Journal Asri


Setelah sekian lama berkeingininan berkebun di rumah, akhirnya 2019 ini saya benar-benar serius menggarap project ini :D

Serius karena akhirnya tempat jemur ibu di lantai ataspun kami rombak untuk menjadi kebun.
Saya, Ibu, Bayu dan Mas Har mencoba menanam beberapa tanaman. Ada yang memang berguna untuk kebutuhan ibu sehari-hari seperti daun salam, daun bawang, tomat, jahe merah, kunyit dan sebagainya. Ada juga yang memang untuk mempercantik halaman kecil kami saja, seperti lavender, bunga kamboja, sansivera dan beberapa tanaman hias lainnya.

Yang menarik dari berkebun kali ini (2015 saya pernah coba berkebun juga dan gak konsisten hhe) adalah kami juga mencoba menanam kaktus dan sukulen, mencoba mengembang biakkannya supaya berkembang lebih banyak di lantai atas.

Saya mau cerita banyak tentang pengalaman saya dan keluarga sebagai petani kota nih hehe. Tapi sepertinya tidak akan cukup dalam satu post saja, jadi nantinya saya akan buat post-post khusus tentang Kebun di rumah.

Gambar bunga jahe diatas saya ambil dari kebun, saya baru tahu kalau jahe bisa berbunga dan bunganya cantik :) tapi bunga jahe ini hanya muncul waktu sore-pagi dan mekar benar waktu malam. Kalau siang dia layu.

Di Instagram, saya sering post cerita-cerita tentang kebun bahkan saya buat highlights sendiri hehe.
Berikut beberapa tanaman yang sedang saya coba tanam di rumah:






Saya terinspirasi membuat ilustrasi untuk kutipan ini dari snapgram Kak Ayu, founder Sabang Merauke. Saya berkomentar iseng "Wow, apa kubikin gambarnya dan tempel di dekat meja kerja ya?" lalu akhirnya tradaaa. Walaupun nunggu sebulan baru selesai gambar.

Kenapa amat niat sampai bikin ilustrasi satu kutipan alih-alih download yang sudah ada di pinterest?
Tentu karena ini amat saya haha. Walaupun di kantor tidak ada yang usil menyinggung betapa berantakannya meja saya, tapi biarlah saya tempel ini di dinding untuk mengurangi rasa bersalah tiap melihat meja yang amat berantakan. :)

Beberapa hari lalu saya bertemu Rizki setelah sebulan lebih tak bertemu. Terakhir kami bertemu sebelum libur tahun baru. Setelah janjian ketemuan tapi harinya selalu tak cocok, akhirnya ketemu juga.

Eh Bentar. Saya sepertinya belum pernah cerita siapa Rizki di blog hehe. Saya pertama mengenal Rizki dari Indonesia Mengajar, saya dan Rizki adalah alumni pengajar muda di angkatan yang sama, dulu wakt pelatihan, saya dan Rizki sering ngobrol sampai malam sekali, seringkali sampai jam dua, padahal paginya jam setengah enam harus kembali bersiap olahraga.

Walaupun akhirnya beda penempatan, saya di Banggai dan Rizki di Nunukan, dan amat jarang bertukar kabar di penempatan karena sama-sama ditempatkan di desa yang susah sinyal, selepas penempatan kami justru lebih sering berkabar satu sama lain. Tidak intense, tapi sekalinya ngobrol bisa panjang dan lama sekali.

Karena sama-sama bekerja di Jakarta, kami lebih memilih cara bertukar cerita paling menyenangkan: Bertemu Langsung! hehe termasuk pertemuan terakhir.

Setiap bertemu Rizki, rasanya banyak sekali pelajaran yang bisa saya dapatkan. Rizki dan saya juga sebenarnya adalah orang-orang dengan kepribadian ENFP, yang biasanya gemar bercerita, dan betul sekali hehe. Jadi tiap mau bertemu, saya selalu tak sabar mendengarkan banyak cerita.

Dari banyak sekali cerita yang seru dan penuh pelajaran dari Rizki kemarin, saya amat senang mendengar Rizki menceritakan ulang sebuah online course yang sedang ia ikuti di coursera. Tentang belajar bagaimana caranya belajar. Learn how to learn. Rizki menceritakan analogi otak kita ketika sedang dalam posisi focused atau diffuse dengan pinball. Saya sendiri baru pertama kali mendengar diffuse mode ini. Yang lebih menarik lagi, adalah tentang illustion of learning yang menurut saya amat dekat dengan saya yang kadang punya sejuta alasan untuk pengembangan diri sendiri.

Illusion of Learning ini adalah kondisi dimana kita baru bisa/memahami satu topik, namun sudah merasa paling expert, belum lagi ditambah afirmasi dari banyak orang, jadinya kita stuck di kondisi 'bisa'nya kita yang mungkin masih beginner atau intermediate saja, belum sampai expert :).

Ketika Rizki cerita itu, saya langsung membayangkan saya dan dunia ilustrasi yang sedang coba saya geluti sekarang. Saya bisa basic menggambar manual dan digital. Banyak teman yang juga memuji "Wah, gambarnya bagus", tapi saya sendiri agak malas mengupgrade diri dan nyaman dengan kemampuan saya yang sebenarnya masih amat dasar.

Setelah bertemu Rizki, saya jadi makin bertekad untuk ikut kelas gambar/ilustrasi online dan offline, juga kembali menyemangati diri untuk menamatkan course online yang saya ikuti :)

Kemarin itu, saya dan Rizki ngobrol sampai jam 11.30 malam, nunggu cafe tutup hehe, tapi rasanya masih ingin ngobrol lebih banyak lagiii. Setiap habis ngobrol, rasanya seperti habis coaching dengan coach yang tahu bagaimana untuk meningkatkan semangat belajar saya lebih baik lagi.

Masih banyak pelajaran lainnya yang bisa dibagikan sebenarnya, tapi cukup sekian dulu teman-teman!
Happy learning!
Selamat Tahun Baru!

Tulisan ini sejatinya saya niatkan untuk dipos ke Instagram lepas perjalanan 7 hari 6 malam menjelajahi Jawa Timur. Saya membuat 5 bagian agar tak terlalu panjang dan enak dibaca, tapi ternyata bahkan 1 bagian tulisan ini tak cukup jika semuanya dipos dalam satu postingan, akhirnya saya memosting semuanya di blog.
Selamat membaca teman-teman.

---------
(2/5)

Beberapa waktu lalu, ketika saya terjangkit insomnia parah, baru bisa tidur lepas jam tiga atau bahkan tak tidur sama sekali, pagi-pagi langsung pergi bekerja, saya iseng membuka-buka kelas daring yang ditawarkan EdX, sebuah aplikasi/Web penyedia kelas-kelas dari Universitas terkemuka di seluruh dunia, seluruh kelasnya gratis dan kita hanya perlu membayar saat kita ingin mendapatkan sertifikat dari kelas tersebut.

Saya tertarik pada satu kelas yang ditawarkan Universitas Michigan, judulnya amat menarik, "Storytelling for Social Change". Video pengantar kelas ini menjelaskan tentang otak kita yang cenderung "tidak mudah" dirubah begitu saja melalui perintah dan himbauan. Namun, melalui cerita dan penyampaiannya yang menarik, otak dan perasaan kita cenderung tergerak dan ingin terlibat lebih jauh. Agak sulit untuk menjelaskan secara rinci karena sayapun belum tuntas menghabiskan semua tugas dan bahan kelas ini :).

Namun saya tau persis satu orang yang amat menguasai materi ini walaupun mungkin belum pernah mengambil kelas ini di EdX, yup dia adalah Kak @gadingaulia.
--

Kampung Warna Warni Malang dilihat dari dalam kereta 

Saya punya pengalaman menjadi anak fasil Kak Gading selama 6 minggu saja di pelatihan Indonesia Mengajar di Jatiluhur akhir 2016 lalu, tapi impresi tentang saya tentang kejeniusan Kak Gading dalam merangkai cerita tak hilang begitu saja, saya ingat betul bagaimana menariknya kak Gading memberikan pengantar sebelum menari mengikuti lagu 'pom-pom' atau menceritakan kisah guru Jepang di perang dunia ke-2 sebelum main 'Ha-Ka-Sho'. Juga bagaimana baik Kak Gading dalam mendengarkan dan menanggapi kisah-kisah teman-teman CPM13 kala itu.

Saya ingat Kak Gading pernah bilang bahwa kemampuan mendengarkan itu perlu dilatih terus menerus, saya masih terus dalam proses latihan mendengarkan setiap harinya :)

Untuk dua siang menyenangkan di rumah Tidar, terima kasih, Kak Gading dan Keluarga.


Perintilan Kak Gading di rumah! Super Artsy



--
Teman-teman pernah membaca buku John Green berjudul Paper Town?

Ada sebuah quotes yang terus berulang muncul di feed pinterest saya dari buku ini, saking seringnya muncul saya sampai hapal.

I'm in love with a city I've never been and people I've never met

Belakangan saya baca sebuah artikel ternyata ini bukan quotes original John Green, bahkan tak ada di buku Paper Town, tapi viral karena orang menyebarkan ini dimana-mana.

Nah, Malang bagi saya adalah kota yang seperti ini. Bahkan sebelum datang kesini saya sering excited sendiri mendengarkan cerita teman-teman yang baru pulang dari Malang.

Sampai disana ternyata saya benar-benar cinta Kota ini! Hawanya sejuk dan kotanya ramai tapi tak sampai kacau, itupun tak disemua bagian kota.

Di Malang, saya dan Mas Har tak punya banyak waktu untuk berkeliling atau mampir ke satu tempatpun selain rumah Kak Gading, tapi saya bersyukur, bisa datang berkenalan dengan keluarga Kak Gading, mendapatkan inspirasi hunian yang amat kaya cahaya matahari, merasakan suasana keluarga yang hangat dan tempat yang bisa membuat saya ingin kembali lagi untuk ngobrol-ngobrol dengan penghuninya.

Saya yakin akan kembali lagi ke Malang suatu hari nanti. Saat itu saya berjanji pada diri saya untuk menyempatkan diri menjelajah seluruh kota.
--
Selamat Tahun Baru!

Tulisan ini sejatinya saya niatkan untuk dipos ke Instagram lepas perjalanan 7 hari 6 malam menjelajahi Jawa Timur. Saya membuat 5 bagian agar tak terlalu panjang dan enak dibaca, tapi ternyata bahkan 1 bagian tulisan ini tak cukup jika semuanya dipos dalam satu postingan, akhirnya saya memosting semuanya di blog.

Selamat membaca teman-teman.
------

(1/5)
Malam ini, di perjalanan pulang ke Bandung, saya akan bercerita tentang perjalanan singkat selama 5 hari di timur Jawa. Sebuah tempat yang beberapa tahun belakangan amat ingin saya kunjungi karena kisah - kisah masa lalu di seri Novel Fiksi sejarah.

Walaupun akhirnya saya tak benar-benar datang ke banyak tempat bersejarah, karena tak pergi sendiri, yang artinya ada kompromi untuk mengakomodir kemauan melangkahkan kaki bagi saya dan partner perjalanan saya kali ini, namun saya tetap senang menjalani perjalanan kali ini.


Saya pergi dan merencanakan semua perjalanan ini bersama @hariantosetiawan, memulai perjalanan dari Malang, singgah di Kabupaten Malang, melintasi Batu, bermalam dan merasakan kembali suasana pedesaan di Jombang, menjelajahi peninggalan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, berpanas-panasan diatas motor menuju Surabaya, kembali ke Jombang ditemani hujan petir dan jalanan banjir Sidoarjo hingga akhirnya kembali pulang ke Bandung dari Stasiun Jombang.



---
Banyak teman-teman atau mungkin orang-orang yang hanya saya kenal selintas lalu yang amat senang melakukan perjalanan, masing-masing menjalani cara berbeda pada setiap perjalanan.

Ada yang hanya meninggalkan cerita tanpa gambar (ya, saya kenal seorang teman yang mendaki gunung berpuluh-puluh kali tanpa swafoto sama sekali).

Ada yang amat harus mengambil swafoto di depan ikon wisata (yang juga tak salah, beberapa orang toh merasakan senangnya berpergian dari foto yang diambil, makin elok fotonya, makin senanglah ia).

Juga ada yang berjalan untuk mengambil foto indah yang bisa bercerita, walaupun tanpa ia didalamnya (biasanya banyak dari kita akan amat senang mendapat teman perjalanan seperti ini bukan? Serasa membawa tukang potret pribadi dengan hasil yang tentunya mumpung)

Ada yang selalu bisa berkenalan dengan warga lokal, mendapatkan kisah tentang tempat yang ia datangi dan mampu menyatu dengan tempat tersebut. (Ini kemampuan luar biasa bagi saya, saya sendiri secara natural merasa bukan tipikal pejalan jenis ini, namun selalu ingin belajar untuk bisa menjadi seperti ini)

Ada juga yang selalu bisa mengambil makna dari perjalanan yang ia ambil, ada yang kemudian menuliskannya dalam jurnal terbuka yang bisa dibaca dan dipelajari siapa saja. Ada juga yang menyimpannya dalam-dalam, menuliskan dalam diri hingga ketika ia butuh kekuatan, ia tinggal membuka kembali jurnal tersebut dan jadi semangat menjalani hari.
---

Saya merasa amat sangat senang membaca atau mendengar cerita pejalan yang senang berinteraksi dengan orang lokal disekitarnya dan tentu yang bisa selalu mengambil pelajaran dari setiap perjalanannya. Lebih hebat lagi jika ia bisa menuliskan kisah tersebut dan memperbolehkan orang lain ikut belajar.


Mungkin karena itu juga, saya sejak awal amat ingin singgah ke rumah kak @gadingaulia di Malang.



Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Jalan Panjang untuk Pulang karya Agustinus Wibowo
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim Ho-yeon
  • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, Bacaan untuk Memahami Pembantaian Massal 1965 dalam Konteks Global

Arsip Blog

  • ▼  2025 (20)
    • ▼  Juni 2025 (2)
      • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, ...
      • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
    • ►  Mei 2025 (5)
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes