Saya pernah cerita bukan, tentang program moeda mengabdi, sebuah program kerjasama guru sekolah alam mahira dengan bengkoeloe moeda community yang mengajar di desa Pagar Jati, Bengkulu Tengah.
Program ini telah berjalan empat bulan, dengan suka dan duka yang sama porsinya, walaupun bagi saya pribadi lebih banyak suka yang saya rasakan disini, diprogram ini bersama teman-teman. belakangan ada kekhawatiran sendiri yang dirasakan Retno yang sekarang masih di semester kedua kuliahnya. alasannya wajar sih, kebanyakan moeda yang mengikuti program ini adalah teman-teman seangkatan saya yang beberapa bulan lagi akan pergi KKN selama 2 bulan di Muko-Muko, ujung Provinsi Bengkulu yang sangat jauh dari Benteng. jika dihitung moeda yang aktif dalam program ini, sedikit sekali yang akan tersisa jika kami pergi KKN, saya sendiri tidak mengikuti KKN tahun ini, tapi mengikuti program pertukaran pelajar yang juga sekitar dua bulan di Malaysia, begitu juga Ronald, di Kamboja.
Sekarang ini, semuanya sedang sibuk mencari moeda-moeda baru yang masih dalam semangat tinggi mengajar disana, saya suka mengajar, dan saya suka mengajar disana, walaupun pengajaran disana jauh dari sempurna, tapi mendengar mereka membacakan niat wudhu dengan baik menimbulkan perasaan bahagia tersendiri, atau ketika melihat vijay (anak yang memeliki kelebihan,tunarungu dan tunawicara) yang biasanya memukul-mukul anak lain, terlihat konsentrasi dan terlihat menyukai kegiatan mewarnai yang kami adakan minggu lalu.
Mereka punya tempat dihati saya. dan saya harap saya dan teman-teman yang lain juga memiliki tempat dihati mereka.
Banyak dari mereka yang masih hanya ingin bermain, kurang peduli dengan 'ngaji dan belajar Quran' yang menjadi tujuan utama kami mengajar disana, but it's fine, semuanya harus dimulai dari rasa gembira terlebih dahulu bukan ? Kemarin ada anak yang baru bergabung, Adit namanya, ia datang dengan baju kumal sisa bermain tanah dan terlihat canggung, saya ajak mengobrol dan mencoba mengetes kemampuannya mengaji, ternyata tak satupun huruf hijaiyyah yang ia kenal, jadi hari itu saya memperkenalkan dua huruf baru padanya, A dan Ba. usai mengaji, ia bertanya malu-malu "mba, beli buku kaya gini ni dimana ? harganya berapa ?" sambil menunjuk buku iqra yang saya pegang. "adit mau belajar dirumah" . Ya Allah mendengar kata-katanya yang polos itu . . :')
hal-hal seperti itu yang membuat saya merindukan mereka dan makin merindukan mereka tiap minggunya.
mungkin kita termasuk saya adalah orang yang lupa bersyukur betapa berartinya pengajaran yang diberikan orang tua kita ketika kita kecil, hingga kita bisa membaca kitab Allah hari ini, tapi dibagian daerah lain, yang belum terlalu jauh dari tempat kita berdiri, masih banyak anak yang menunggu seseorang yang akan mengajarinya sekedar untuk membaca huruf alif, ba, ta, tsa.
Bengkulu, 9 April 2013
@acicio8
|
Abi, bocah kecil di dusun 2 dan perjalanannya dari balai desa ke mushola |