Journal Asri

Halo semua! Waktunya kembali mereview buku! Akhir pekan dua minggu lalu saya membaca sebuah buku yang sudah saya beli dari tahun lalu, tapi saya anggurin karena tahu ceritanya bakal super sadis :') Tahun kemarin saya di racunin buat baca buku-buku Akiyoshi Rikako sama Kak Ketty setelah baca karya-karya Minato Kanae (yang tidak kalah sadis huaaah), kadang saya bertanya-tanya sendiri apa sih yang saya cari dari baca novel-novel macam ini :')), tapi keseruan dan rasa penasaran akan alur cerita membuat pertanyaan saya sering hilang, haha baca mah ya udah baca aja As :')

Blurb

Ini sepertinya kalau saya yang bikin blurb bakalan malah spoiler deh, jadi saya tuliskan blurb di belakang buku aja ya:

Terjadi pembunuhan mengerikan terhadap seorang anak laki-laki di kota tempat Honami tinggal. Korban bahkan diperkosa setelah dibunuh.

Berita itu membuat Honami mengkhawatirkan keselamatan putri satu-satunya yang dia miliki. Pihak kepolisian bahkan tidak bisa dia percayai.

Apa yang akan dia lakukan untuk melindungi putri tunggalnya itu?

Dari blurbnya saja sudah amat mengerikan bukan? membayangkan ada orang bisa membunuh bahkan memperkosa anak dibawah lima tahun saja saya tak sanggup :'(

Review (+curhat)

Nah sejujurnya seusah banget buat bikin review buku ini tanpa spoiler (buat saya) karena ini plot twistnya luar biasa gila. But here we go.

Ada beberapa tokoh utama di buku ini. Pertama Honami, seorang Ibu yang tinggal di Kota di tempat terjadinya pembunuhan. Di Bab Pertama, kita akan banyak membaca background kecemasan Honami terhadap kasus ini. Ia dulu susah sekali mau punya anak, karena memiliki penyakit reproduksi. Ia mencoba terus menerus untuk punya anak hingga akhirnya bisa hamil di usia 43 tahun. 

Lalu ada Makoto, anak kelas 2 SMA, pemain dan pelatih Kendo untuk anak-anak TK dan SD di Balaikota. Ia sering disebut sebagai 'sensei' yang baik oleh anak-anak kecil ini, it's a bit spoiler [tapi juga enggak], di bab ketiga kita akan membaca kalau Makoto adalah tersangka dari pembunuhan anak yang terjadi belakangan. 

Tokoh lainnya adalah detektif yang bertugas untuk menangani kasus ini. Sebetulnya ada banyak detektif yang bertugas, namun dua detektif ini yang paling disorot dalam buku. Pertama Tanizaki, detektif perempuan yang masih muda dan masih sangat semangat dalam menangani kasus-kasus yang datang padanya. Kedua, Detektif Sakaguci, detektif laki-laki yang sudah lebih tua, sering melakukan hal-hal yang dianggap kolot oleh Sakaguci, namun beliau adalah detektif yang berpengalaman, terlihat dari saran-saran yang ia berikan kepada Tanizaki. Mereka berdua agak gak akur di awal-awal buku, anyway. 

Oiya, nantinya akan ada dua kasus pembunuhan anak yang berbeda di buku ini, buat seorang Ibu seperti saya, sebenarnya ini cukup trigering loh bacanya! :') mana eksplisit banget pembunuhan keduanya huhu.

Apakah buku ini menghibur? Iya kalau kamu suka baca cerita misteri, in my case saya sukaaa cerita misteri, tapi ini terlalu sadis!!! untuk yang ga suka cerita misteri dan gak suka cerita sadis pula, saya sangat tidak merekomendasikan buku ini.

Nah nilai tambahan lain dari buku ini adalah plot twist yang luar biasa brilian! Huah, pecinta plot twist pasti memuja buku ini :') habis baca endingnya saya baca-baca ulang halaman-halaman pertama dan merasa ditipu mentah-mentah sama penulisnya haha. Briliant sekali sih memang.

Kritik Sosial tentang Undang-Undang Kekerasan Seksual

Buat saya ini adalah highlight paling menarik dibuku ini. Apalagi kritik sosial ini juga amat relevan di Indonesia yang belum punya undang-undang anti kekerasan seksual. Seminggu setelah saya selesai membaca buku ini, saya membaca kabar tentang seorang Dekan di Universitas Negeri di Sumatera yang dibebaskan dari tuduhan pelecehan seksual karena tidak ada bukti yang cukup. It's sad though! 

Nah dibuku ini kita akan diajak menyelami perasaan seorang korban kekerasan seksual, bagaimana ia hidup dalam ketakuatan, perasaan cemas tak karuan, juga bagaimana keluarganya menanggapi hal tersebut :'(/

Menurutku Akiyoshi Rikako amat sangat keras mengkritik sistem hukum untuk pelaku kekerasan seksual  lewat tokoh-tolohnya, pun lewat aksi pelaku yang memperlihatkan kalau kekerasan seksual itu kejahatan yang gak berhenti disatu titik saja. Ada trauma yang dialami korban, ada resiko-resiko setelah itu seperti kehamilan, kelahiran anak yang tidak direncanakan, keluarga yang bercerai berai, hingga dendam yang berujung permbunuhan. 

Selain dilihat dari sudut pandang korban, buku ini juga memiliki tokoh polisi perempuan yang berpikiran terbuka terkai kasus kekerasan seksual. Justru dari Tanizaki saya belajar banyak tentang UU Kekerasan seksual di Jepang. 

Mau Baca lagi gak?

Waduh, saya sih tidak berniat membaca lagi buku ini huhuwa, terlalu mengerikan. Sekali saja deh cukup, ini pun sepertinya buku fisiknya mau saya preloved-kan saja saking tak ada keinginan untuk membaca buku ini kembali :')))))


Hai-hai semua! Pekan ini aku membaca romcom yang direkomendasikan teman Bookstagram ketika aku bertanya rekomendasi buku romcom ringan. Buku ini beberapa kali berseliwaran di Instagram dan sepertinya viral sekalidi TikTok hehe, another TikTok Phenomenon yang saya baca setelah Seven Husband of Evelyn Hugo. Padahal saya gak main TikTok :)). Buku ini berjudul The Love Hypothesis, ditulis oleh Ali Hazelwood. 

Kebetulan sekali saya membaca buku ini sambil mengikuti drama Business Proposal yang sedang tayang di Netflix! karena ceritanya sama banget nih tentang Fake-Dating haha! Membaca atau menonton cerita tentang fake-dating itu seru kalau kita sedang mencari bacaaan ringan karena kita tahu benar endingnya akan seperti apa kan ya :') 

Blurb:

Olive, Ph.D candidate jurusan Biologi di Stanford terlibat fake-dating sama Dr. Adam Carlsen. Dosen, sekaligus senior sekaligus faculty comittee di Fakultasnya. Eh sebelum jauh bahas blurb-nya, karena di Indonesia kesan Ph.D candidate dan seorang Dr itu biasanya sudah lumayan berumur, Olive dan Adam ini masih muda-muda hehe, Olive baru 26 tahun dan Adam umurnya 34 tahun. Keduanya sama-sama di jurusan Biologi tapi Adam bukan pembimbing Olive langsung. 

Olive sebenarnya gak kenal sama Adam, gak dekat, sebatas tau kalau dia dosen killer parah di kampus, temannya banyak yang jadi korban keganasan Adam. Tapi satu malam, dia 'harus' terlihat punya hubungan sama laki-laki manapun, biar kelihatan sama Ahn, sahabatnya yang sedang ragu banget mau melanjutkan hubungan sama Jeremy karena Olive pernah naksir Jeremy. Olive mau fake dating gini supaya Ahn gak ngerasa gak enak kalau dia mau lanjut berhubungan sama Jeremy. Malam itu, out of nowhere yang dia temui adalah Adam, kejadianlah apa yang ada di cover bukunya, dia cium Adam, dan dari sana semuanya bermula. 

Olive dan Adam melanjutkan fake-dating mereka karena Adam juga ternyata punya goals untuk kelihatan settled di kampusnya supaya dapat grant funding buat researchnya. Uniknya, meskipun Adam ini dingin banget sama mahasiswa-mahasiswanya, dia gak terlihat sedingin itu sama Olive. Bukan unik sih hahaa, ini tentu pola serupa yaa di romcom-romcom haha, tapi tetap seru melihat interaksi Adam dengan Olive. 
Seperti Romcom pada umumnya, perkembangan hubungan mereka berubah dari fake-dating ke dating beneran, nah sebelum masuk ke dating beneran ini ada banyak asumsi dan keraguan yang bikin seru karena plotnya jadi mantepp gitu pas mereka beneran sama-sama sadar kalo mereka saling suka. 

Things you need to know before reading the book

Ini panduan sebelum kamu memutuskan melanjutkan membaca buku ini atau tidak ya:
- Ini buku young adult dan ROMCOM!, jadi ada adegan dewasa yang cukup eksplisit, rating usianya 17+!!!! 

- Meskipun terlihat sangat 'scientist' banget dari cover ataupun judulnya, sebetulnya adegan-adegan sainsnya gak banyak kok! heeeehe jadi bacanya gak terlalu susah, bahkan kalau bingung dengan istilah sains yang Bahasa Inggris pulak, bisa diskip aja dan masih bisa dipahami jalan ceritanya.

- I don't know if this is an issue for you, tapi ada pasangan LGBTQ juga disini, since I don't mind reading about them, aku oke oke aja ya hehe.

- Baru terbit dalam Bahasa Inggris, menurutku akan ada kemungkinan terbit dalam Bahasa Indonesia juga karena sebenarnya walaupun 'dewasa', ini mirip buku-buku harlequinn gitu yang sudah banyak di alihbahasakan sama beberapa penerbit dalam negeri, nah tapi gak tau karena ada isu LGBTQnya apakah akan ada yang terjemahkan atau tidak. Tapi ini Bahasa Inggrisnya mudah dipahami hehe, ada sih beberapa jokes yang aku pribadi perlu baca dua atau tiga kali baru ngerti, tapi buat yang baru mulai baca buku Bahasa Inggris, boleeh nih buku ini dicoba!

- Akan mengenalkan Women in STEM, sebuah gerakan [semoga gak salah] yang sebetulnya sudah mulai jalan juga di Indonesia, aku kenal beberapa orang yang giat mengkampanyekan Women in STEM, nah di buku ini banyak diulas juga nih.

- Tidak ada adegan triggering seperti kekerasan seksual, eh tapi ada deng verbally, kalau kamu mudah tertriger dengan ini bisa jadi pertimbangan, tapi buatku yang biasanya mudah tertrigger kalau ada bacaan yang mengangkat isu pelecehan seksual, buku ini aman banget. 

Review Asri

Seru sekaliiii membaca buku ini!! Page turner banget karena pada dasarnya aku memang bucin sama cerita-cerita romcom ya kalau sedang lelah dengan kehidupan nyata haha, ga deng, tapi baca romcom tuh memang selalu berhasil menaikkan mood aku. 

Nah, untuk buku ini rasanya lebih fresh karena backgroundnya ada di kampus nih hehe, walaupun aku tidak pernah merasakan jadi mahasiswa Ph. D, bahkan master pun belom yha As, tapi seru karena aku jadi bisa tahu pressurenya jadi Ph. D candidate itu bagaimana. 

Di Prolognya ada percakapan yang membukakan mata semua orang tentang alasan kita melakukan sesuatu, termasuk ngambil program Ph. D, it's the WHY, kalau cuma buat ngisi waktu luang karena lagi nganggur atau ga tau mau ngapain, bakal beraaaaat banget. I think this will apply to Master Program too ya, tapi aku kenal juga beberapa orang yang ambil program master karena ga tau mau ngapain habis S1, dan sebenernya gapapa juga, they went out well juga sampai graduating, mungkin di tengah jalan mereka menemukan STRONG WHY. Nah cuma kalau Ph. D berat kali yaaa terutama untuk bidang sains nih, yang personally buatku akan jadi lebih berat lagi karena aturan-aturan sains dan kesaklekannya tuh amat sangat bukan aku banget hehe. 

The Why itu jadi pembuka yang mantap banget untuk melanjutkan baca buku ini, rasanya ini gak sekedar baca romcom yang buat happy-happy doang, ada nilai lebihnya gitu hehe. Kalau kamu penasaran tentang Why ini, bisa juga ditemenin baca buku nonfiksinya Simon Sinek judulnya Start With Why. 


---
Nah terus-terus tentang romancenya sendiri, aku berhasil banget dibikin ikutan jatuh cinta sama sosok Adam. Jujur ini ceritanya amat sangat drakor haha. Ini kalau ada adaptasinya aku lebih prefer Drakor dibanding film hollywood 1,5 jam doang. Eksekusi drama korea kalo urusan chemistry kaya gini juga selalu lebih bagus haha Hollywood movie are overrated T.T [hiduuup drakooor]. 

Aku suka sekali sama weekly routine Adam dan Olive di fake-datingnya mereka: ngopi berdua di Starbuck tiap Rabu supaya dilihat orang-orang kalau mereka lagi dating. Somehow ngebayangin ngobrol sama orang yang kita sayang di kedai kopi aja tuh sudah cukup untuk bikin saya klepek-klepek. [case: saya peminum kopi dan suka banget nongkrong di kafe, tapi suami saya tidaaaaq haha]. 

Hal lain yang saya suka adalah plotnya yang sangat mudah ditebak tapi tetap bikin penasaran, karena cara penulisnya bikin narasi juga mantap banget.

Tapi saya punya cons juga nih untuk plotnya yang rada maksa :'), yaitu dibagian waktu Holden (rekannya Adam, dosen-dosennya anak2 Ph.D) dating sama Malcolm (roommatenya Olive), right after a conflict rising between Olive and Adam. Rasanyaaa maksaaa ajaaa ketika semua orang disekitar cowo dan cewe dalam sebuah romcom jadi terhubung, jadi ikutan jadian juga, jadi ngeramein perdramaannya. Haha. Ini bukan karena sentimen LBGTQnya ya, walaupun mereka berdua straight, tetap aja saya prefer mereka gak ujug-ujug jadian ketika ada konflik antara Olive dan Adam terus mereka berdua jadi pengengahnya. 
Huff, itu kan maunya saya yaaa haha, mungkin penulisnya ingin ending yang membahagiakan juga untuk teman-temannya Olive, jadi dia buat plotnya begitu hehe. 

Tapi tetap seru kok! Ini saya lagi baca ulang dari awal, dari prolognya dari awal fake-datingnya dan semuanya! sekali lagi, kalau kamu suka romcom, suka drakor juga, wajiib bacaaa!!

Eh satu lagi yang saya mau review adalah POVnya nih, agak unik ketika sebuah buku romcom gak pakai PoV tokoh utama perempuan atau biasanya ada juga yang pakai PoV kedua tokohnya, jadi kaya tebak-tebakan perasaan lawannya gitu karena melihat dari sisi salah satu pihak aja kan ya, itu biasanya yang bikin seru. Karena banyak prasangka dan pembaca dibikin geregetan, tapi buku ini pakai PoV orang ketiga, dari luar Olive dan Adam, tapi tau banget isi hati Olive gitu. Jadi gimana yaa haha PoV orang ketiga yang menyebutkan Olive as She, not I, tapi dia tau Olive merasakan pergulatan batin, ragu, senang, sedih, mau nangis. But not with Adam. Mengingatkan saya pada buku Harry Potter yang ditulis dengan PoV yang sama.

Apakah baca buku ini bikin Asri ingin sekolah lagi?
I'm gonna drop it here guys: Aku selalu ingin sekolah lagi, S2, di bidang pendidikan lagi [cuma bukan lagi untuk usia dini, lebih ke orang dewasa, Adult Education], but not now, haha. Sejak tamat S1 saya mencari banyak referensi untuk kuliah lagi, saya bahkan email beberapa dosen di kampus-kampus di Eropa untuk nanya jurusan yang saya mau waktu itu, jurusan yang banyak bahas Sekolah Alam. Karena skripsi saya waktu itu tentang itu. Saya belajar IELTS, belajar TOEFL, tapi gak pernah PD untuk apply karena tau kalau keluarga saya di rumah masih butuh saya :)))). Makanya gengs, bisa S2 itu priviledge beneraaan hahaa. Gak bisa diambil semua orang. 

Sekarang sih saya masih punya beberapa tahun jatah sebelum masa apply beasiswa S2 abis ya, biasanya S2 minimal usia 35 masih bisa apply, tapi jujur makin kesini makin gak pengen-pengen banget kuliah keluar negeri, kayanya di dalam negeri asal kampusnya bagus, dosen-dosennya oke, bisa deh tetap belajar banyak. Tapi kan gatau yaaa kedepannya bagaimana, apalagi seakrang mulai banyak kampus yang menawarkan long distance program, bukan gak mungkin kedepannya saya mau pilih sekolah online ajaa buat S2 hehe.

----
Sekian guys, review kali ini, panjang dan sekalian curhat! semoga berkenan!

Kerja dan Keinginan untuk selalu WFA

Bulan ini, aduhay sekali!

Setelah Bulan lalu pace melambat karena COVID19, isoman dan izin kerja 10 hari, Maret ini rasanya saya sedang sprint mengejar ketertinggalan Bulan Februari. Eh, tapi ini urusan kerjaan ya haha bukan urusan yang lain, rasanya kok gak sudah-sudah kerjaan datang haha, belum selesai pekerjaan A sudah datang pekerjaan B, belum selesai pekerjaan B, si C menanti. hihi. Apalagi sekarang sedang persiapan menuju kuartal kedua, akan ada banyak persiapan menyambut kuartal baru. Di industri tempat saya bekerja, sebulan sebelum masuk kuartal baru, adalah bulan-bulan penuh kesibukan. Termasuk, ya bulan ini :).

Ditengah pekerjaan yang bertubi datang ini, saya bersyukur masih bisa kerja :') +masih bisa bekerja dari rumah. Saya mulai melihat beberapa tempat kerja kembali memberlakukan WHO/ datang langsung ke kantor, jadi masih bisa bekerja dari rumah, dengan jam kerja yang fleksibel tapi juga tetap masuk akal, rasanya sepadan dengan beragam keriuhan Maret ini. 

Walaupun terlihat anti WFO (HAHA), saya sebenarnya menikmati sekali kerja bareng sama orang lain :), per-tengah Bulan ini, saya sudah 2x bekerja diluar, pertama di Kantor Research & Develompent saya di Bandung dan sekali di kafe bersama seorang sahabat. Saya bukan gak suka ketemu teman kerjanya hehe tapi saya gak suka commuting tiap hari, macet-macetan di jalan daaaaan jauh dari Rana. 


Kerja//makan//curhat bareng Fitri

Menanti Senin (dan Selasa)

Sebenarnya saya tidak masuk sekte pembenci Senin, tapi saya juga bukan tipe penanti Senin wkkk. Belakangan, ada satu hal yang membuat saya (dan Mas Har) menanti-nanti hari Senin! DRAKOR hahaaa! Sudah lama sekali sejak terakhir kali kami nonton Drakor barengan :') kayanya terakhir nonton bareng serial yang on going itu Hospital Playlist 2 itupun gak sampai tamat, karena saya tim harus nonton malam itu juga ketika serialnya tayang. Mas Har lebih woles. Nah sekarang kami sedang nonton Business Proposal bareng :') Drama ini receh dan ringan sekali ceritanya. Tipikal romcom yang bisa ditebak endingnya, tapi tetap seru untuk ditonton. Dan kocaaak sekali. 


Drama ini sedang tayang di Netflix, tiap hari Senin dan Selasa pukul 21.30 WIB. Seru juga ya nonton drama on going di Senin-Selasa, jadi menanti Senin padahal biasanya menanti weekend haha.

Catatan tentang Buku

Bulan ini saya membaca beberapa buku menarik. Salah satunya Seven Husband of Evelyn Hugo yang reviewnya sudah saya buat di postingan terpisah. Ada juga Wizard Bakery, dan terakhir sekali, semalam saya tamat membaca buku bergenre Historical Fiction yang sedang hits (mungkin ya haha), karena serialnya tayang di Netflix, Bridgerton. Bukunya sendiri ditulis oleh Julia Quinn. 

Buku ini semacam Harlequin gitu ya hihi, kisah percintaan yang awalnya benci atau terpaksa bersama karena satu keadaan, lalu tokoh utamanya saling jatuh cinta, kemudian ada satu lagi konflik setelah mereka bersama, dan biasanya berakhir dengan salah satu dari mereka (biasanya laki-laki), menyadari kesalahannya dan minta maaf, lalu kisah cinta mereka semakin kuat aaaand the end, happily ever after hihi. Bridgerton sendiri terdiri dari beberapa buku ternyataaa, Bridgerton ini nama keluarga dan ada 8 anak dalam keluarga ini. Sepertinya tiap buku mengisahkan cerita masing-masing anak. Yang saya baca pertama (sesuai urutan terbit) adalah The Duke & I, bercerita tentang anak ke-4, Daphne dan kisahnya dengan Simon, Duke yang terkenal playboy, juga teman kakak laki-lakinya, yang baru pulang ke Inggris. 




Jalan ceritanya ketebak sih hihi, saya baca bukunya karena mau coba nonton serialnya. Ratingnya hmmm, 3 dari 5. Review lengkapnya nanti saya buat di postingan terpisah yaa. Saya baca di Gramedia Digital, dan sepertinya untuk buku-buku Harlequin saya lebih nyaman baca lewat Gramdig sih heheee, lumayan ngirit, mengingat saya bacanya mungkin sekali saja.


Oiyaaa, ngomong-ngomong tentang buku, kemarin saya berkesempatan menjadi moderator untuk Selasa Bahas Buku Hayu Maca, dan diskusinya seruuuu sekali. Saya memandu Kak Saski, seorang dosen di PTN di Bandung, mengulas buku kumpulan artikel tentang Bandung tempo dulu, judulnya Ramadan di Priangan karya Haryoto Kunto. Diskusinya bisa teman-teman saksikan disini ya.

----

Sekiaaaaan cerita tengah Maret sayaa. Terima kasih sudah membaca! Semoga sehat-sehat teman-teman semua, dan kita semua diberikan kekuatan menyambut Ramadan yang sudah sangat dekat!


Hai Hai! Maret sepertinya berjalan lebih lancar nih buat saya :') alasannya sederhana: saya bisa menyelesaikan baca beberapa buku, padahal baru pertengahan Maret. Tidak seperti Februari yang rasanya pegang banyak buku tapi tak banyak yang selesai hehe. 

Satu lagi buku yang berhasil saya selesaikan: Seven Husbands of Evelyn Hugo karya Taylor Jenkins Reid. Buku ini akan jadi buku yang didiskusikan bareng Kak Rachael dari channel Rachael's Library, kak Krisan dari Channel Krisan Wijaya dan Kak Ariesy dari Channel Book with Ariesy. 


Live Discussionnya akan diadakan tanggal 2 April 2022 nih kalau teman-teman mau ikutan, bisa baca bukunya dari sekarang ya. Jujur buku ini masuk ke list wishlist saya, racun dari beberapa bookstagram yang sudah baca dan kasih review yang OK banget. Buku ini juga sepertinya cukup hits di TikTok ya, (saya gak main TikTok jadi kurang tahu se-viral apa disana). Tapi di Playbook Store sampai ada tambahan embel-embel TikTok make me buy it dong! hehe 

Oke jadi buku ini tentang apa sih sebenarnya? 

Blurb Cerita

Buku ini diawali dengan info penting kalau Evelyn Hugo, seorang aktris kawakan di Hollywood berencana melelang gaun-gaun yang berkesan untuknya untuk lembaga non-profit, setelah baru saja kehilangan anak perempuannya karena Kanker. Evelyn Hugo selama ini dikenal sebagai aktris yang menghindari media, setelah ia vakum berkarir, tapi entah karena apa, ia menghubungi sebuah majalah terkemuka dan ingin melakukan interview, tapi interveiw itu hanya boleh dilakukan oleh Monique Grant, reporter junior di majalah tersebut. 

Setelah bertemu dengan Monique, ternyata Evelyn bukan ingin melakukan wawancara terkait lelang tersebut, tapi ingin Monique menulis biografi hidupnya dari awal ia memulai karir hingga titik ia berada saat ini. Monique agak kaget dengan tawaran tersebut, karena rasanya aneh ujug-ujug dapat tawaran yang too good to be true, tapi lalu ia menyanggupi hal tersebut dan kita akan mulai mendengarkan cerita Evelyn Hugo menjalani kerasnya hidup di Hollywood, dan yang paling menarik tentu saja: kisahnya yang menikah 7 kali selama hidupnya. 7 pernikahan, 7 mantan suami (yang semuanya sudah wafat), 1 orang anak dari pernikahan tersebut (yang juga baru berpulang).

Pertanyaan pertama dari Monique cukup menarik dan membuat saya jadi penarasan sama kisah hidup Evelyn: Siapa orang yang paling ia cintai dari semua mantan suaminya? who was her love of her life? 

7 Mantan Suami 

Sejujurnya saat ini gak terlalu sulit buat saya membayangkan ada orang yang menikah hingga 7 kali, mungkin bukan gak terlalu sulit ya, tapi lebih ke "Oh ya udah, dia pasti punya cerita dan alasan kenapa sampai menikah 7 kali, dan dia punya hak untuk melakukan itu". Setidaknya saya yang sekarang gak terlalu kepo, kenapa orang menikah, kenapa orang bercerai, kenapa orang menikah lagi. Sekalipun itu terjadi pada teman saya misalnya, ya udah gitu hehe, memang begitu kehidupan. 

Tapi buku yang saya baca ini menarik sekali karena buku ini seperti membuka mata saya kalau setiap orang menikah untuk motif yang berbeda. Bahkan satu orang yang sama, melakukan beberapa kali pernikahan, motifnya bisa jadi beda-beda loh! Terus apa motif Evelyn samapi menikah 7 kali sepanjang hidupnya? Wah, saya gak bisa kasih tahu disini karena ini akan jadi spoiler parah :'). Yang pasti, Evelyn gak malu untuk kasih tau Monique kalau pernikahan pertamanya motifnya pragmatis aja atau bahkan lebih ke oportunis ya. Suami pertamanya, biasa bawa dia kabur dari Ayahnya yang suka mukulin dia, dan bawa dia ke Hollywood, tempat dia merasa bisa melakukan perubahan besar untuk hidupnya. Dan begitu sampai Hollywood, tepat ketika Evelyn merasa perlu melepaskan suaminya untuk perjalanan karier dan cintanya yang baru bersama suami nomor 2, ia melepas suami no.1 nya begitu saja :'))

Dari semua mantan suami ini, favorit saya mungkin adalah favorit semua orang: Suami Evelyn nomor 5, Harry, sahabatnya, ayah dari anaknya. Saya merasa terlepas dari kisah 'lain' yang Evelyn sembunyikan, Harry adalah orang paling dekat buatnya, orang yang bisa membuat dia merasakan rasa cinta dengan tulus juga dibanding semua orang. Ada dua hal yang sangat berkesan buat saya tentang cerita mereka: 1. Bagaimana Harry treat Evelyn setelah Connor, anak mereka lahir dan 2. Apa yang Evelyn sampaikan pada Harry di saat-saat terakhirnya di dunia. 

Isu LGBTQ

Buku ini punya isu kental tentang LGBTQ dari awal cerita hingga akhir, kita juga bisa mengikuti perkembangan isu LGBTQ di Amerika tahun 80an hingga saat ini, walaupun hanya sekilas-sekilas saja. Tapi ada beberapa gerakan dan aksi yang disorot, juga aktor-aktor Amerika Serikat yang 'buka-bukaan' terkait orientasi mereka dan bagaimana publik menyikapi hal tersebut. 

Ini sekaligus warning untuk teman-teman, kalau merasa gak bisa baca novel dengan tema LGBTQ+, lebih baik jangan baca ya hehe. Saya pribadi ga masalah jadi yaa lanjut ajaa wkkk.

Plot Twist 

Di awal cerita kita dibikin penasaran kenapa Evelyn Hugo memilih Monique, reporter junior yang kerja untuk majalah besar, untuk nulis ceritanya. Ini nanti akan terjawab di akhir!! Saya cukup suka plot twistnya, walaupun expect ada development cerita yang lebih panjang setelah plot twistnya terbongkar.

Tentu kita akan menduga kalau Monique ini punya kaitan sama kisah hidupnya Evelyn, dan benar hihi, detailnya tentu harus baca bukunya ya biar seru. Tapi saya agak gereget sama sikapnya Monique waktu tahu plot twist /kebenaran yang dipaparkan Evelyn.

Rating Asri

Saya mau kasih rating 4 dari 5! hehe, buku ini bagus banget narasinya buat saya :), saya juga suka tiap halaman berita-berita dari Media muncul + tanggalnya, jadi bisa mengikuti timeline ceritanya Evelyn tanpa bingung ada lompatan-lompatan waktu tertentu. 

Ada banyak hal yang menurut saya juga relevan dengan kita semua sebagai manusia. Bagaimana kita menyikapi rasa tamak yang terus hadir dan tak pernah berhenti, bagaimana kita semua treat what matters to us, bagaimana rasanya ditinggalkan orang tersayang, bagaimana beberapa dari kita mungkin melakukan kesalahan seperti Evelyn, banyaaak sekali yang bisa saya rasakan dari satu novel ini. Dan buat saya novel ini worth the hype  ya hehe. Cuma mungkin akan agak sulit diterima di Indonesia dengan tema LGBTQ yang sekuat itu. Saya yakin gak akan ada penerbit yang mau menerjemahkan :')


Wizard Bakery, gambar milik www.asriswear.com

"Hati-hatilah dengan permohonanmu"

----

Hiyaks, novel pertama yang tamat saya baca di Maret!

Setelah dibuat bingung dengan banyak timbunan TBR, saya masuk ke fase reading slump dan hanya nyaman membaca komik :'), Saya membaca Nodame dan Spy x Family, padahal sudah janjian mau buddy reading Wizard Bakery bareng Kak Ketty. Tapi senang akhirnya memutuskan membaca buku ini di waktu yang tepat. Karena walaupun covernya cantik dan manis sekali, tapi isinya lumayan 'dark' nih, saya gak yakin sanggup membaca disaat sedang down :')

Tentang Buku

Judul: Wizard Bakery
Penulis: Gu Byeong-Mo
Penerjemah: Iingliana
Pertama terbit: 2009
Versi Indonesia pertama terbit: 2021
ISBN: 9786020657394
Jumlah halaman: 208 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Blurb

Buku ini bercerita tentang kehidupan seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun yang 'tidak betah' di rumah karena perlakuan Ibu sambungnya yang kurang mengenakkan dan Ayah kandungnya yang sama sekali tidak mendukungnya. Ia selalu memikirkan untuk keluar dari rumah seegera mungkin ketika sudah bisa mencari uang, hingga timbul satu kejadian yang menjadikannya 'tersangka' kejadian tersebut di rumah. Ia kemudian kabur dari rumah ke sebuah Toko Roti langganannya di dekat Apartment tempat ia tinggal.

Toko Roti ini, ternyata bukan toko roti biasa, tapi merupakan toko roti ajaib. Pemiliknya adalah seorang penyihir, Ah! Toko ini menjual beragam roti termasuk roti-roti ajaib dengan khasiat yang luar biasa aneh. Misalnya ada Biskuit Kayu Manis Iblis yang jika diberikan kepada orang yang tidak kamu sukai, kapasitas mental orang itu akan kacau selama kurang lebih dua jam berikutnya dan akan melakukan kesalahan dalam setiap tindakannya. 

Sejak kabur dari rumahnya, anak laki-laki tersebut mengurus web pemesanan kue dan roti ajaib tersebut. Ia hidup bertiga bersama penyihir pemilik toko dan pelayan toko yang berwujud manusia hanya jika siang datang. Walaupun kehidupan sepertinya kacau, ia amat suka tinggal di tempat ini. Padahal ia amat benci roti. Roti membuatnya muak. 

Tak seindah covernya

Buku ini, teman-teman sangat jauh dari gambaran covernya yang bergambar kue cantik :') membacanya rasanya melelahkan sekali ya ampun. Makanya saya amat menyarankan teman-teman membacanya ketika sedang dalam kondisi baik-baik saja. 

Si Anak laki-laki di buku ini mengalami hal-hal buruk dalam hidupnya sejak ia kecil. Menyaksikan hal tak mengenakkan pada ibunya ketika berusia 5 tahun, memiliki Ayah yang cuek sekali belum lagi perilaku Ayahnya yang unforgivable buat saya! Eh dapat pula Ibu baru yang asumtif dan curiga pada beragam situasi. 

Mungkin hal yang menyenangkan dari buku ini adalah deskripsi kue-kue cantik di toko Wizard Bakery. Tapi karena saya kurang akrab dengan dunia baking, jadinya gak kegambar betul juga sih hehe, buku ini genrenya Magical realism (sepertinya), dimana ada campuran kisah yang rasanya tak mungkin terjadi di dunia, seperti penyihir yang menjual kue dengan beragam khasiat. Mungkin karena saya tak bisa banyak berimajinasi dengan buku ini saya sampai mikir, ini mirip pelet dan santet online gitu kali ya kalau disini, cuma bentuknya kue hehe. 

Tema yang Triggering

Membaca buku ini, tak jauh dengan jeda membaca buku Happiness Battle, membuat saya bertanya-tanya apakah isu Pelecehan Seksual santer sekali ya di Korea Selatan, sampai buku-buku seperti ini banyak dibaca dan cukup laku, tapi sebenarnya gak hanya di Korea Selatan ya, buku Minato Kanae yang saya baca juga beberapa menangkat isu Pelecehan Seksual utamanya pada anak. Walaupun sudut pandangnya amat menarik, ada yang memberikan sudut pandang teman-teman pelaku, sudut pandang anak pelaku, sudut pandang tertuduh yang tidak melakukan apapun, tapi isu ini banyak berulang. 

Saya jujur agak cukup terganggu dengan isu ini karena pernah memiliki pengalaman pribadi yang membuat saya amat tidak nyaman, ini at some level bisa triggering banget penyintas-penyintas pelecehan seksual sih buat saya. Disatu sisi membuat orang aware kalau ada loh hal-hal seperti ini! ini benar-benar terjadi di sekitar kita, tapi kalau terlalu banyak juga membuat saya berpikir, duh apa ini hanya tren saja ya kalau menerjemahkan buku Asia dengan tema ini? Atau bisa jadi sayanya aja yang kebetulan baca buku Asia tapi nemunya tema-tema ini terus :') 

Setiap membaca buku-buku dengan tema ini selalu diingatkan kalau hidup gak selamanya indah lancar mulus, ya gitu kurang lebih. Tapi exhausting sekali bacanya walaupun hanya 200 halaman dan saya habiskan sekali duduk (sekali tiduran deng) sambil nunggu Drama Korea saya tayang jam 09.30 malam. 

Rating Buku

3 dari 5 bintang! hehe, saya cukup menikmati magical realism tapi ini terlalu bikin capek wkkk. 


Perjalanan pertama setelah bebas isoman dan negatif COVID-19: Bandung. Sebagai warga Bandung coret, sayang rasanya gak mengajak Rana keliling taman-taman di Bandung yang banyaaaak sekali pilihannya +taman-teman di Bandung masih banyak yang rindang. 

Kali ini, saya dan suami mengajak Derana ke Taman Maluku. Jujur tadinya mau main ke Taman Balaikota Bandung, tapi sedang tutup karena dijadikan tempat vaksin COVID. Keliling sedikit mau ke Taman Lalu Lintas, tapi juga tutup 😂. Kami sudah pasang maps mau lanjut ke Taman Lansia dekat Gedung Sate, eh lewat satu belokan, ada Taman Maluku yang langsung bikin jatuh hati karena: Rindang sekaliiiiiii. 


Kami baru pertama kali ke Taman Maluku. (Bahkan baru tahu ada Taman Maluku). Mungkin selama ini pernah lewat tapi kurang ngeh. Letaknya tidak jauh dari Taman Lalu Lintas, beda satu blok saja, ada di persimpangan jalan Maluku dan Jalan Aceh. Lokasi tepatnya bisa dicek di Google Maps ya teman-teman! tapi memang ada di pusat kota sekaliii. 

Waktu lihat Taman Maluku, saya langsung teringat Taman Suropati di Jakarta. Tempat favorit saya selama merantau disana. Ternyata Taman Maluku sama nih kaya Taman Suropati, dibangun Belanda di tahun 1900an. 

Sebelum menulis artikel ini saya sempat membaca-baca sekilas artikel terkait Taman Maluku yang banyak diberitakan mistis di artikel-artikel tersebut :')))) sediiiihhh, karena ketika kesana sama sekali gak kerasa kesan mistisnya. Mungkin dulu ya sebelum revitalisasi terasa seperti itu. Tapi ketika kami main kesana kemarin banyak sekali orang yang juga sedang menikmati kerindangan taman ini seperti kami.

Kami bahkan bertemu anak-anak SMA yang bawa kartu sedang main remi seru-seruan di Taman. Belum lagi yang paling menyenangkan dari taman ini selain rindang adalah: banyak sekali kursi. Jadi banyak yang juga sedang makan siang. 


Ada juga Playground untuk anak yang lumayan seru kalau kamu bawa anak yang sudah bisa jalan dan cukup "dalam pengawasan" ya, kalau seperti saya dan suami yang bawa Rana, ya harus ditemani full hehe. Soalnya mainannya agak bahaya euy :') seru ada putar-putaran, prosotan dan ada semacam monkey ladder, tapi bawahnya bukan pasir/tanah, jadi gak kebayang bahayanya kalau anak-anak jatuh. Ada juga ayunan di bagian terpisah, yang ini tidak kami coba karena agak panas gak serindang tempat mainan putar-putaran. 

Oh iya, untuk parkir juga enak. Kami bawa motor yaa tapi hehe bukan bawa mobil. Ada tempat parkir dan tukang parkir di beberapa titik jadi aman untuk ditinggal. Kalau lapar juga bisa beli cuanki atau batagor di sekitar Taman. 


Untuk ukuran Taman Kota di Bandung, Taman Maluku Maluku asyik sekali. Rindang apalagi kalau keluar di hari yang terik, sejuk banget disana Kebersihannya juga lumayan terjaga, tapi dibeberapa titik tetap nemu sampah :'( plus kamu juga mungkin akan menemukan orang dewasa tidak bertanggung jawab yang merokok di taman (padahal di tempat anak loh! bawa anaknya!). Tidak ada satpol PP/petugas taman yang bisa ditemui juga untuk lapor. Seru buat mampir dan sekalian piknik di beberapa titik kursi. Kursi-kursinya juga jauhan kok! jadi aman di masa COVID-19 ini :). 

Karena ini bagian dari petualangan kami mengelilingi Taman-taman di Bandung. Kami akan berikan rating singkat dari Taman ini yaaa:

Taman Maluku Bandung

Lokasi: https://goo.gl/maps/9KckTeYUVxUDAbkU9 
Overall Rating: 7 dari 10 bintang
Kebersihan: 7 dari 10 bintang
Kerindangan (banyaknya pohon): 9 dari 10 bintang
Fasilitas untuk anak playground): 6 dari 10 bintang
Fasilitas umum toilet/mushola): tidak mencoba
Biaya masuk: free
Akses kendaraan: tersedia (motor)/ mobil kurang tahu
Biaya Parkir: 2.000 atau seikhlasnya


Februari belum benar-benar berakhir tapi rasanya ingin cepat-cepat mengucapkan selamat tinggal :') Padahal bulan ini pendek sekali ya, tapi rasanya haduh penuh kedabag kedubug dari mental dan fisik. Alhamdulillah dikasih waktu libur Senin jadi bisa istirahat lagi lumayan panjang, belum lagi libur Kamis awal Maret nanti. Lumayan banget untuk mengembalikan energi. 

Update Covid

Kami sekeluarga alhamdulillah sudah selesai isoman, sudah kembali sehat, tapi memang terasa sekali efek setelah covid ini, badan gak se fit sebelumnya, cepat sekali lelah dan agak sulit konsentrasi. Waktu ngobrol sama Mas Har, ternyata dia juga merasakan hal yang sama. Begitu juga Ibu dan adik-adik saya. 

Tepat di hari selesai isoman, saya harus balik ketemu dokter untuk urusan lain yang gak kalah (bahkan lebih) pelik: GIGI. Hiks, sakit gigi beberapa hari ini rasanya parah banget. Akhirnya pagi ini ke klinik karena dokter-dokter di RS libur bahkan ada yang cuti huhu. 

Sampai klinik dikasih obat dan diarahkan untuk ronsen, tapi Pramita tutup ternyata hari Minggu ini, akhirnya pulang ke rumah dan langsung minum antibiotik dan obat pereda nyeri dari dokter. Alhamdulillah reda, tapi sepertinya urusan gigi ini akan panjang, minggu depan udah dijadwalin kontrol aja sama dokter.

Drakor! I'm back!!!

Jadi jadi, sejak Hospital Playlist 2 tamat, saya belum nonton drama korea sama sekali. Saya termasuk jarang nonton sih kalau dipikir-pikir. Padahal rumah kami tuh langganan Netflix, WeTV, Disney+ (kalau sedang beli paketan Telkomsel) sama vidio.com. Banyaaaak banget, dipakai barengan sama di rumah Ibu karena, di rumah cuma Mas Har yang sering nonton, saya jaraaang banget, kalau buka Netflix, saya lebih sering nonton drama/film yang saya udah tahu jalan ceritanya atau nonton dokumenter. 

Nah, covid dan rehat di rumah bikin saya balik nontonin drakor nih, kalau dibilang banyak sebenarnya enggak juga ya, cuma satu drakor doang dan sudah pernah saya tonton sebelumnya. Judulnya Her Private Life. Saya jatuh cinta sekali sama romcom satu ini, karena 1. Ringan 2. Chemistry dua pemain utamanya dapeeet bangett. Jadinya nonton drama ini dari awal sampai akhir menyenangkan sekali.


Park Min Young dan Kim Jae Wook daeeebak sekali disini haha, walaupun udah tahu jalan ceritanya, tetap saja saya senyum-senyum sendiri nonton beberapa adegannya. Satu hal yang paling saya suka di drama ini adalah penerimaan Kim Jae Wook waktu tahu Par Min Young ini fangirl parah. Since I've been there yaaa, walau gak separah Min Young, tapi suami saya sekarang juga tipe yang gak pernah larang-larang atau komen merendahkan waktu tahu saya ngefans parah sama Harry Styles atau Hyun Bin wkkkk. Tapi yaa kalau dipikir-pikir, fangirling memang ada masanya dan akan berkurang dengan semakin tuanya kita wkkk. Buat saya pribadi asal gak berlebihan yaa gapapa. Cuma levelnya Min Young itu emang parah baanget wkkkk, sampai membahayakan diri dan wajar kalau Ibunya marah gitu hihi.

Belajar Bahasa Jepang

Bulan Februari ini saya juga mulai belajar Bahasa Jepang (lagiii), setelah sempat belajar 3 tahun waktu SMA tapi gak ada yang nempel sama sekali. 


Saat ini saya belum mengambil kelas atau les berbayar sih hehe, masih belajar sendiri lewat DuoLingo untuk mantepin Hiragana dan Katakana dulu. Kalau ditanya alasan utama belajar Bahasa Jepang, random banget haha: saya mau bisa baca dan nulis pakai huruf-huruf Jepang :') +karena saya suka banget beberapa Manga dan buku karya penulis jepang, ingin sekali suatu hari nanti bisa baca karya mereka pakai bahasa aslinya. (Amiiiiiiinnnnn). 

Halo Semua! 

Isoman hari ke-7, kami sekeluarga kondisinya jauh lebih baik dari waktu awal-awal kena Covid-19. Aku personally sudah sangat siap kembali bekerja walaupun masih sering batuk-batuk, setelah baca-baca pengalaman yang kena Omicron ternyata banyak yang memiliki keluhan yang sama nih, batuk berdahaknya stay dan bikin agak capek tiap batuk. Tapi overall we're good! So ready to be back to work, semoga Rana bisa diajak kerja bareng selama Isoman karena kali ini saya kerja tanpa back up Ibu dan adik-adik saya. 

--

Hari ke-7 saya melakukan sesuatu yang harusnya tidak saya lakukan di 2022!! Unboxing buku haha! Jadi 2022 saya tuh ikutan No Buy Challange yang diinisiasi Kak Rachael dari channel Rachael's Library  nah, semenjak Isoman dan punya banyak waktu untuk balik lagi scrolling-scrolling buku, saya jadi malah jajan beberapa buku baru dan bekas untuk booster imun selama covid-19 :') (alesaaan). 

Hari ini saya kedatangan paket buku yang isinya buku-buku Harry Potter. 



Ada cerita mengenaskan dibalik buku Harry Potter saya sebenarnya :') Jadi 2018 waktu baru pulang dari Banggai, Sulawesi, saya mendapati buku Harry Potter saya yang nomor 1 dan 2 hilang!! Ternyata yang pinjam teman adik saya yang sering menginap di rumah, saya minta adik saya untuk menanyakan keberadaan dua buku ini. Ternyata hilang lah kedua buku ini. Ketika saya minta buku ini tetap diganti, datanglah paket buku baru yang ternyata ISINYA BAJAKAN! kan kesel yaaaa, buku-buku ini sudah seperti bayi-bayi buat saya huhu, karena gak bisa beli waktu SMA, saya nabung sedikit-sedikit waktu kuliah, uang beasiswa saya pakai beli buku HarPot sampai semuanya komplit.

Sejak kejadian itu saya agak berhati-hati meminjamkan buku-buku saya, pada kenyataannya tetap saja banyak orang tidak mengembalikan buku-buku yang mereka pinjam, ada yang berakhir di perpustakaan bahkan tanpa izin saya dulu (kan beberapa buku ingin saya beli karena ingin saya koleksi ya), tapi ya kalau diceritain listnya gak pernah berhenti, sampai sekarang kalau ditanya tiap buku saya yang gak ada di rumah, saya tau kok siapa yang pinjam, saya juga selalu ingat siapa yang pinjam tapi tidak mengembalikan atau tidak ada niat mengembalikan haha, tapi karena ga berani nagih, ya sudah biarkan saja. Nanti kalau ada rejekinya kita beli lagi ya As! (puk-puk). 

Rejeki tersebut juga hadir lewat buku-buku bekas yang saya dapat sih, sebagai ganti karena banyak orang pinjam buku tapi tidak dikembalikan, saya sering banget dapat buku-buku original harga miring, baik yang baru maupun bekas, ada yang sudah dibaca orang ada yang orang beli karena iseng sampai gak dibuka covernya bertahun-tahun masih belum dibaca. Seperti Harry Potter ini, 6 buku saya dapat gak sampai 300.000, ada lima buku berbahasa Inggris dan 1 Buku berbahasa Indonesia, semuanya original! 

Saya membuat video unboxingnya disini nih silakan menonton ya teman-teman!







Isoman hari ke-4 buat saya (dihitung dari hari tes PCR), tapi kalau menghitung sejak sakit, ini hari ke-7.

Hari ini saya mulai agak gabut. Karena gejala flu saya sudah hilang, tinggal batuk yang terasa menyesakkan sekali. Oiya, hasil tes PCR Mas Har dan Rana juga keluar hari ini, keduanya positif, besok harusnya hasil tes Ibu dan adik-adik saya keluar juga, yang saya rasa juga positif :').

Saya masih meminum obat anti-virus COVID-19 yang diberikan kemenkes dan meminum mulitvitamin secara rutin, tapi tidak lagi minum obat demam dan flu. Tentu juga tidak pergi keluar rumah selama isolasi ini. 

Hari ini saya tamat membaca (ulang) Buku Romance yang saya baca dulu seklai waktu kuliah. Buku Ilana Tan judulnya Spring in London. Teman-teman pasti banyak yang sudah pernah baca ya? Saya lupa deh dulu baca buku siapa, tapi ini dapat boxsetnya harga miring dari Akang langganan buku bekas di Dewi Sartika, lumayan untuk menemani Isolasi. 

Selain baca buku Ilana Tan, saya juga baca-baca tipis buku baru kiriman dari Penerbit Mizan: The Lost Art of Scripture karya Karen Armstrong. Karena ini bacaan non-fiksi dan cukup berat, saya agak pelan-pelan bacanya hehe. Tapi lumayan hari ini sudah sampai halaman 60, walaupun beberapa halaman perlu diulang-ulang sepertinya. 

Saya juga masih doodling-doodling dari buku How to Doodle Everywhere-nya Kamo. Sekalian jurnaling hari ini, jadi gambarnya di jurnal bukan di tab. 

Satu highlight lagi adalah nonton dokumenter yang agak bikin hati panas di akhir: The Tinder Swindler. 

The Tinder Swindler ini dokumenter yang sedang cukup trending ya di Twitter, menceritakan pengalaman perempuan-perempuan yang tertipu oleh seorang laki-laki bernama Simon Liviev lewat aplikasi Tinder. Simon ini ngaku-ngaku anak pemilik perusahaan berlian Israel dan penampilannya memang meyakinkan sekali sebagai orang tajir melintir. Di awal kenalan sampai sebulan pertama mereka komunikasi, dia selalu treat cewek-cewek ini super mewah dan ga kaleng-kaleng deh, bajunya juga baju desainer ternama. 

Nonton ini tuh bikin geram banget karena urusannya gak cuma ngerusak mental cewek-cewek yang dia tipu sih, tapi juga gimana cewek-cewek ini struggling (sampai sekarang) sama urusan keuangan mereka. 

Nonton ini juga bikin saya inget video Prof. Rhenald Khasali yang bilang kalau the real rich gak akan pamer-pamer di medsos, mereka akan mendahulukan privasi dibanding pamer-pamer ini. 

Tapi yang pasti, internet emang makin ngeri ya kesini kalau gak hati-hati pakainya. Urusan data kita dipakai pinjol-pinjol gak jelas lah, dapat kenalan yang tau-tau ngutang atau pinjam uang :'), apapun bisa kita temui sejak ada internet. Cuma gak hanya hal buruk sebenrnya datang, hal baiknya juga banyak banget. Saya sendiri masih lebih merasakan banyakan benefit dari pada mudhorotnya. Tapi ya tetap saja membatasi diri gak sampai berlebihan di internet, apalagi di Instagram. Karena saya mainnya disana :') Bukan di Tinder hehe. 

Stay safe teman-teman, baik di dunia nyata maupun di dunia maya! 

Sehat-sehat juga teman-teman semua! 

Saya sempat cerita di Medsos kalau masa setelah melahirkan saya agak sulit menggambar lagi. Pertama karena menggambar beda sama baca, effortnya luar biasa: menginggalkan anak untuk waktu fokus yang lumayan lama + kalau disambi/diganggu siapa saja, belum tentu moodnya balik buat kembali menggambar. Saya sampai menonaktifkan Instagram saya yang isinya khusus gambar-gambar :'). Jadinya akun pribadi saya, saya jadikan akun gambar + curhat saja. Sekarang masih di kunci sih karena saya sempat krisis kepercayaan diri di awal 2022 hehe. Ada-ada saja ya penyakitnya Asri. 

Tapiiii, hari ini saya mau sharing sesuatu, saya mulai gambar lagi! sayang banget pas lagi semangat-semangatnya malah sakit hehe :'), awal tahun kemarin saya bantuin teman bikin undangan pakai model ala-ala ilustrasi seperti undangan pernikahan saya dulu. Senang sekali dilibatkan dan gambar-gambar lagi!!! Walaupun mengerjakannya super duper lama. Sudah lah lama tidak menggambar, eh langsung project yang lumayan serius. Nah asyiknya karena challenge itu, saya jadi mulai gambar dan doodle lagi. 

Gambar ini kumpulan doodle kucing yang asal-asalan saya buat sambil berlatih dari buku How To Doodle Year-Round karya Illustrator Kamo. Habis coret-coret di Tab, saya rapikan sedikit di laptop dan saya print-out di kertas sticker. Hihi gemes sendiri karena sudah lama sekali tidak bikin perintilan seperti ini. Walaupun hasilnya masih ala kadarnya, but it's still a progress!



Oh iya, saya beli dua buku Kamo, biasanya sering lihat sneak peak how to draw nya Kamo di Pinterest yang pakai Bahasa Jepang, gataunya ada versi Bahasa Inggrisnya. Yang satu lagi judulnya How to Doodle Everywhere. Buku ini bisa dibeli di Periplus. Satu bukunya harganya sekitar 210ribuan. 



Saya gak yakin bisa gambar-gambar lagi dimasa karantina dengan gejala flu yang cukup berat hehe, tapi mari kita lihat siapa tau sempat ya gambar-gambar singkat ketika gejalanya sudah jauh lebih baik.
Kamu bisa download gambarnya untuk di print jadi sticker juga ya! Silakan download untuk pemakaian pribadi bukan untuk di perjual-belikan ok!


Terima kasih sudah membaca!!
Sehat-sehat kalian semua!




Awal Cerita

Jadi, setelah dua tahun sejak COVID-19 masuk Indonesia, melewati gelombang awal dengan lockdown yang menegangkan, suami hampir kehilangan pekerjaan, melewati persalinan di masa COVID gelombang Delta sedang cukup tinggi... Kami (Saya, Mas Har dan Derana) pekan ini merasakan virus ini bersemayam di tubuh kami. (Setidaknya saya, karena hasil tes Mas Har dan Derana belum keluar).

Saya pertama kali mengalami gejala meriang, panas dingin dan agak pusing serta sempoyongan di hari Rabu sore. Sebelumnya, Ibu dan ketiga adik saya lebih dulu sakit. Rumah kami dekat dan saya setiap hari bolak-balik rumah-rumah Ibu supaya Rana banyak yang ngasuh selama saya kerja. Tapi sejak Senin ketika semuanya sakit, saya mulai bekerja dari rumah saya.

Kamis dan Jumat saya izin kerja, gejala saya makin mirip gejala COVID-19, pusing, demam tinggi, meriang, diare, muntah, batuk berdahak, hwadaw deh semua jadi satu. Satu hal yang saya syukuri: Mas Har dan Rana baik-baik saja. 

Kamis saya sempat ke RS untuk tes PCR di Rumah Sakit terdekat dari rumah, sayangnya pelayanannya kacau sekali. Saya diminta menunggu di ujung Rumah Sakit (di area luar), padahal hujan, saya bawa Rana pula, 2x saya dan Mas Har bolak balik ke tempat screening petugas tak kunjung datang, akhirnya saya pergi, tidak jadi tes. Padahal niatnya kan mau bayar cashless pakai kartu asuransi kantor, hiks- ada-ada saja drama RS baru ini. Sudah dua kali saya dibuat menunggu, yang pertama gak tanggung-tanggung sampai 2 jam, waktu Rana masih berumur 3 hari. 

Jumat, saya pesan layanan PCR ke rumah, tes dengan gejala yang tidak berkurang, malah menjadi, saya mulai masuk Flu berat. Sayangnya hasil tes tidak bisa keluar di hari yang sama, karena yang tes sedang banyaaaak sekali. 

Saya membatalkan agenda datang ke pernikahan seorang sepupu, saya dan keluarga lebih tepatnya. Kami takut kami positif dan menularkan virus ini ke semua orang. Pukul tiga sore, hasil saya keluar: Positif, seperti yang saya duga. Saya langsung membuat status di WA dan medsos, mengingatkan beberapa orang yang kontak erat dengan saya, jika memiliki gejala, untuk segera tes juga. 

Apa yang harus dilakukan Jika kamu terkena COVID-19 varian Omicron?

1. Berkabar pada orang-orang yang kontak erat dengan kita. Saya langsung mengabarkan keluarga saya yang memang kontak erat setiap hari dengan saya, dan karena mereka duluan yang sakit, saya yakin ada dari mereka juga yang positif.

2. Lapor RT! Ini penting! Kalau konteksnya tinggal di kampung seperti saya, bukan apartment atau komplek besar, lapor RT bisa membuat Bapak/Ibu RT aware terhadap kondisi warga, kondisi saya dan bisa memberi alert untuk warga lain juga agar berhati-hati.

3. Lapor Satgas COVID-19 Kecamatan. Coba cari lewat instagram puskesmas kecamatanmu! saya juga dibantu adik saya menemukan kontaknya lewat Instagram, nantinya Hotline akan mengarahkan ke petugas. Petugas saya baik dan sangat komunikatif, amat membantu pokoknya. Namanya Bu Wiwin. Bu Wiwin mendata kontak erat dan KK kami, serta meminta kontak erat untuk Swab PCR di Puskesmas di hari Senin (Saya lapor Sabtu sore, dan puskesmas libur). Selain satgas, ada juga petugas lainnya yang jadi health assistance saya, saya mendapat seorang Bidan dari Puskesmas, ia nanti akan bertanya gejala, obat yang kita konsumsi dan akan menyiapkan obat yang dibutuhkan dari Puskesmas. 

4. Konsultasi Tele-Medicine. Bisa pakai aplikasi apa saja, saya pakai Halo-Doc, nanti pilih dokter Covid-19, Dokter akan memberikan resep sesuai keluhan kita. Dan mengarahkan kita untuk mengupload resep tersebut di platform kemenkes: https://isoman.kemkes.go.id/tebusresep. Tebus resep di kemenkes hanya bisa dilakukan kalau hasil tes PCR/Antigen kamu terintegrasi dengan aplikasi Peduli-Lindungi. Jadi pastikan tempat tesnya sudah terintegrasi ya!

5. Lakukan tebus resep di website kemenkes. Dari 5 resep saya, 3 diantaranya bisa di tebus gratis (sudah paket di box). Saya upload Sabtu Malam, Minggu jam 10 datang diantar SiCepat. Khusus layanan tebus resep ini hanya berlaku di Jawa dan Bali ya. Nanti obat akan diantar dari Kimia Farma yang ditunjuk Kemenkes. 

6. Jangan lepas masker. Minum obat sesuai anjuran. Dalam kasus saya yang masih menyusui dan harus menyusui lebih intense agar anak saya imunnya lebih kuat, saya pakai masker 24 jam termasuk ketika tidur (dilepas hanya ketika makan), begitu juga dengan suami saya. 

7. Istirahat yang cukup. Berlebih juga boleh kayanya. Saya sendiri percaya kalau masa ini adalah masa Allah nyuruh saya untuk full istirahat. Jadi saya juga akan lanjut cuti sampai benar-benar sembuh dan gejala hilang. 

8. [Untuk Ibu Menyusui] TETAP SUSUI ANAK! Ini anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia ya, ada lebih banyak manfaat tetap menyusui daripada mudhorotnya, kecuali mungkin pada kasus-kasus tertentu.

9. Tetap tenang! Kebanyakan kasus Omicron tidak seberat Delta kecuali memiliki penyakit lainnya (comorbid) atau lansia. Nah untuk yang tidak kena, jaga diri jangan keluar dulu kalau ga perlu ya, terutama jika di rumahmu ada comorbid atau lansia!

Doakan kami semua lekas pulih ya! Doakan juga kami sabar melewatinya.

Saat ini Rana melewati fase Demamnya (Kamis Malam - Sabtu Siang). Tapi Mas Har baru masuk fase menjelang flu berat (meriang dan pegal-pegal. Saya sendiri di fase flu berat, batuk sangat-sangat-sangat berdahak, ingus tak berhenti mengalir dan mampet terus terusan. 


Halo semua! kali ini aku ingin menuliskan review buku pertama yang berhasil ku selesaikan di Februari 2022. Sejujurnya ada banyak sekali buku yang ingin aku baca di Februari ini, tapi mari kita lihat yaa, berapa yang selesai. ✨

Aku amat tertarik membaca buku ini setelah buku ini masuk radar pilihan Sofa Literasi di akhir Januari kemarin, walaupun tidak terpilih karena kalah vote sama buku Keigo Higashino (yang sudah kubaca tapi belum sempat aku tulis di blog reviewnya!).

Buku ini berjudul Happiness Battle (Haengbok Battle), ditulis oleh Joo Youngha dan dialih bahasakan oleh lingliana. 


Blurb:

Buku ini bercerita tentang kasus pembunuhan misterius seorang ibu dua anak yang sedang mengandung anak ketiganya, bernama Oh Yoo Jin. Yoo Jin yang keseharian hidupnya bisa dilihat di media sosial terlihat sebagai seorang Ibu dan Istri yang bahagia, disayang anak dan disayang suaminya, kehidupannya adalah goals untuk para Ibu atau Istri yang berkunjung ke akun sosial medianya. Ia ditemukan tewas dengan posisi aneh di balkon apartemen mewahnya. Ah Iya, lokasi rumah mereka ini juga lokasi paling prestisius di Seoul.

Kasus ini amat menarik buat Mi-Ho, tokoh utama di buku ini yang awalnya menemukan foto Yoo Jin dan keluarganya di kompetisi foto keluarga bahagia untuk perusahaannya, di foto itu Yoo Jin dan keluarganya tampak sangat bahagia. Yoo Jin ternyata adalah Rekan SMA Mi-Ho. Mi-Ho terkejut mengetahui kenyataan memilukan terkait sahabatnya tersebut. Tak percaya begitu saja dengan temuan polisi, akhirnya Mi Ho menyelidiki sendiri semuanya.

Review Asri:

Alih-alih buku misteri, aku malah merasa ini seperti buku yang sedang memperlihatkan gaya hidup ala beberapa orang di zaman sekarang, yang semuanya "kebahagiaan" nya nampak di medsos mereka. 

Buku ini spesifik menyorot Yoo Jin dan para Ibu high-class di TK Internasional tempat anak-anak mereka bersekolah yang saling bersaing memamerkan kebahagiaan versi mereka. Mereka berlomba-lomba mencari perhatian warganet+saling pandir akan kemewahan yg mereka punya. Kita seperti diajak refleksi (aku yakin sudah banyak yang bilang ini, tapi aku selalu mencamkan ini juga sebagai self-reminder) kalau kehidupan di medsos tidak bisa memberikan gambaran kehidupan seseorang orang.

Sebenarnya aku kurang relate sama case Ibu-Ibu pandir disini ya, karena mungkin belum faseku menemukan Ibu-ibu berlomba memamerkan anak mereka atau harta mereka di medsosku, atau memang circle-ku alhamdulillah isinya tidak seperti itu. Tapi di kasusku yang baru mau memasuki usia 30-an, aku menemukan gejala ini pada beberapa orang yang senang membagikan pencapaian terkait karier mereka. (Yang mana gak salah juga ya, namanya juga sedang membangun personal branding), tapi uniknya seperti halnya Yoo Jin yang begitu megah di sosial media tapi rapuh di dunia nyata, aku juga menemukan persamaan antara teman-temanku yang berlebihan membagikan pencapaian karier tapi aku tau kerjanya tidak sebagus itu. (oh! Asri mode menghakimi!). Sekali lagi personal branding tidak salah, aku sendiri membranding diriku sebagai seorang pembaca, sampai membuat medsos isinya buku semua :'), tapi alangkah baiknya bagi kita untuk memahami betul kalau selain sisi yang diperlihatkan di medsos, ada sisi lainnya juga yang tidak sempurna dalam diri seseorang.

Meskipin jadi banyak refleksi seperti tadi, aku juga mereasa buku ini cukup seru bagian 'misteri/thriller' nya, pencarian Mi-Ho dan petunjuk-petunjuk yang membawanya ke tersangka, seru sekali meskipun rasanya agak lambat. Ah, aku juga suka sekali plot-twist di akhir buku ini!

Banyak yang bilang buku ini mirip Drama Korea Sky Castle, kebetulan aku sudah menonton dan memang ada kemiripan di bagian pertarungan "kebahagiaan"nya, tapi buku ini lebih mencekam karena juga mengangkat isu pelecehan seksual yang buatku cukup trigering. Aku sendiri merasa buku ini harusnya dapat label TW (trigger warning) mengingat ada bagian-bagian yang terlalu detail untuk dibaca.

Seru! Aku memberikan bintang 4,5 dari 5 bintang untuk buku ini!
Aku baca di Gramedia Digital, kebetulan versinya sudah flowing text jadi cukup nyaman dibaca. 

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • Review Buku Angsa dan Kelelawar karya Keigo Higashino
  • Sabtu yang Menyenangkan dan kenapa saya suka membeli bunga
  • Review Asri: Manabeshima Island Japan karya Florent Chavouet
  • Main ke Toko Buku Pelagia Bandung
  • Review Asri - the house of my mother karya Shari Franke

Arsip Blog

  • ▼  2025 (16)
    • ▼  Mei 2025 (3)
      • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yu...
      • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim ...
      • Tiap Anak Berbeda, Termasuk Proses Melahirkannya; ...
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes