Journal Asri
Songkhla diary no.1 
Sebelum berangkat ke Thailand, saya berjanji untuk menulis tentang berbagai hal yang saya temui di sini. Terutama tentang destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Dan banyak sekali memang yang bisa saya tulis tentang Songkhla. Tapi di diary No. 1 ini, saya memberikan special tribute untuk dua teman yang senantiasa membantu saya di hari-hari pertama di Thailand. Siapa ? Ini lah mereka The CEO wannabe : Diogi dan Windy.
The CEO Wannabe
Diogi dan Windy, yang sudah tiga bulan lebih dahulu berada disini, mengikuti course selama setahun penuh di Faculty of Business and Administration RMUTSV, mereka berdua yang menjemput saya di Stasiun Hatyai, memberi semua info tentang hal-hal dasar tentang budaya dan kebutuhan sehari-hari juga guide yang selalu memberi petunjuk tentang rute dan tempat di Kota ini.
Karya Diogi di Thailand :)
Pengalaman jajan pertama ditemani mereka : Nasi Kuning
Kenapa saya memberikan tribute pertama saya kepada mereka ?
Well, I'm really proud of them :) tiga bulan disini, mereka sudah bisa menguasai percakapan dasar berbahasa Thailand, bisa berinteraksi dengan para tetangga, benar-benar serius belajar, mendapat nilai tinggi dikelas yang mereka ambil, and another thing : Mereka bukan cuma belajar di kampus, tapi belajar hidup di negeri orang. Bukan sekedar hidup ! mereka melakukan sesuatu untuk hidup, yup mereka membantu seorang teman berjualan di sebuah pasar malam tiap senin, selasa dan rabu. Usai kuliah, jam lima hingga setengah sepuluh malam, mereka mempersiapkan semua hal untuk berjualan baju dan menjajakannya, dalam bahasa thailand !!
Preparation

Preparation
Saya kaget, mereka berkembang jauh sekali, kisah mereka sangat jauh dengan kisah para alumni program exchange yang kadang terdengar membanggakan bagi mereka. Saya sendiri yakin dari seluruh alumni program exchange, baru mereka berdua yang pertama kali melakukan kegiatan ini, berjualan, berinteraksi langsung dengan warga, menjajakan dagangan tanpa malu. Dan ini jauh lebih membanggakan dari pada mendengar cerita seorang alumni yang bisa mengibarkan bendera saat 17-an di konsulat, atau pergi jalan-jalan ke Banyak tempat and spend much money selama program exchange.
They Speak in Thai !!
Jualan baju di pasar malam. Mungkin terdengar biasa malah rendah bagi sebagian orang, tapi toh tidak buat saya, apalagi melihat mereka berdua mendapat banyak sekali pelajaran dari kegiatan ini, Pertama  kegiatan ini juga benar-benar membuat bahasa Thailand mereka terupgrade sangat cepat. Mereka bisa menjajakan dengan bahasa Thailand, serta menjawab pertanyaan berbahasa Thailand yang diajukan pembeli. Kedua mereka jadi terinspirasi dengan banyaknya wirausaha muda di Thailand. Jay, teman yang mereka bantu, sudah bisa kredit mobil di tahun ketiga kuliahnya. Jadilah mereka berdua pun memasang mimpi bisa membeli mobil dari usahanya. Semua mimpi mereka tulis dan tempel di atas meja belajar kamar mereka. Cita-cita terbesarnya menjadi CEO diperusahaan masing-masing.
Kalau lagi laris, bisa sampai 40 baju terjual dalam semalam
Selain mimpi-mimpi tersebut, mereka juga punya rencana besar untuk Bengkulu dari hasil riset selama menjalankan usaha di Songkhla, Rencana itu benar-benar mereka rancang dengan serius. Saya tak bisa memberi tahu rencana tersebut, walaupun mereka menceritakannya dengan suka hati, hak mereka untuk memberi tahu dunia tentang rencana tersebut.
Waktu Ramai :) Ada aura CEO yang terpancar nih :P
Malam ini, saat menulis diary pertama di Kota ini, saya menyelipkan sebuah doa untuk mereka : sukseslah dan jadilah CEO di perusahaan masing-masing !
Amien
Welcome to Malaysia
Hari minggu tanggal 6 oktober lalu saya berangkat ke dari Bengkulu ke Thailand untuk program exchange saya selama dua bulan. Karena ongkos pesawat ke Thailand yang sangat mahal, saya dan seorang teman memutuskan untuk transit ke Kuala Lumpur dan melanjutkan perjalanan ke Hat Yai naik kereta, costnya tentu jauh lebih murah. Kami naik pesawat siang dari Bengkulu, dan menunggu pesawat malam ke Kuala Lumpur.
Stt, ini perjalanan pertama saya ke negeri orang. Saya bukan anak orang kaya yang biasa mengajak anaknya liburan ke luar negeri, atau bukan pekerja kantor yang bolak-balik ditugaskan keluar negeri Jadi saya sangat excited :) apalagi waktu lewat bagian imigrasi dan paspor saya dicap pertama kali, sesuatu.
Menunggu kereta di KLIA
Karena kereta ke Thailand baru berangkat jam 9 malam keesokan harinya, jadi saya memilih menginap di Bandara, teman yang pergi bersama saya sudah pernah numpang tidur di Bandara ini, katanya aman. Saya tentu saja mengiyakan, kan gratis :). Tapi bandara KLIA, Kuala Lumpur International Airport memang berbeda ya dengan Soetta, mungkin sama besarnya, yang membedakan adalah bangunan dan fasilitasnya. Rasanya baru datang ke Bandaranya saja sudah seperti datang ke satu tempat wisata sendiri di Malaysia. dan fasilitasnya juga super, untuk mengambil bagasi saja kita diantar naik kereta ke gedung yang berbeda.
The Tea, enakan Teh ! lebih murah -,-
Keesokan harinya kami naik bus ke LCCT, semacam bandara domestiknya Kuala lumpur, naik bis RM 2.5 sekalian sarapan disini, saya yang tak pernah kesini cuma bisa manut ketika teman saya memilih McDonnald sebagai tempat makan. Memesan Hotcakes + Teh Hangat yang harganya sampai RM 13, ga cocok sama niat hemat dari awal :). Dari LCCT lanjut naik bis KLC, Stasiun Kereta pusatnya Kuala Lumpur, disini kami akan naik kereta jam 9 malam nanti, planning yang sudah direncanakan dari jauh hari adalah menghabiskan sehari penuh keliling Kuala Lumpur.
Keychain RM 9.9 each
Kami menitipkan barang-barang di Loker Stasiun, untuk barang kecil seperti tas jinjing dan ransel saya, cukup 1 loker kecil yang sewanya RM 5 per malam, untuk koper besar RM 20 permalam. Setelah menyimpan beban dan hanya membawa tas dengan barang penting seperti paspor, uang dan (tentu saja) kamera. Kami mulai berpetualang.
Disini saya kagum, sangat kagum malah dengan sistem transpotrasi umum di Malaysia. Dengan fasilitas kereta yang datang tiap lima menit sekali dengan kondisi sangat bersih dan full AC, kita hanya perlu mengeluarkan RM 1.6, sekitar 5.000 dalam rupiah, tentu saja ini bisa mengurangi kemacetan dengan efektif. Ditambah lagi rute yang diberikan benar-benar dari ujung ke ujung.
Suria KLCC
Tempat pertama yang kami datangi adalah KLCC, tempat si duo gedung pencakar langit yang menjadi ciri khas kota ini, tadinya saya mau langsung kedepan gedung, mengambil foto. Tapi partner saya mengajak untuk masuk ke Suria terlebih dahulu, dia memang punya niat belanja :) satu hal yang saya hindari sejak awal merencanakan perjalanan program ini. Suria memang mentereng dengan jejeran butik ternama mulai dari Chanel sampai Louis Vuitton, brand kegemaran anak muda Uniqlo, supermarket dari jepang Isetan, tapi namanya Mall, dimana-mana menurut saya sama, Suria tak ada bedanya dengan Trans Studio Mall di Bandung, yang beda ya bangunannya, tapi untuk masalah bangunan Mall, sampai sekarang saya masih ngefans sama Paris Van Java dan Cihampelas Walknya Bandung, sorry Suria ! kalaupun ada hal menarik di Suria, the one and only is Kunakuniya, gramedianya jepang yang nongkrong di Malaysia, keren kan rasanya masuk ke toko buku yang setengahnya diisi buku berbahasa dan abjad jepang :).
The Twin Tower : Normal Mode
The Twin Tower : another mode
The Twin tower : another mode
The Twin Tower : Last Mode
Selesai melihat-lihat Suria, baru saya bisa berjalan ke depan petronas. Memang keren sih :) Secara ada di 10besar gedung pencakar langit dunia. Saya sendiri mencoba memotretnya dari sisi lain, bosan dengan gaya dua tower dengan jembatan ditengahnya.
Masjid Jamik Kuala Lumpur
Masjid di Tengah Kota
Setelah puas dengan Tower tersebut, kami lanjut ke Masjid Jamik, masjid besarnya Malaysia, sayang bagian museum disamping masjid sedang di renov, jadi saya hanya bisa masuk untuk melihat dan numpang mengambil foto, setelah itu kami kembali ke Suria. Kenapa ? karena disekitaran Masjid Jamik ada poster besar Lunch Treat KFC yang hanya RM5.5 dan KFC terdekat yang kami tau adanya di Suria. Usai makan dan kembali ke KLC, ternyata ada juga KFC disana ! buang-buang uang RM 1.6 dah !
Tapi setelah semuanya, gapapa lah, hitung-hitung pengalaman. Lain kali kalau ada kesempatan kembali ke Kuala Lumpur, ada beberapa tempat yang sangat ingin saya kunjungi, seperti Istana kerajaan mereka dan Kampung Cina. Semoga akan ada kesempatan berikutnya. Amien
jalan kecil dengan bangunan tinggi dan traffic padat : berasa New York


disebelah stasuin Masjid Jamik : Tempat belanja jalanan dengan harga terjangkau
Day 2 - Grande

Dihari kedua sebenarnya saya hanya ingin datang melihat kompetisi surfing Nasional di Pantai Panjang. Penasaran, hehe soalnya walaupun cantik tapi ombak di Pantai Panjang tak terlalu ciamik untuk dijadikan tempat seluncur. Tapi ternyata saya datang kesiangan -.-
Kompetisinya sudah dimulai dari pagi jam enam. Saya jam sebelas baru sampai di Pantai. Akhirnya saya mengajak Rasyid, teman Kamboja yang pernah saya ceritakan sebelumnya untuk sekedar sight seeing di arena Expo. Rasyid datang di jemput Jeri, salah seorang teman yang baru kembali setelah mengikuti program culture exchange di Thailand.
The Greys

Ternyata sambutan di Stan memang lumayan beda ya kalau yang datang beneran Turis. Hee, begitu masuk dan mampir ke stan Kementrian Pariwisata dan mengobrol sedikit, Rasyid langsung dihadiahi Souvenir Package berupa Tas Batik yang bikin mupeng ditambah semua buku tentang Pariwisata Indonesia. Dia sendiri mengaku kaget, di Kamboja juga ada exhibition seperti ini, tapi jangan harap bisa dapat barang-barang gratis. Kurang lebih begitu katanya. main main lagi ke stan-stan lain, ia diberi lebih banyak guide book, sebenarnya sama seperti yang saya dapat kemarin. Tapi memang ada yang lebih, seperti Buku Kepri yang saya suka, ia dapat versi yang lebih besar dan lebih lengkap.
I'm the champion

Usai mengunjungi stan Expo, saya pamit karena ada perlu, tapi berjanji kembali jam empat sorenya, bersama dengan seorang teman yang memang ingin datang juga ke Expo.
Kami disuguhi Tarian dan pementasan budaya tiap daerah disore hari, penarinya cantik-cantik sekali :)
Ayu, Geulis, Cantik, Beautiful apalah :)
Sayang kami semua harus pulang begitu Adzan Maghrib berkumandang, kemarin saya pulang kelewat malam, jadilah hari ini harus pulang lebih awal. Padahal masih ada acara Final Bujang Gadis Bengkulu. Tapi nampaknya memang lebih baik saya pulang, ketika sampai rumah hujan turun deras, dan dipantai saya yakin hujannya ditambah dengan badai.

Penabuh



Camkoha

Suara bagus, penghayatan Ok, sayang saya ga ngerti arti lagunya -.-
 *Bahasa Minang

Gladiresik penari sebelum acara Pembukaan di Malam hari.
Pantai memang bagian yang tak terpisahkan bagi masyarakat Bengkulu, termasuk bagi saya, waktu sedang sering sekali nebeng teman naik motor ke kampus. Jarak tempuh dari rumah ke kampus yang memakan 45 menit hampir semuanya menyisir sisi pantai. Pantai, Laut, Biru. Itu yang menjadi pemandangan tiap hari.
Mungkin hal ini yang melatarbelakangi pemerintah Provinsi Bengkulu mengadakan event ini tiap tahunnya. Festival Pesisir Wisata Pantai Panjang atau lebih dikenal Rafflesia Beach Festival. Tahun ini caranya berlangsung di Sport Center Pantai Panjang dari tanggal 27-30 September 2013, kebetulan juga berbarengan dengan event Kota Bengkulu, Bengkulu Expo dan LIPI Expo. Jadi tiga acara ini berlangsung menjadi satu.

Oiya, pembukaannya bertepatan dengan Hari Pariwisata Dunia :)

Ini pengalaman pertama saya mengikuti festival seperti ini di Bengkulu, hee dulu saya tak pernah berani pulang malam, tapi karena ada teman yang juga datang di acara ini saya berani datang pembukaan yang memang baru mulai jam delapan malam.
Acaranya sangat megah, atau setidaknya pembukaannya :). Dari pamplet yang saya dapat akan ada juga kompetisi surfing nasional, Volly pantai, Sepeda Lintas Alam, Kuliner Laut, Pagelaran Seni Budaya, Pameran produk Bengkulu dan yang paling saya suka dari semua list adalah Pameran Kemilau Sumatera. Yap, ada provinsi-provinsi lain di Sumatera yang juga turut berpartisipasi membuka stan dan menampilkan berbagai pagelaran budaya.
Cuma Replika Rafflesia Arnoldi :)Yang asli ga bisa dipindahin
Hari pertama saya hanya keliling didalam stan. Well, bukan hanya sih, saya hampir menghabiskan empat jam didalam stan. Tidak seru kan kalau kita hanya lewat lalu tanda mendapat informasi apapun :). Di Setiap Stan Pariwisata daerah, saya selalu menyempatkan mengobrol dengan penjaga stan, kebanyakan tentang destinasi wisata, biasanya usai ngobrol panjang saya diberi oleh-oleh berupa guide book pariwisata di Provinsi tersebut :) Yang paling keren Provinsi Sumatera Barat yang memberikan Pamplet Wisata, Dua DVD Dokumentasi Wisata plus Tas Hitam bergambar Istana Baso Pagaruyung, satu lagi provinsi yang sangat 'niat' adalah Provinsi Riau dan suadaranya Provinsi Kepulauan Riau. Di Stan Prov. Riau ada sepasang Bujang Gadis yang siap menjelaskan tentang destinasi Wisata diprovinsinya, sedangkan Prov. Kepri memberikan beragam info ditambah Guide Book yang paling TOP dari semua guide book yang saya dapat.
Kok jadi pendek banget yaa ? :P

Untuk stan pariwisata daerah di Bengkulu, yang keren Kab. Rejang Lebong. Setidaknya mereka tampak siap dengan menyediakan guide book dan goodie bag untuk pengunjung yang datang. Kab. Kepahiyang juga menyediakan buku, tapi tak ada yang menjelaskan tentang destinasi wisatanya :(. Sedangkan di Stan Kab. Kaur, saya hanya mendapat beberapa flyer sederhana, tapi asyiknya di stan ini saya mencoba kopi luwak khas daerah Kaur.
Kopi Luwak di Stan Daerah Kab. Kaur

Di Stan LIPI, saya hanya benar-benar tertarik dengan stan sosial dan Lingkungan, yang lainnya terlalu IPA :) saya tidak mengerti ketika penjaganya menjelaskan tentang magnet dan mobil hybrid.
Masih ada hari kedua dan hari terakhir. Saya akan kembali datang :) Melihat kegiatan lainnya. Saya belum sempat banyak memotret, terlalu asyik ngobrol dan mencari guide book yang bisa dibawa pulang.
 
And here it is, Rampokan dari Sore :) asupan tambahan biar semangat Keliling Sumatera



Belajar

Saya selalu ngiler tiap melihat jepretan para travel blogger di blognya masing-masing, gambarnya selalu keren dan membuat saya ingin mengunjungi tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi. Saya pikir selain teknik fotografi yang telah mereka kuasai, mereka juga ditunjang dengan kamera yang mumpuni, DSLR atau apalah namanya kamera yang besar dengan lensa panjang itu. Saya selalu bermimpi punya kamera seperti itu. Tapi lebih ingin lagi membelinya dengan uang saya sendiri.
Tahun ini saya tepat berusia 20 tahun, dan selain diberi hadiah doa terindah dari Bapak dan Ibu, mereka juga memberi saya hadiah tambahan, Kamera. well mereka memang tak pernah bilang itu hadiah ulang tahun, mereka pun tak memilih kamera itu untuk saya, hanya memberikan uangnya dan saya bebas memilih sendiri kamera yang saya mau. Tak banyak, tapi cukup untuk memberi sebuah pocket kamera. Ada beberapa pilihan yang bisa saya ambil waktu memilih membeli kamera, semuanya jenis kamera saku dengan harga dibawah satu juta. Saya sempat berpikir untuk menabung dan membeli kamera dengan kualitas lebih baik ketika tabungannya nanti cukup. Tapi urung, karena saya bosan mengambil gambar dengan kamera 2.0 MP di handphone saya. Saya benar-benar ingin memiliki kamera dengan kualitas yang lebih baik, jadilah saya memilih membeli kamera pocket Fujifilm Finepix JX650. Harganya terjangkau ditambah lagi tambahan bonus Memory sampai 8 GB.
Setelah memiliki kamera pocket saya jadi rajin membaca tips memotret dengan kamera ini, tapi tak banyak, atau tak sebanyak tips memotret dengan kamera DSLR, tapi beberapa tips memang sangat membantu. Beberapa hari setelah membeli kamera ini pula saya membeli buku Travel Writer karya Yudasmoro, yang tulisannya sering saya baca lewat blognya. dalam buku itu ia menjelaskan tentang travel photography yang tak harus menggunakan DSLR, beberapa liputannya malah hanya menggunakan kamera handphone. Saya senang sekali membacanya :) karena kamera yang saya gunakan memang jenis pocket, walaupun bukan karena kepraktisannya. Saya menggunakan kamera pocket karena kamera saya hanya satu ini :).
Saya juga sempat menonton Agustinus Wibowo, seorang travel writer yang telah menulis beberapa buku perjalanannya di Asia Tengah, di acara tersebut ia berkata bahwa kamera yang ia gunakan saat traveling dulu adalah jenis kamera yang sesuai dengan saku mahasiswa. Kamera pocket.
Saya jadi yakin, memang tak harus mempunyai DSLR untuk membuat foto yang indah, walaupun keuntungan DSLR memang membuat foto menjadi lebih indah buat saya. Tapi akan lebih hebat kalau kita bisa mengambil gambar saat moment terbaik dan membuatnya menjadi foto yang membuat orang yang melihatnya tersenyum atau menahan mata untuk memandangnya agak lama. dengan kamera apapun itu. Sekarang ini yang bisa saya lakukan adalah belajar, belajar dan belajar.
Oya, ini bukan postingan antiDSLR, saya sendiri berharap suatu hari bisa memiliki kamera jenis itu :) Semoga suatu hari, Amin
Belajar :)

Belajar



Partner belajar saya : Tyas dengan Sony Cybershoot DSC-W630

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Jalan Panjang untuk Pulang karya Agustinus Wibowo
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim Ho-yeon
  • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, Bacaan untuk Memahami Pembantaian Massal 1965 dalam Konteks Global

Arsip Blog

  • ▼  2025 (20)
    • ▼  Juni 2025 (2)
      • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, ...
      • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
    • ►  Mei 2025 (5)
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes