOBOnya.
 
Sekarang ini jumlah sumbangan buku dan majalah yang kami punya memang belum banyak. Ada terpikir rencana untuk memberikan mereka majalah bobo satu anak satu majalah untuk jadi majalah bobo 'pertama' yang mereka miliki. masalahnya hanya ada sedikit majalah yang kami punya untuk dibagikan (terakhir mba eka menyumbangkan koleksi majalah bobonya), tidak cukup untuk dibagikan pada tiap anak. Jumlah anak di Pagar Jati kalau hadir semua bisa mencapai 30an anak.
 
Kami masih membutuhkan 20an lebih majalah agar mereka bisa punya majalah BOBO pertama mereka. Sebenarnya tak hanya majalah BOBO,  banyak majalah anak lain yang beredar. Tapi kan hamper semua anak Indonesia kenal majalah bobo, jadi waktu tau mereka belum pernah baca, asli saya speechless.
 
Teman-teman yang kebetulan membaca tulisan ini dan kebetulan punya koleksi majalah BOBO dirumahnya, atau majalah anak lainnnya dan peduli pada anak-anak di pagar jati yang sangat minim sumber bacaan, bisa menyumbangkan majalah-majalahnya. Bisa menghubungi saya melalui Facebook, in shaa Allah majalahnya nanti akan diberikan kepada anak-anak di Pagar Jati. 
 
NB : Desa Pagar Jati ada di Kabupaten Bengkulu Tengah, lokasinya sekitar 1,5 jam dari pusat kota Bengkulu, dekat tapi akses kesana tidak mudah karena jalan yang sangat jelek, Sahabat Moeda Mengabdi sejak tahun lalu mulai rutin seminggu sekali datang kesana untuk berbagi ilmu dengan anak-anak disana. untuk teman-teman yang tertarik bergabung mengajar, sila hubungi saya :)
Ceritanya habis HPN kemarin semangat blogging saya dan beberapa teman-teman blogger Bengkulu juga ikut naik :) mulai pada aktif blogging, share link blognya dan grup komunitas di facebook juga aktif lagi. Jujur saya sudah lama ingin kopdar sama teman-teman blogger Bengkulu, sekedar share dan berbagi tentang blog, nambah temen juga. Malah kepikiran bisa ngajakin teman2 komunitas roadshow ke SMA biar pada hobi blogging.
Tapi sampai hari ini belum pernah sekalipun komunitas blogger Bengkulu Kopdar, hehe rencananya saya sama kak Razie, yang buat grup komunitas blogger di Facebook mau mulai ngadain kopdar perdana hari sabtu depan tanggal 22, buat kalian yang kebetulan baca blog saya yang tinggal di Bengkulu dan kebetulan blogger, gabung yu :) kita ketemu dan kenalan satu sama lain, siapa tau bisa nimba ilmu dari blogger-blogger yang berpengalaman.
Kopdar Komunitas Blogger Bengkulu
Masjid Nurul Iman, Desa Pagar Jati
Saya baru pulang dari Desa Pagar Jati Bengkulu Tengah, sangat lelah tapi tak sabar untuk bercerita :). Saya pergi mengajar disana tiap minggu, tahun lalu diblog ini saya pernah bercerita tentang sebuah program mengajar di sebuah desa yang cukup jauh dari Kota Bengkulu, kalau dibilang desa tertinggal sebenarnya tidak juga, tapi kenapa mau mengajar disana bersama sahabat Moeda lainnya ? kalau saya yang ditanya jawabannya malu dengan semangat adik-adik disana untuk tetap belajar. Di Hari Minggu, hari dimana mereka bisa saja beristirahat atau tidur-tiduran dirumah, nonton TV seperti apa yang dilakukan anak Kota di Hari Libur, Jalan-jalan bersama keluarga atau kegiatan lainnya tapi mereka tetap memilih pergi menunggu kakak-kakak dari 'Kota' datang untuk sekedar membagi sedikit ilmu (dan Kue :D).
'Bikin Mading' dibantu kak Arif dan Kak Ihsan
Program Moeda mengabdi sudah setahun berjalan, sempat vakum beberapa bulan karena terpotong masa liburan tapi sekarang kembali aktif dan lebih wow dari minggu-minggu sebelumnya. Di Dusun dua, ada konflik warga yang menyebabkan tak lagi banyak anak yang mau pergi mengaji, beberapa malah dilarang orang tuanya :) padahal biasanya mereka sangat semangat, tapi sekarang tinggal tersisa empat anak yang masih menunggu kami tiap minggu siang, di Dusun satu, yang dulu anak-anaknya harus dijemput waktu mau mengaji, sekarang berubah 180 derajat, alih-alih kami mengunggu anak-anak yang mau datang, sekarang mereka yang menunggu kami di Masjid, dan Jumlahnya lebih banyak dari biasanya. Bahkan beberapa anak yang sulit diatur sekarang sudah mulai klik dengan beberapa kakak atau mba dan mau nurut.
 
MADING-ku
Hari ini saya dan teman-teman datang dengan membawa peralatan untuk membuat MADING. tapi rupanya tak satupun dari mereka tau apa mading, ketika dijelaskan kalau mading adalah singkatan dari majalah dinding yang berisi informasi dan karya serta pengetahuan yang bisa dibaca seluruh orang mereka masih tak serius mendengarkan, jadi ketika ditanya ulang 'Ada apa aja di Mading ?' ada yang celetuk bilang 'CICAK'. Saya hanya bisa menahan tawa.
Mereka membuat mading dibantu kakak dan mba yang lain, menggambar, menggunting, menempel. Beberapa dari mereka tampak menikmati kegiatan ini, andai saja di sekolah mereka ada ekstrakulikuler mading sehingga kreativitasnya bisa terus diasah. :)
Dayat & Rosul presentasi mading kelompoknya
Kembali lagi ke program Moeda Mengabdi, setahun ini banyak sekali yang telah kami alami, ban motor yang pecah sudah tak terhitung lagi jumlahnya, jumlah korban pengajar yang jatuh dalam perjalanan juga :), tapi sampai sekarang masih tetap ada yang rela meluangkan waktunya tiap minggu untuk bertemu dengan adik-adik di Pagar Jati.
what a tough day : Badai dan pohon runtuh menghadang
Ada yang menghargai dan salut atas usaha nyata yang dilakukan para sahabat moeda, ada juga yang dengan tanpa perasaan mengatakan kegiatan kami terlibat dengan politik dsb.
Waktu pertama kali mendengar tentang kegiatan kami yang dikait-kaitkan dengan politik, saya sangat emosi, kesal, bahkan mengeluarkan perkataan kasar. Kalau dipikir-pikir sekarang lucu juga :) apa gunanya saya marah, akan selalu ada haters apapun kegiatan positif yang kita lakukan. dan biasanya alasannya adalah karena mereka tidak bisa melakukan kegiatan yang kita lakukan.
Semoga dengan seiringnya waktu makin banyak yang tertarik untuk ikut mengajar :) Berhenti mengutuki keadaan, mulai nyalakan lilin dan turun tangan.
 

Lapak Buku Baru dan Bekas di Palasari, tempat favorit hunting Buku di Bandung

Siapa pernah dengar istilah judul diatas ? Jujur saya sendiri baru pagi ini mendengar dan membacanya. Setelah beberapa bulan hanya berkutat bersama buku dan jurnal yang berhubungan dengan penelitian, saya baru sempat membaca kembali blog pendidikan favorit saya, blog pak Satria Dharma yang bisa teman-teman lihat di www.satriadharma.com.
Posting terakhir beliau bercerita tentang tragedi nol buku yang dianggapnya merupakan tragedi pendidikan Indonesia yang kurang diperhatikan oleh para pembuat kebijakan di kementrian juga oleh para pendidik di sekolah. Tragedi dimana tidak ada buku bacaan yang wajib dibaca oleh siswa di sekolah. Buku sastra khususnya. Dan penelitian tentang tragedi nol buku telah dilakukan oleh Taufik Ismail sejak tahun 1950, tak hanya di Indonesia, hasilnya di Negara-Negara lain siswa diwajibkan membaca beberapa buku sastra dalam setahun, sedangka di Indonesia : 0.
Saya termasuk produk pendidikan nol buku ketika SD, SMP dan SMA. Bukan berarti saya tidak membaca, tapi semua guru bahasa dan sastra Indonesia ataupun Inggris tak pernah ada seorang pun yang mewajibkan kami membaca karya sastra. Saya membaca Siti Nurbaya, Layar Terkembang, kumpulan puisi Perahu Kertasnya Sapardi Djoko Damono, semua berawal dari penasaran. Guru di SMA biasanya hanya mewajibkan kita membaca satu buku ketika memasuki materi membuat resensi.
Sampai kemarin saya pikir yang paling gawat dan menghawatirkan dalam pendidikan di Indonesia adalah keadaan guru-guru yang masih memiliki pola pikir kuno dalam mengajar, sekarang kalau diuraikan lagi kenapa mereka seperti itu, ya mungkin karena menjadi korban dar tragei nol baca.
Bahkan sampai kampus pun, tak semua dosen saya mewajibkan kami membaca, hanya ada satu dua yang memberi daftar buku yang wajib dibaca, sisanya tak ada.
Beruntungnya saya bertemu dengan teman-teman yang hobi membaca, jadi tak benar-benar lupa dengan kegiatan yang sebenarnya menjadi perintah pertama Allah untuk Nabi Muhammad SAW. Sekarang ini sebenarnya sudah banyak forum atau website bagi yang hobi membaca. goodreads.com contohnya, atau forum baca di tiap kota tempat kita tinggal. Tapi tetap saja wajib baca di sekolah harus mulai digalakkan. ini paragraph favorit yang saya copy dari blog pak satria :
Tapi kewajiban baca 25 buku itu tidak bertujuan agar siswa jadi sastrawan. Tidak. Sastra cuma medium tempat lewat. Sastra mengasah dan menumbuhkan budaya baca buku secara umum.
Seorang Anak Baru Gede di tahun 1919 masuk sekolah SMA dagang menengah Prins Hendrik School di Batavia. Wajib baca buku sastra menyebabkannya ketagihan membaca, tapi dia lebih suka ekonomi. Dia melangkah ke samping, lalu jadi ekonom dan ahli koperasi. Namanya Hatta. Seorang siswa yang sepantaran dia, di AMS Surabaya, juga adiksi buku. Kasur, kursi dan lantai kamarnya ditebari buku. Tapi dia lebih suka iImu politik, sosial dan nasionalisme. Dia melangkah ke samping dan jadi politikus. Namanya Soekarno.
Nah, posting ini bukan untuk sekedar share hehe posting ini juga berlaku untuk saya yang mulai malas baca belakangan ini :P


Arbain Rambey :)

Awalnya saya sempat agak kesal sama persiapan lebay pemprov Bengkulu buat nyambut HPN 2014 di Bengkulu, umbul-umbul sepanjang jalan, belum lagi pemberitaan di tiap media yang asli lebay. Tapi sekarang bersyukur dah :) Habisnya gara-gara HPN di Bengkulu bias ketemu dan belajar langsung dari Arbain Rambey :)
Dulu waktu liburan di Cimahi, saya cuma nonton dua stasiun TV, KompasTV & NET.TV. di Kompas saya lumayan sering nonton acara Klik! Arbain Rambey dari situ banyak berlajar tentang fotografi walaupun ga punya kamera bagus. Waktu ada acara Journalist Day 2013 di UI juga pembicara dari bidang Fotografinya Arbain Rambey, tapi karena UKM Jurnalistik lagi focus sama penulisan, saya ngambilnya kelas penulisan yg diisi sama Mas Wahyu dari Tempo.
Kemarin ga nyangka Kompas ngadain Workshop Jurnalistik & Klinik Fotografi di Unib, dan pembicaranya yap. Mas Arbain Rambey :) kita belajar street photography. Mas Arbain banyak banget berbagi ilmu hehe dan yang saya suka ga ada pembicaraan masalah ISO, diafragma, speed dll. Soalnya kan seolah-olah pro banget kalau udah ngomongin itu, sedangkan saya cuma pakai foto sebagai pajangan tambahan tulisan saya di blog. Beliau bilang urusan teknik memang penting, tapi porsinya paling cuma 3%, percuma nguasain teknik tapi ga dapat moment dan posisi yang pas buat fotoin :). Ah asli keren deh. Jadi semangat lagi belajar fotografi, jurnalistik dan media hehe. beberapa bulan ini dibuat mumet sama proposal skripsi yang ga kelar dan karena UKM jurnalistik di kampus sekarang (ga tau kenapa) mandek, tambah ga ada media buat belajar dan nulis. Tadi pagi akhirnya ada juga temen yang sadar dan SMS. "Ini Hari Pers Nasional loh di Bengkulu, kok anak UKM Jurnalistik diem aja ?" hehe. Semoga HPN bawa berkah sendiri ga cuma buat saya, tapi juga UKM Jurnalistik FKIP Unib. Amieeen :)

Ada bilang musuh kita yang terbesar sebenarnya bukan orang lain tapi diri kita sendiri. Saya percaya dengan kata-kata itu. bagi saya sendiri musuh terbesar yang saya tau tapi sampai sekarang tak tau bagaimana mengatasinya adalah : MALAS.
Baru sekarang saya membuka kembali blog dan berusaha menulis lagi walaupun kaku. dua bulan lebih tak menulis apapun, kalau perang batin dalam otak sedang terjadi ada saja alasannya, laptop rusak, handphone rusak, mau fokus buat proposal penelitian. Yah, namanya juga manusia, perang sama diri sendiri juga masih tetap tak mau kalah. Pada akhirnya januari 2014 terlewatkan tanpa satu posting pun, termasuk kisah akhir di Thailand.
Saya kembali ke Bengkulu pertengahan desember lalu, walaupun langsung disibukkan dengan tugas-tugas dan prosposal sebenarnya masih banyak waktu senggang untuk menulis, belajar menggambar dan belajar hal lain yang ingin sangat ingin saya pelajari, tapi entahlah. Semakin bertambah usia rasanya makin tak hilang rasa malas ini :(
Karena itu Februari ini akan saya buka dengan menuliskan target yang harus saya lakukan dalam sebulan penuh, ada dua yang penting sebenarnya : Seminar Prosposal dan kembali menulis di Blog :)
Rasanya seperti newbie, dua bulan tak menulis, tak bisa bercerita apapun. Seorang teman ada yang bialang saya belum move-on dari Thailand, jiwa saya masih ketinggalan di daycare sana. Sebenarnya nggak juga sih, saya ga sibuk mengenang perjalanan kemarin sampai lupa kalau sekarang sudah kembali ke tempat dimana saya seharusnya berada, rasa kangen akan selalu ada untuk anak-anak di daycare yang super imut, tapi disini saya juga langsung sibuk dengan aktivitas favorit yang sudah enam bulan terlewatkan : Moeda Mengabdi. Tapi Moeda Mengabdi tak akan saya ceritakan dalam posting ini :) kasihan harus berbaur dengan posting tentang betapa pemalasnya saya.
ini jelas posting curhat, padahal sering saya mengingatkan diri untuk tak curhat di blog :D tapi ya gimana :D suka kagum sama blogger atau penulis yang rajin nulisnya, rutin, bolong-bolongnya ga kelamaan. Semoga bias makin rajin deh bulan ini.

Dua bulan di Thailand jadi dua bulan terindah untuk hubungan saya dengan football club tercinta : Arsenal. Yap, walaupun tak ada TV, akses internet kencang membuat saya selalu menonton pertandingan arsenal selama dua bulan ini, kecuali pertandingan diatas jam 2 dini hari.
Baru di awal tahun ini saya mendeklarasikan diri menjadi seorang gooner. Alasannya sederhana saja sih, permainannya bagus, dan ada beberapa orang yang saya kagumi pun mencintai klub ini, saya cari tahu kenapa dan akhirnya saya ikut jatuh cinta. 
Liburan di Cimahi selama dua bulan beberapa waktu lalu juga membuat saya lebih mengenal Arsenal, waktu itu arsenal sedang main babak playoff Liga Champion dan dari beberapa pertandingan itu juga saya jadi penggemar berat Ramsey sekarang. Waktu awal suka dulu Arsenal belum seganas sekarang, entah mengapa ketika saya mulai jatuh cinta, klub ini malah tengah berada di permainan terbaiknya, pembelian ozil, puncak klasemen, 31 poin dalam 13 pertandingan. Semua pemain juga sedang dalam kondisi terbaiknya, Aaron Ramsey (as always abang), Wilshere, Giroud. Pokoknya mantap lah. Saya kurang banyak mengerti istilah bola, tapi termasuk freak kalau sudah cinta sama klub, dulu Arema Indonesia, belakangan Persib (karena nonton lsg di Jalak, saya termasuk orang bandung yang telat mencintai Persib -.-), sekarang Arsenal.
Di Bengkulu jarak antara saya dan arsenal benar-benar jarak antara Bengkulu dan Emirates. Saya tak bisa menonton karena TV di rumah bibi pasti sudah mati jam 10 keatas, streaming tak memungkinkan karena jorjoran beli pulsa berarti menghilangkan kesempatan makan selama beberapa hari, wifi di kampus sama tak memungkinkannya karena pertandingan selalu malam, nobar lebih tak memungkinkan lagi karena tak ada teman PP dan jam yang terlalu malam. Makanya salah satu hal yang saya syukuri selama dua bulan di Thailand adalah makin dekatnya saya dengan Arsenal. Menonton langsung gol-gol spektakuler dan asis cemerlang dari ozil. Rasanya Awww.
Karena minggu depan pulang, berarti hari ini akan jadi minggu terakhir saya menonton live arsenal games di liga Inggris, di Bengkulu saya hanya mengikuti live komentar di twitter dan paginya menonton gol di youtube.
Tapi dua bulan ini tetap berharga, Arsenal ada di Puncak, makin dekat dengan gelar juara. Kutukan November pecah sudah, semoga Desember seindah November. #VCC
Kebanyakan orang menghabiskan week-end terakhir di negeri orang dengan jalan-jalan, mencari souvenir atau bertemu dengan orang banyak. Ini minggu terakhir saya di Thailand, bagaimana saya menghabiskannya ?
Nodame Cantabille
Nodame Cantabile
Hehe, sama sekali bukan dengan jalan-jalan atau mencari souvenir, uang saya habis tinggal tersisa untuk makan beberapa hari lagi dan bayar tiket pesawat serta kereta. Bertemu orang pun rasanya tak perlu karena orang-orang yang saya kenal ada di dorm dan daycare, saya bisa bertemu mereka di lima hari kerja terakhir nanti. Lalu bagaimana menghabiskan waktu kosong ini ?
Well saya mengisinya sama sekali bukan dengan kegiatan produktif. Dari beberapa hari lalu saya menonton drama Nodame Cantabile, drama jepang yang sudah cukup lama, tapi saya baru tau ada dramanya, saya suka sekali membaca komiknya waktu SMA. 
Jaman SMA dulu saya jarang menonton film karena waktu itu belum heboh download film atau minta copyn di flashdisk, dulu kalau mau nonton ya harus beli DVD, kalau mau update DVD ya datang ke pasar kota kembang Bandung tempat semua DVD jenis apapun ada. Karena budgetnya tak sesuai dengan uang saku yang diberi ibu, biasanya pilihan terakhir pinjam DVD teman. Kebetulan ada teman-teman yang hobi menonton drama jepang, tapi saya tak pernah dapat info tentang Nodame, baru beberapa hari lalu kami bertemu di internet  (lebay mode on).
Paling suka adegan ini, waktu Nodame mulai ngerasa senang waktu belajar musik
Noda Megumi adalah seorang mahasiswa musik dengan keahlian piano, ceritanya ia bertemu dengan Chiaki, mahasiswa di jurusan sama tapi cita-cita sebenarnya adalah menjadi seorang konduktor. Ceritanya lucu abis, setiap baca pasti terpingkal-pingkal melihat tingkah nodame yang jorok dan unik plus chiaki yang super cool. Awalnya saya cuma iseng membeli satu komik kalau tak salah jilid ke 5, tapi penasaran dengan ceritanya dan akhirnya rajin pinjam di TB dekat Sman 5 Cimahi. 
The super cool Sinichi Chiaki
Saya sendiri bingung kenapa selalu suka dengan komik bertema musik, padahal tak ada keahlian bermain musik sama sekali. hhe satu-satunya kecerdasan musik yang saya miliki adalah kecerdasan untuk mendengarkan musik, a good listener lah. selain Nodame saya juga suka Piano no Mori, a.k.a Piano Hutan, kalau yang ini saya sampai mengoleksi di rumah, satu-satunya Judul komik yang saya koleksi. Dulu mencoba koleksi conan, tapi malas gara-gara ada di mangacan, jadi rajin baca online.
Kembali lagi ke Nodame, menonton Nodame rasanya dibalikkan kembali ke jaman SMA, saya ingat selalu tiap berapa hari sekali datang ke TB, meminjam sekaligus 5-7 komik, baru naik angkot langsung dibaca. Begitu selesai menonton semua dramanya, saya langsung ingat Nadia, partner pinjam komik di TB yang lebih rajin lagi dari saya :)
Nodame Cantabile yang versi drama ada 11 episode, plus dua movie special, semalam saya nonton yang movie : The Final Score. Aneh rasanya malah lebih semangat untuk menyelesaikan target setelah menonton film ini, Masalah saya dengan Nodame sama, cepat sekali down melihat apa yang diinginkan tidak sesuai rencana. Mungkin agar lebih semangat lagi saya harus punya satu goal fokus seperti Nodame yang ingin bermain piano concerto bersama Chiaki.
And It's very good to watch a happy ending movie after a long time :) hhe
Liat ekspresi Chiaki, hhi yang lebih konyol banyak loh
Ko Yo

Ada satu daerah dekat Songkhla yang lumayan tenar dengan Homestaynya, namanya Ko Yo. Saya berkesempatan ikut homestay semalam bersama beberapa teman dari nursing college dan beberapa dosen. Saya juga mengajak teman Indonesia yang lainnya (yang ini asli ga tau malu; tapi kapan lagi kan).
Kami berangkat jumat sore, homestaynya ada ditengah danau, jadi ke kami kesana menggunakan sampan, jadi ingat memori sampan waktu itu. Tempatnya asyik benar-benar asyik, walaupun ditengah danau, full facility lah untuk ukuran homestay, sudah ada TV + internet connection untuk karoke (free wi fi sempat buat dosen marah karena kita jadi malah sibuk sama gadget). Ada peralatan barbekyuan, kamarmandi ada dua, kamar cuma satu, untuk tempat dosen-dosen, kami tidur ngampar diluar, anginnya asli adem.
Karena perginya bareng Dosen, semuanya free. mulai dari bayar homestay sampai makan-makan. Dan beneran kenyang. Kebanyakan seafood, yang pasti ga ada daging babi and something not hallal. hhe bersyukur banget sama pengertiannya mereka.
Ke Homestay naik sampan

Ko Yo Indah banget loh, pagi hari waktu bangun, saya bertiga dengan diogi dan windi duduk ngadap ke air, sambil cerita-cerita. Andai tiap weekend pagi bisa sedamai itu. Ini tempat pas sekali untuk yang mau hangout se grup, kalau cuma berapa orang ga asyik, at least 10 orang lah, biar biayanya juga ga terlalu mahal. per rumah saya tanya sewanya sampai 4000 bath (1.6 jt/malam) belum beli makanan. Tapi kalau kita pergi bareng-bareng orang tersayang dan sahabat pasti lebih seru lagi, kenangannya, mungkin ga bakal pernah dilupain. Liat bulan dan bintang waktu malam, sunset dan sunrise (kalau ga kesiangan). Masak bareng, Karaouke. Kalau bareng-bareng sahabat di Indonesia pasti ada satu lagu yang ga boleh kelewat. Project Pop- Ingatlah hari ini.


Ogi and the sunset

Malam Cerah

Gelap

Tempat Homestay kami, yang warna orens itu

Krathong
Minggu lalu, tepatnya tanggal 17 November ada sebuah festival tahunan di Thailand. Namanya Festival Loy Krathong. Sebenarnya ini ritual pemeluk agama Budha, mereka membuat krathong, semacam perahu dari pelepah pisang yang dihias dengan bunga-bunga indah di atasnya. Karena ini festival setahun sekali kami, anak-anak kampung yang jarang melihat cahaya-cahaya indah (hhe lebay) berangkat untuk melihat langsung.
Hampir tiap tempat sungai atau danau yang bisa dijadikan tempat melepas krathong pasti ramai didatangi orang. Kami sendiri memutuskan untuk pergi ke Klong Hae Floating market di Hat Yai.
Klong Hae Floating Market, Hat Yai
Floating Market
Memang keren sih, jujur awalnya saya kira ini semacam tradisi/budaya setempat, bukan ritual agama budha, jadi kami berlima semuanya membeli krathong 20 bath, padahal hanya 1 sari kami yang beragama budha, ketika ikut antri melayarkan krathong, ada kakek-kakek yang memanggil dan berbicara dalam bahasa melayu, saya agak kagok kurang mengerti memanggil teman saya, si kakek malah bicara pakai bahasa inggris, intinya "kamu muslim, tapi ikut melayarkan krathong. good". Oh ternyata dia memuji saya yang dipikirnya memiliki toleransi tingkat tinggi. Padahal dalam hati saya ketar-ketir, bolehkah dalam islam melakukan ini ? tapi tergantung niatnya kan. Insya Allah.
Loy Krathong
The Krathong

Usai melepas kepergian krathong-krathong kami, kami membeli lampion, bersama warga lain melepas lampion ke angkasa. Langit indah sekali malam itu, karena Loy Krathong memang dilaksanakan pada bulan purnama. Untuk melepas lampion butuh kesabaran sendiri, agak ceroboh sedikit bisa-bisa lampion kita terbakar dan gagal terbang. Kami membeli satu krathong dan mendapat satu free (nemu yang beterbangan), di lampion kedua, kami menulis semua harapan kami.
Set the fire
Full Moon
Jadi pengalaman tersendiri malam-malam di negeri orang lihat padang bulan, saya ingat terakhir kali bulan begitu indah waktu itu sedang diatas motor bersama seorang sahabat, fenomena ketika bulan lebih besar dan terlihat lebih dekat ke bumi, kemarin memang bulan purnama biasa yang sebenarnya bisa dinikmati tiap bulan, tapi tetap saja. Indah.

Ready to fly the Latern

Look all the Latern
This one is taken in Songkhla

Memandangi kelima wajah tercinta di desktop

Bapak, bagiku adalah pahlawan no. 1 di dunia. Kami tak hidup senyaman ini beberapa tahun lalu, Jadi pedagang dan berbolak-balik ganti usaha, pindah rumah, mengontrak pada saudara sendiri, semuanya kami jalani. Kalau bukan karena Bapak yang sangat tegar dan tak pernah mengeluh menghadapi ini semua, saya tak yakin kami sekeluarga bisa menjalani hidup dengan mudah. Bapak juga sangat kuat, kuat hatinya kuat raganya, dulu kami sempat mengontrak di rumah tanpa fasilitas air bersih, bapak harus mengangsu air dari masjid dekat rumah saban malam, lelahnya, keringatnya, semuanya demi kami sekeluarga. itu Bapak. Pahlawanku No. 1.

Ibu, si cantik yang selalu menjadi pacar no.1 untukku. Tempat aku mengadu, mengeluh, berbagi kabar bahagia, penyemangat no. 1, motivator ulung walaupun tak mengerti teori motivasi ala motivator di tivi. Tempat aku bercerita tentang proses belajarku. Saya beruntung punya Ibu yang mendukung semua kegiatan positif walaupun kadang berat didana. Ketika tau saya belajar untuk menjadi lebih baik, ibu menyisikan uang tambahan untuk membeli jilbab dan rok baru agar saya makin kuat. agar saya merasa didukung. Ibu tempat saya belajar tentang arti cinta yang sebenarnya. Bukan cinta klise ala remaja. Ibu tak pernah lelah mengurusi keempat anaknya. Semuanya ia berikan untuk kami. Ya, cintaku pada ibu bertambah besar dari hari ke hari. Ibu pacarku no. 1 didunia.

Bayu, adikku yang sekarang sedang dalam proses mencari jati diri. Kadang jadi sahabat yang paling dekat, kadang jadi musuh no.1 kadang jadi partner in crime yang paling gagah. Padanya selalu kuberikan yang bisa kuberikan sekarang : arahan, agar ia bisa jadi lelaki yang baik pada prosesnya. Bertanggung jawab, mencintai keluarga.

Siwi, adikku yang malasnya jangan ditanya. Selalu kena semprot ibu dan bapak, tukang merajuk dan lebih sering jadi partner berantem dari pada partner jalan. Ia memang masih labil, anak baru gede yang baru kenal seragam putih biru. Lebih senang main dengan teman dari pada menghabiskan waktu dengan keluarga. Tak apa, pada waktunya nanti, seperti saya, ia akan lebih merindukan Bapak dan ibu. Semua butuh proses bukan ? Toh dia masih senang belajar, masih senang membaca buku. Saya selalu berharap ia bisa menjadi lebih dari saya sekarang.

Dimas, adikku yang bungsu. Kerjanya sekarang selalu buat ulah, tapi kepadanyalah perhatian kami sekarang tercurah. Seseorang yang suaranya selalu aku tunggu tiap menelfon ibu. Ahh, rasanya sudah lama sekali tak bertemu, padahal empat bulan lalu kami selalu kemana-mana bersama, baru sehari lalu kami bertukar foto.

Kepada ketiga adikku ini kuberikan rasa sayang yang mendalam, amat dalam.
Dan kepada kelima orang-orang tersayang ini selalu kuselipkan doa usai sholat ku : "Ya Allah, berikanlah selalu limpahan kasih dan sayangmu pada mereka, berikan mereka kesehatan, keimanan dan rezkimu. Buat kami bahagia di Dunia Ya Allah, dan pertemukan kembali kami di Surgamu. Amien"
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • Review Buku Angsa dan Kelelawar karya Keigo Higashino
  • Sabtu yang Menyenangkan dan kenapa saya suka membeli bunga
  • Review Asri: Manabeshima Island Japan karya Florent Chavouet
  • Main ke Toko Buku Pelagia Bandung
  • Review Asri - the house of my mother karya Shari Franke

Arsip Blog

  • ▼  2025 (16)
    • ▼  Mei 2025 (3)
      • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yu...
      • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim ...
      • Tiap Anak Berbeda, Termasuk Proses Melahirkannya; ...
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes