Journal Asri

Kids don't remember their best day in front of television. 

Pernah mendengar kalimat diatas ? Anak-anak tidak mengingat hari terbaik mereka di depan televisi. Saya beberapa kali membaca kalimat tersebut di timeline Facebook saya. Kebanyakan di share oleh pages Children and Nature Network. 

Saya memang belum pernah menjadi orang tua, belum memiliki anak dan bahkan belum menikah, namun saya menghabiskan sebagian besar waktu saya bersama anak-anak dan percayalah, setiap kali habis liburan atau weekend mereka akan kembali ke sekolah dengan sumringah, semangat bercerita tentang liburan mereka yang isinya adalah tentang bermain di luar rumah, jalan-jalan bersama keluarga atau pergi berlibur bersama. Kalaupun ada yang menghabiskan waktu dengan menonton, ia tidak pernah terlihat antusias, malah malas menceritakan karena menurutnya liburannya tidak seru.

Memang tidak mudah memisahkan televisi dari kehidupan anak, kecuali ayah dan bundanya sepakat untuk menyingkirkan TV dari rumah, dikelas saya ada loh ! Saya sendiri amat sangat menyarankan anak-anak untuk menghindari televisi untuk acara-acara tertentu, sinetron adalah musuh menyeramkan yang bisa membuat anak-anak mendapat ceramah panjang dari saya jika mereka mulai membahas di kelas. 

Banyak orang tua yang menganggap remeh pengaruh nonton sinetron pada anak-anak, terutama orang tua yang ikut menonton sinetron tersebut. Mungkin menonton sinetron tidak begitu bermasalah jika sinetron yang mereka tonton adalah acara bermutu dengan jam tayang satu minggu sekali seperti acara televisi diluar negri, masalahnya acara yang mereka tonton adalah sinetron kejar tayang yang baik kualitas cerita, gambar maupun akting para pemerannya tak ada yang bisa diberi jempol. Malah sangat buruk.

Pada anak-anak kelas bawah yang mulai menonton sinetron, mereka mulai mengenal istilah pacaran dan beragam contoh bagaimana pacaran itu dari sinetron yang mereka lihat, mereka juga belajar bahwa lingkungan kita memperbolehkan kita untuk berteriak, berkata kasar dan berbuat tidak sopan kepada orang yang lebih tua, mereka belajar beragam sikap yang mati-matian saya tekankan merupakan perbuatan yang tidak boleh dilakukan, melawan orang tua, melanggar peraturan, menggoda teman, berbuat usil, menunjukkan sikap sombong, pilih-pilih teman dan beragam perilaku buruk lainnya.

Adakah perilaku baik yang bisa ditiru dari sinetron Indonesia ?

Well, saya beberapa kali menonton sekilas sinetron Indonesia di chanel R*TI dan S*TV yang merupakan produsen raksasa sinetron di dunia pertelivisian kita, semuanya yang pernah saya tonton tak ada yang bisa memberikan sikap yang bisa ditiru oleh anak, beberapa malah bisa memberikan persepsi yang salah pada anak-anak. 

Sedih rasanya melihat acara televisi kita yang sedikit sekali bisa mendidik anak-anak, padahal merekalah yang kemungkinan menghabiskan waktu di depan TV, beberapa chanel seperti TVRI dan Trans7 memiliki acara alternatif yang bisa di tonton oleh anak-anak, namun chanel-chanel lain masih sedikit sekali memberikan slot acara yang bermutu.

Saya berharap suatu hari pemerintah kita bisa lebih tegas memberikan aturan penayangan acara televisi, tidak sembarang acara bisa tayang. Ingatan saya ketika menonton TV saat kecil dulu adalah acara acara tutorial menggambar atau cerita-cerita unyil dan keluarga cemara di TV, anak-anak generasi ini harusnya memiliki kesempatan untuk mengenang acara-acara bermutu seperti waktu saya kecil dulu.







Okay, sambil menunggu kick off babak pertama pertandingan perempat final EURO 2016 Jerman vs Italia, mari saya lanjutkan cerita yang bisa saya bagi.

Cerita ini dimulai dari mimpi dan keinginan yang amat sangat dalam untuk menjadi pengajar muda pada program Indonesia Mengajar (IM), saya mendapatkan info pertama kali tentang IM pada tahun 2011/2012 ketika saya masih menjadi mahasiswa imut di kampus. Saya membaca flyer di mading kampus tentang program ini dan sibuk browsing di Internet, ketika membaca lebih jauh tentang program dan blog pengajar muda generasi awal saya langsung bertekad untuk mendaftarkan diri mengikuti program ini ketika tamat nanti. 

Sambil menunggu tamat, saya dan beberapa teman-teman di Bengkoeloe Moeda Community membuat program kecil yang memiliki misi yang sama dengan IM, mencerdasakan kehidupan bangsa. Kami membuat program Moeda Mengabdi yang bisa kamu baca lebih lanjut dengan membaca tautannya. Program kami tentu jauh dari sempurna dan amat sangat berantakan dibanding IM, tugasnya sama-sama mengajar, namun hanya seminggu sekali, dengan pengajar yang tidak tetap dan dana yang berasal dari kantong masing-masing volunteer, tapi jauh dari dugaan program ini yang pertama kali berjalan di awal 2013 masih berjalan hingga hari ini, dengan volunteer yang terus berganti tiap minggunya. Adik-adik kami di desa Pagar Jati, Bengkulu Tengah mendapatkan pengalaman bermain dan belajar bersama dari kakak-kakak yang siap menebarkan inspirasi tiap minggunya. 

Usai tamat tahun 2014 lalu saya langsung mendaftar begitu pendaftaran angkatan ke 10 di buka, saya lolos tahap seleksi pertama, menjadi 1 dari 200an kandidat dari 10.000 lebih pendaftar, saya sangat senang dan bahagia waktu itu, saya masih ingat hingga hari ini pengumuman di keluarkan di malam tahun baru dan saya langsung menangis saking bahagianya (dasar cengeng), saya mengikuti seleksi tahap kedua namun sayangnya saya belum ditakdirkan untuk menjadi pengajar muda di tahun itu, saya langsung menyibukkan diri dengan hal lain dan tidak larut bersedih. Berhasil lupa, saya sibuk mengajar di sekolah baru, SD PRIMA, tempat yang amat sangat menyenangkan untuk belajar bagi guru baru seperti saya. 

Beberapa bulan lalu, di timeline facebook saya muncul posting dari Allan, sahabat saya yang sebenarnya berkesempatan menjadi PM tangkatan X namun memilih untuk melanjutkan S2 di ITB. Ia membagikan tautan pendaftaran angkatan XII dengan menambahkan kalimat "saatnya keluar dari zona nyaman". Saya iseng berkomentar, "mungkin saya harus mencoba mendaftar lagi, keluar dari zona nyaman :)". Entah bagaimana saya akhirnya memutuskan untuk mendaftar dan ditengah kesibukan mengajar saya menyempatkan diri mengisi essay sampai selesai di hari terakhir pendaftaran tanggal 30 Mei lalu. 

Sekolah makin sibuk, UAS, LPA dan Persiapan membuat film bersama anak-anak membuat saya lupa saya sedang mendaftar IM, sampai suatu pagi salah satu teman satu angkatan di Universitas menghubungi menanyakan apakai ada email yang sampai dari IM, karena ia sudah mendapatkan email yang memberitahukan ia belum lulus kali ini. Saya jadi was was, ingat kembali kalau saya sudah mendaftar, akhirnya tanggal 27 Juni lalu, saya juga mendapatkan email. Alhamdulillah untuk kedua kalinya saya lulus tahap pertama, Agustus nanti insya Allah saya berangkat ke Jakarta untuk mengikuti tes tahap kedua. 

Apakah ada yang berbeda kali ini ?

Ya, tentu ada yang membedakan :) tahun lalu saya mendaftar dengan harapan tinggi akan terpilih, saya uga tidak punya fokus lain, sibuk memikirkan kemungkinan lulus dan tidak lulus, kali ini saya akan mencoba yang terbaik untuk mencari tahu jalan terbaik yang Allah pilih bagi saya. Jika saya lulus berarti Allah mengizinkan saya untuk belajar kembali di tempat baru, memberikan kesempatan bagi saya untuk menjadi orang kaya yang hartanya tidak akan berkurang jika dibagikan kepada orang lain. Jika tidak, berarti Allah menginginkan saya untuk tetap mengabdi di Cimahi, kembali mengajar di Sekolah Prima dan berada ditengah keluarga tercinta. 

Apapun yang akan terjadi nanti, saya akan tetap mengeluarkan kemampuan terbaik saya :) tidak setiap orang mendapatkan kesempatan kedua bukan ?! So, Bismillah semoga apapun hasilnya nanti itu yang terbaik bagi saya.

Menjelang hari raya, semua orang jadi khilaf belanja.


Tahun-tahun sebelum ini saya tak pernah sibuk belanja menjelang hari raya, apalagi belanja baju, selepas SMP saya tak pernah lagi sibuk dengan baju baru, saya lebih suka dapat mentahnya dari Bapak dan Ibu :)

Tapi tahun ini agak berbeda, saya sudah bekerja dan mulai memiliki uang sendiri !! dan kemarin adalah hari dimana saya pada akhirnya menjadi bagian dari orang-orang yang terkena sindrom belanja lebaran, bedanya saya tak menghabiskan uang untuk membeli barang baru dan bukan barang-barang yang akan digunakan lebaran nanti. Saya kalap belanja buku, walaupun saya selalu kalap setiap kali belanja buku, kemarin adalah kalap sekalap kalapnya karena saya membawa uang yang cukup banyak T.T.

Sebenarnya saya hanya ingin membeli komik yang sudah saya pesan. Tapi abang langganan saya di Dewi Sartika menawarkan beberapa buku yang susah sekali ditolak karena 1. Bukunya bagus dan 2. Harganya murah, jauh lebih murah daripada saya membeli di toko buku atau hunting online, akhirnya saya pulang membawa bawaan yang sangat berat karena memang bukunya cukup tebal. 

Saya mendapatkan set buku Gajah Mada 1-5 karangan Langit Kresna Hadi, buku Sejarah Dunia Kuno yang ditulis Bauer, beberapa komik DDS dan Detective Conan, seri komik musik La Corda d'Oro, buku anak berbahasa inggris tentang Mozart, Lord of The Rings part 2, dua buku ensiklopedia terbitan pustaka lebah dan tiga buku anak berbahasa korea, terakhir saya membeli buku Indonesia Mengajar karangan Pengajar Muda angkatan pertama. 

Cukup banyak bukan untuk ukutan sekali belanja ? 

Sebenarnya saya tidak pernah bangga tiap kali gelap mata ketika belanja buku, malah seringkali takut tidak terbaca, buku-buku yang saya sebutkan diatas tadi akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk dibaca. Tapi saya juga tidak akan berpura-pura sedih karena uang saya habis untuk dibelikan buku, entah mengapa saya selalu merasa bahagia setiap habis hunting buku, walaupun saya tahu sebulan penuh ini saya tidak akan bisa pergi kemana-mana karena uang saya habis untuk buku.

Nah, dengan banyaknya dana yang saya habiskan untuk membeli buku saya jadi termotivasi untuk lebih sering menulis ulasan buku yang saya baca, walalupun ulasan saya belum sekeren ulasan blogger buku yang saya baca, tapi semoga ulasannya nanti bisa bermanfaat bagi yang membaca :) 

Oh iya sudah hari ke 27 di bulan Ramadhan, artinya 3 hari lagi lebaran dan suasana liburan sudah sangat terasa, walaupun saya sudah libur selama seminggu  !! hehe, seharusnya saya punya banyak waktu untuk menulis di blog :) semoga liburan lebaran ini bisa jadi waktu yang produktif ya bagi kita semuaa ! Amien

Once upon a time . . .
Pada suatu waktu . . .
Di sebuah kerajaan yang makmur . . .

Dongeng 1
Kalimat-kalimat tersebut adalah beberapa kalimat favorit anak-anak saya di kelas. Mereka sangat suka sekali mendengarkan dongeng, saya sendiri awalnya tidak terlalu suka mendongeng, saya tidak penah merasa menjadi pendongeng yang baik, tapi semuanya berubah ketika saya mendongeng di kelas pertama kali. Saya bercerita tentang asal mula cerita seribu satu malam, daaaan, kelas saya yang biasanya selalu ribut tiba-tiba senyap, semuanya mendengarkan cerita saya dengan seksama dan saya juga menjadi percaya deiri menggunakan bahasa dan ekspresi yang berupa ketika bercerita. Sejak saat itu saya jadi sangat suka mendongeng di kelas. 

Dongeng 2
Semester genap lalu saya mulai mendongeng sambil membawa buku-buku cerita anak yang menarik, salah satunya adalah seri Harry Potter. Saya kira anak-anak tidak akan terlalu tertarik mendengar cerita ini, tapi ternyata mereka sangat antusias mendengarnya, bahkan mampu menghafal beberapa nama-nama tokoh yang cukup sulit disebutkan. Setidaknya setiap hari saya menyiapkan waktu 30 menit untuk melanjutkan cerita Harry Potter, kadang sambil menggambar di papan tulis, sambil duduk lesehan di lantai, berkumpul di meja besar di belakang, atau melingkar di dekat pojok baca dikelas kami. 

Rasanya senang sekali bisa menceritakan salah satu petualangan paling seru didunia. Beberapa dari mereka tertarik untuk membaca bukunya. Jadi tukang dongeng ternyata seruuuu sekali :) walaupun begitu saya masih harus banyak belajar dan membaca banyak dongeng untuk diceritakan kepada anak-anak. Oh iya di Sekolah PRIMA, Pak Donny yang mengajar kelas 5 dan kelasnya persis disebelah kelas 2, sangat jago sekali mendongeng, saya sering mendengarkan diam-diam ketika Pak Donny mendongeng di kelas 5 dan anak-anak juga sangat suka sekali mendengarkan dongeng dari Pak Donny.

Dongeng juga ampuh sekali untuk meningkatkan kemampuan berbahasa mereka, beberapa kali saya minta gantian mereka yang mendongeng, oh iya beberapa anak-anak di kelas saya juga sangat potensial untuk menjadi tukang dongeng yang kece :) nanti saya share yaa cerita tentang dongeng selanjutnya :)

Dongeng 3
Kemarin sebelum pamit pulang, salah satu orang tua siswa memberikan hadiah untuk saya, dan hadiah kali ini amat berbeda dengan hadiah sebagai guru yang pernah saya terima sebelumnya; kerudung, mukena, sepatu, tas dan sebagainya. Kali ini saya mendapatkan dua buah buku, lengkap dengan surat dari murid saya, Hansa. Hansa dan bundanya sering mampir di blog ini, jadi mungkin tahu kalau saya senang sekali membaca. :)

Book is the sweetest present ! 


Dua buku ini adalah buku yang covernya seliweran di timeline instagram tapi belum pernah saya baca. Buku pertama JODOH, karya Fadh Pahdepie, dan HUJAN karya Tere Liye. Keduanya adalah penulis yang saya ikuti di Facebook. Keduanya mungkin adalah buku yang akan membuat saya baper hehe.

Saya sedang menyelesaikan membaca versi pdf Me Before You karya Moyes jadi saya belum menyentuh kedua buku tersebut sampai pagi tadi, usai menamatkan Me Before You yang sudah saya baca selama beberapa hari (sambil mencuri waktu menunggu rendering film), saya memilih membaca Hujan terlebih dahulu.

Kisah Lail dan Esok

Sepertinya dari dulu saya mudah sekali terhipnotis dengan buku, termasuk buku Tere Liye yang satu ini. Karya Tere Liye memang banyak sekali, beliau salah satu penulis paling produktif di Indonesia dan karyanya yang saya baca tak pernah mengecewakan. Termasuk buku ini.

Mudah sekali terbawa perasaan ketika membaca buku Tere Liye, saya tiba-tiba dibawa menjelajahi bumi di masa depan. Merasakan kengerian akan ledakan besar gunung berapi, juga amat sangat terbawa dengan kisah Lail dan Esok, mereka manis sekali. Belum lagi persahabatan Lail dan Maryam, juga kisah mereka ketika menjadi volunteer, pahitnya penghianatan takdir terhadap Lail, juga cara Esok menyayangi Lail dan tidak terbingkai dalam kata namun bisa kita rasakan dari setiap tingkah lakunya.

Anyway, saya tidak akan memberikan spoiler buku ini disini, yang pasti ceritanya seru sekali. Saya bisa menyelesaikan membaca buku ini dalam waktu kurang dari 6 jam, sambil malas-malasan di kasur, melepas lelah sehabis diforsir untuk perkejaan hari sebelumnya. Saya juga langsung memberikan rate 4/5 di aplikasi goodreads milik saya.

Membaca buku ini membuat saya teringat Allan, beberapa bulan lalu saya menemani Allan membeli buku ini di gramedia, dia salah satu sahabat saya yang amat tergila-gila dengan kisah-kisah karangan Tere Liye, Ah kisah Lail dan Maryam juga mengingatkan saya pada Renti, saya rindu sekali kisah-kisah konyol ketika kuliah dulu, bedanya kami berdua tidak melakukan aksi heroik seperti Maryam dan Lail.

---

Dulu ketika saya kuliah, apernah seorang teman berkata, hadiah termanis yang diberikan seseorang bukanlah bunga dan coklat, tapi buku. Buku yang ketika dibaca membuat si penerima hadiah senyum senyum sendiri karena merasa genre buku dan cerita buku tersebut amat ia sukai. Memberi buku bukan sekedar membeli asal, mengambil sembarang buku di rak best seller atau new comers, memberi buku berarti memahami karakter si penerima, mengenal dengan baik orang tersebut. Saya merasa beruntung mendapatkan buku ini :) Terima kasih Hansa !! bu Asri suka sekali hadiahnya ! ah dan tak lupa suratnya yang juga sangat manis :) terima kasih yaaa.


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Jalan Panjang untuk Pulang karya Agustinus Wibowo
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim Ho-yeon
  • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, Bacaan untuk Memahami Pembantaian Massal 1965 dalam Konteks Global

Arsip Blog

  • ▼  2025 (20)
    • ▼  Juni 2025 (2)
      • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, ...
      • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
    • ►  Mei 2025 (5)
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes