Journal Asri


Semalam pulang dari penyambutan Pengajar Muda 15 yang baru saja pulang dari penempatan. Ada perasaaan sedikit sesak, mengingat setahun telah berlalu sejak pulang dari Banggai.

Setahun di Banggai bisa jadi adalah setahun paling berharga dalam hidup saya, bahagia, sedih, bangga, bosan, semangat, semua emosi keluar dengan amat menggebu di tahun tersebut.

Entah kapan saya bisa merasakan kembali setahun penuh cerita, kenangan akan tempat indah, orang-orang baik, anak-anak, semuanya masih tak lepas dari hati dan pikiran saya hingga hari ini.

Tentu ada hari-hari buruk datang, tapi tak mengalahkan indahnya hari-hari lain yang berisi pelajaran-pelajaran berguna.

-
Saya selalu janji untuk kembali, entah kapan.
Tapi saya pasti kembali.

I should write more about movies than anything else because I spend too much time watching movies and drama lately. Huft Huft.

Most people think I'm a bookworm when in fact I enjoy watching movies as much as I enjoy reading. Haha Since I am a very visual person anyway, I am gonna write about one movie I just watch, a Netflix original: Sierra Burgess is a Big Loser

I know this is just another American Teen Movies, but I really love this kind of movie, mmm correction, I watched this movie because of NOAH CENTINEO!!!! OMG it's been a long time since the last time I'm fangirling like this.

Did someone call my name?
Not so long time ago, I watched another Netflix Original, an adaptation from a book: To All The Boys I've Loved Before. Where Noah is playing as Peter! Haha, I love the book, you know. So seeing Noah as Peter is so damn good.

Okay, here's the Movie poster:



It's a sweet movie. About Sierra Burgess, a straight A's students, been bullied by a queen kinda girl, but she has gut and she's also very clever.

Jamey, is a football athlete, trying to make a move with a girl who bullied Sierra, the girl, Veronica give him Sierra phone number, and Jamey and Sierra has been texting since then.

You know what happened next is all the thing you could imagine even if you don't like romantic movie. Jamey fall into the girl he think is Veronica, when actually it is Sierra.

The lie all blew up in the last 20 minutes before the movie ended and the last part of the movie taught us how Sierra learn to handle the broken heart and yeay they ended up together.

Sierra: about Dorian Grey
----
So typical isn't it? Just like another American romantic comedy movie, haha the other thing I love from this movie, beside NOAH! is how this movie made Sierra and Veronica ended up as a bestfriend too. So much movies make a good girl and a good guy and there is a bag girl or a bad guy, as if the people is only black and white, there is a grey area and I think I learn that from Sierra-Veronica friendship.
-
Well, I think that is for today! I promised myself to write more about what I learn everyday but it is so hard, I always think being in a place that have a high speed computer and WiFi signal could make me write more and create more, in fact it isn't.

:)
So, what do you think about the movie, guys? Have you watched it?
if you need some sweetness in your day or night, I recommend this movie!



Kemarin di sebuah terminal tempat aku mencegat bis menuju ke Bandung, aku mampir sejenak ke sebuah warung nasi, penjualnya sudah sangat tua, sepasang kakek dan nenek. Si Kakek masih cukup gesit bergerak kesana kemari, sementara nenek untuk berjalanpun sudah sulit.

Si nenek menghitung uang kembalianku setelah makan, cukup lama.

Sepanjang perjalanan Jakarta - Bandung aku berpikir, bagaimana rasanya menjadi tua. Bagaimana rasanya harus perlahan mengerjakan beragam hal? Akankah semenyeramkan itu?

Harus membuat jeda disetiap langkah, berpikir lebih lama bukan karena supaya lebih matang namun karena otak kita tak lagi prima, tak bisa berlari karena bukan hanya itu berbahaya namun sendi sendi ini tak lagi mampu menopang.

Bagaimana rasanya menjadi tua?
Bagaimana?

----


Dimas!

Pernah sekali waktu terbersit dipikiran saya, saya ini amat suka berada di alam terbuka, berpetualang, kemping-kemping, jelajah sungai dan laut walau gak bisa berenang, beberapa kali naik gunung walaupun yaaa ga banyak dan ga sampe gunung-gunung tenar di Jawa, tapi ya aku puas sekali sudah melewati semuanya bahkan sebelum usiaku 25 tahun. Tapi pernahkan saya memperkenalkan apa yang saya suka, dunia yang amat saya cintai pada orang-orang terdekat saya, keluarga saya.

Kayanya belum deh As,



Jadi libur lebaran kemarin, saya bertekad ingin membawa keluarga saya kemping, tempatnya dekat-dekat saja tapi asyik, jadi saya pilih Rancaupas. Tak lupa saya ajak Mas Har karena kebetulan dia sudah kembali ke Bandung dan butuh tenaga tambahan :P.

Sehari sebelumnya Mas Har yang masih di Jombang sibuk mengingatkan saya untuk mengecek ulang barang-barang yang akan dipinjam seperti tenda, matras, sleeping bag jangan sampai ada yang ketinggalan, juga meminta ibu menyiapkan semua urusan makanan. Dimas sudah sangat semangat mau ikut, sayajuga sudah cek tarif Go-Car atau Grab-Car sekitar Rp. 150.000 dari Baros sampai Rancaupas. Wokay sudah siapp semua.

Ternyata ketika hari H, harga Go-Car naik hampir 3x lipat, mungkin karena musim liburan dan kena tarif siang kali ya. Jadinya kami menunggu sekitar 1 jam, karena harganya ga turun-turun :') akhirnya malah angkot hopping, which is okay juga karena ternyata jalur ke arah atas macetnya minta ampun, dan kalo di angkot kan kita sharing bayarnya, jadi ga gaenakan juga karena macet. Kita 3 kali naik angkot. Cimahi - Soreang, Soreang - Ciwidey, Ciwidey - Patengang. Turun persis didepan Rancaupas.


Sampai sana Dimas langsung kesenengan, sampai bilang 2 hari aja nginepnya (karena baru sampai sekitar 16.30), kita langsung dirikan tenda, Ibu masak (ini enaknya bawa ibu kemping, ga usah repot mikir masak). Beli kayu bakar untuk bikin api, yang ga cukup seikat ternyata butuh sampai 3-4 ikat padahal 1 ikat aja banyak banget. Ibu juga beli bola kaki plastik jadi Dimas bisa main bola.

Malamnya baru kerasa.....
Dingin sedingin dinginnya kan, suhu di Rancaupas kalau malam memang luar biasa sih, bisa drop sampai 5 derajat celcius. Pagi subuh apalagi, makin dingin, Dimas akhirnya bilang, udah deh, langsung pulang aja hari ini haha.

Setelah minum-minum anget, lihat matahari terbit meninggi, kita kasih makan rusa. Ini kali pertama Dimas main-main di kandang rusa, bahkan kayanya pertama kali dia liat rusa bebas deh, mungkin pernah lihat rusa di kebun binatang doang. Seruuuuuu sekali.....

Jadi gini ya rasanya bawa keluarga kemping, repot tapi seru haha, by the way ini beneran kemping pertama keluarga kami, bahkan waktu ada bapak kita ga pernah liburan bikin-bikin tenda. Paling nginep di temat sodara atau cari tempat bermalam. Pulang dari semuanya tidur sampai pagi. :D

 Klik untuk sumber gambar 

Dua hari menjelang lebaran asyiknya nulis review buku nih :) Dua hari sebelumnya sampai siang tadi saya sibuk menamatkan buku terbaru Dan Brown (yang ga baru-baru banget sebenarnya). Judulnya Origin.

Sebagai penggemar berat karya-karya Dan Brown sebelumnya, walaupun belum baca semuanya, saya jatuh cinta sama 4 karyanya yang sudah saya baca sebelumnya. The Da Vinci Code, Angel and Demon, The Lost Symbol dan Inferno. 3 buku sebelumnya saya baca dalam versi digital, gratisan pulak, zaman kuliah dulu top prioritynya beli buku-buku kuliah, jadi membeli novel-novel keren tunggu ada bajakan ebooknya dulu. Jahat ? Iya, tapi daripada ga baca :') Pinjam juga sulit di Bengkulu dulu. Buku terakhir, Inferno, saya baca di Banggai, pinjam dari Kak Ama yang saking terinspirasinya sama buku Dan Brown yang satu ini sampai kasih nama anaknya Dante, penyair yang diceritakan Brown di buku ini. :) 

Nah, buku Origin ini sebenarnya sudah keluar dari November 2017, saya masih di Banggai jadi dengan sabar nunggu belinya nanti aja deh pas pulang ke Pulau Jawa, tapi justru kelupaan dan ya sudahlah di Bandung kelewat sama sekali ga beli. Akhirnya bulan Mei kemarin ke toko buku, tapi sudah ada buku target yang mau dibeli, brief singkat nih, untuk mengatasi betapa rakus dan borosnya saya dalam membeli buku, saya minta diingatkan Mas H untuk hanya membeli 1 buku dalam satu bulan, eh ga tau dirinya saya malah ngambek pas Mas H ngingetin, "Bulan depan aja belinya".
Akhirnya baru bisa pegang dan baca buku ini bulan Juni, direncanakan untuk bekal libur lebaran, tapi habis duluan sebelum hari H. Maklum, kurang vitamin B selama kerja di Jakarta :D (Vitamin Buku).

Ok mari ke point utamanya.
Karya Dan Brown selalu identik dengan si tokoh utamanya, Professor Robert Langdon, professor yang mengajar tentang simbol-simbol di Universitas Harvard yang selalu terlibat dalam sebuah kasus penuh teka-teki dan membutuhkan sudut pandang serta pengetahuannya sebagai seorang symbologist. Kali inipun sama kok, Professor Langdon menjadi tokoh utamanya.

Ciri khas kedua dari karya Dan Brown adalah tokoh utama pendamping Langdon yang selalu berbeda ditiap buku tapi selalu perempuan. Ada Vittoria Vetta, seorang ilmuan di buku Angel and Demon, ada Sophie Neveu di The Da Vinci Code, ada Katerine Solomon (kalo gasalah) di The Lost Symbol, dan Sienna Brooks di Inferno. (Sebentar, saya mau jujur dulu kalau dari keempat buku tersebut, saya paling hafal plot dan karater tokoh di dua buku pertama, mungkin karena dibantu sudah pernah menonton filmnya, jadi maaf kalau agak salah deskripsi tentang buku ketiga dan keempat :)).
Di buku Origin, ada juga dong perempuan yang menemani petualangan Langdon. Namanya Ambra Vidal, dia adalah kurator di Museum Guggenheim Bilbao, gambaran perempuan cerdas, tinggi bak model dan highlight nya, Ambra adalah calon ratu Spayol, dia tunangan Don Julian, Pangeran Spanyol dalam buku Origin. 

Ciri khas ketiga. 
Setiap kali selesai membaca buku Brown, saya seperti habis melakukan perjalanan ke tempat-tempat dalam buku tersebut. Rasanya saya jadi tau banyak tentang Musee de Louvre setelah membaca buku The DaVinci Code, saya juga mendapat pengetahuan baru tentang gereja-gereja dan jalanan di Vatikan udah membaca Angel and Demon, nah setelah membaca Origin, saya jadi langsung ingin jalan-jalan ke Barcelona rasanya, menyaksikan karya-karya Anthony Guadi secara langsung, atau mampir ke Museum Guggenheim di Bilbao. 
Membaca karya Brown juga membuat saya tiba-tiba menjadi ingin tahu tentang seniman dan penyair yang amat hebat pada masanya. Buku Origin menggaris bawahi tiga nama yang membuat kita penasaran pada karyanya. Winston Chruchill, Friedrick Nietzsche dan William Blake. Karena tiga nama ini cukup banyak disebut kutipan tulisan dan karyanya dalam buku Origin. 

Ciri khas keempat.
Prof. Langdon jadi kurang berguna kalau tidak ada kode dan simbol yang harus dipecahkan dalam tiap buku, bukan ? kali ini Langdon harus menemukan kata sandi sebuah komputer yang terdiri dari 47 karakter! dengan sedikit petunjuk yang umum sekali : puisi, berhubungan dengan harapan si pemilik sandi dan isinya tentang atheisme. (!)

Nah keempat ciri khas buku brown tadi akan kita temui juga dalam buku Origin. Buku Origin ini tema besarnya adalah Teknologi, Agama dan Sains. Buku terjemahan Bahasa Indonesianya berisi 507 halaman dan dua hal ini yang dibahas dalam buku adalah, Bagaimana semuanya ini bermula ? dan Kemana kita akan pergi?. 

Tokoh utama penting dalam buku ini adalah Edmond Kirsch, seorang programer komputer, ilmuan, hartawan tajir melintir dari karya-karya revolusionernya, pecinta seni dan seorang ateis. Ia tak percaya Tuhan dan menganggap Tuhan dan Agama adalah ilusi yang dicipatakan karena  hingga hari ini tak ada yang bisa menjawab dua pertanyaan diatas tadi. Jadi ia sibuk melakukan penelitian untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tadi.

Kirsch, akhirnya menemukan jawaban atas dua pertanyaan tersebut dan membuat sebuah gelaran presentasi yang dramatis. Ia mengumumkan penemuannya di Museum Guggenheim Bilbao, Ambra membantu prosesnya, sementara Langdon menjadi undangan, ia hadir karena Edmond juga merupakan muridnya ketika kuliah di Harvard. Ditengah presentasi, Edmond ditembak seseorang, padahal hasil temuannya belum diumumkan keseluruh dunia. 

Disinalah Langdon dan Ambra bersatu berupaya mengumumkan temuan Edmond. 
--


Dari seluruh buku Dan Brown yang saya baca, ini ada di list terakhir buku yang saya sukai. Bukan karena tema Agama vs Sainsnya, karena saat membaca buku ini saya menempatkan diri sebagai pembaca netral, tidak berada disisi orang beragama juga tidak berada disisi orang yang tak percaya Tuhan. Namun tetap saja, dibandingkan buku-buku Brown lainnya, rasanya kurang brilian. Tidak membuat saya kembali ingin membaca bukunya seperti The DaVinci Code, tidak membuat saya merekomendasikan orang-orang untuk membacanya sebelum membaca karya indah lainnya, kurang banyak teka-teki dalam buku ini bisa jadi membuat membacanya menjadi sedikit lebih menjenuhkan daripada buku-buku sebelumnya. 

Meskipun demikian, saya belajar banyak dari buku ini. Saya suka cara Dan Brown menggambarkan bagaimana Winston (Kecerdasan Artifisal buatan Edmond) pada akhirnya bisa jadi amat sangat berbahaya. Mengerikan sekali memandang masa depan dengan teknologi penuh dalam genggaman manusia namun manusia sendiri bisa jadi belum siap dengan invasi teknologi yang sedemikian kuat. Buku ini patut dibaca justru bukan untuk menikmati petualangan Langdon dengan kode dan simbolnya, namun untuk belajar tentang kemungkinan yang akan terjadi kedepan dan bagaimana kita menyikapinya :)

Dan tenang, walaupun 80% buku ini membahas tema dan isu Atheis, termasuk berisikan daftar buku-buku wajib baca jika kita tertarik mempelajari Atheisme, tidak serta merta membuat kita (atau at least saya) jadi tiba-tiba meragukan campur tangan Tuhan dalam penciptaan Manusia. 

----
Nah, sekian Review tak beraturan dari reviewer amatir buku Dan Brown hari ini :) 
Any ideas what book shoud I read next ?
Yang manis-manis kalo bisa, haha lagi butuh banyak asupan gula untuk otak yang udah keram dengan drama kehidupan (atau drama whatsapp kali ya) :D 

--
Selamat berjuang bikin kupat dan opor besok hari teman-teman.
Love,
Asri


Note : Buku Origin bisa dibeli di toko buku Gramedia atau toko buku lainnya, saya beli Rp. 145.000, sepertinya di palasari, Bandung bisa lebih murah dan sama originalnya, kalau di Jakarta belum nemu tempatnya :)
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Jalan Panjang untuk Pulang karya Agustinus Wibowo
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim Ho-yeon
  • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, Bacaan untuk Memahami Pembantaian Massal 1965 dalam Konteks Global

Arsip Blog

  • ▼  2025 (20)
    • ▼  Juni 2025 (2)
      • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, ...
      • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
    • ►  Mei 2025 (5)
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes