Journal Asri


Buku yang dibaca V, salah seorang member BTS

First of all, I'm not an army haha! Saya hanya tahu satu atau dua lagu BTS yang biasanya sedang viral di Media Sosial dan cukup menikmati walau tak tahu artinya. Nah, waktu beli buku ini saya tidak tahu kalau buku ini cukup viral karena pernah dibaca salah seorang member BTS, saya beli buku ini karena beberapa ulasan menarik di media sosial, ketika baca pengantar dari penulis di buku ini, barulah saya tahu. Waw asyik juga ya kalau idol banyak menularkan semangat membaca buku dan menular ke para penggemarnya.

Belajar Berbahasa dan Komunikasi dari cendikiawan Barat dan Timur

Buku ini dibagi menjadi 8 chapter, ditiap chapter terdapat beberapa bagian yang awalnya selalu diawali dengan kutipan dari buku atau perkataan seorang filususf atau pemikir. Penulis kemudian mengelaborasi kutipan tersebut dan kaitannya dalam berkomunikasi atau berbahasa. Buku ini isinya seperti kumpulan esai, kalau buat saya. 

8 chapter ini adalah tahapan dari hal dasar kalau kita ingin meningkatkan kemampuan komunikasi dan berbahasa. Isinya bukan hal teknis tapi ya, walaupun ada beberapa tips yang bisa kita praktekkan langsung jugasetelah membaca buku ini. 

Apa saja isinya?

1. Cara Memperbesar Mangkuk Kata-kata

Chapter ini menegaskan kalau kita kunci dari pembelajaran bahasa adalah pengembangan diri. Tujuan pengembangan diri ini untuk apa? untuk kenal sama diri sendiri, kenal sama diri sendiri membuat kita cinta sama diri sendiri dan ketika kita bisa mencintai diri sendiri, kita bisa makin percaya diri dalam berbahasa. 

2. Sudut Pandang

Menurut penulis, penting bagi kita untuk punya sudut pandang akan satu hal atau peristiwa, karena ketika kita tidak punya sudut pandang, ketika kita berbicara, ucapan kita jadi tak ada maknanya. Tidak berbobot. 

Apakah karena hal ini kita jadi harus tau tentang semua hal yang terjadi di dunia? tentu saja tidak, tapi perlu juga bagi kita untuk stay courious, Serta penting juga untuk bertanya dengan sungguh-sungguh, gak asal nanya aja. 

3. Kecerdasan

Kenapa ada bahasan tentang kecerdasan. Penulis menyampaikan kalau kecerdasan diperlukan jika kita ingin sesuatu yang kita ucapkan memiliki makna yang lebih dalam. Dibagian ini penulis juga mengutarakan kalau kecerdasaran amat diperlukan bahkan adalah sesuatu yang lebih tinggi dari hati. (yang mana saya kurang setuju sih haha, buat saya keduanya sama pentingnya). 

Dibagian ini ada salah satu bagian yang saya suka, yaitu tentang tips membaca buku dari Shin Young-Bok (pakar ekonomi dan penulis korea) untuk membaca satu buku sebanyak tiga kali. Pertama, kita membaca tulisannya. Kedua, kita membaca penulisnya. Dan yang terakhir, kita membaca diri kita sendiri sebagai pembaca buku tersebut. 

4. Kreativitas

Apa hubungannya kreativitas dengan berbahasa dan komunikasi? di pengantar bagian ini, penulis menyebutkan, kata-kata yang membosankan akan sulit diterima banyak orang, sehingga penting untuk mengasah kreativitas kita, isi dan bentuk ucapan haruslah baru. Tidak benar-benar baru sebetulnya, tapi lebih baik dari yang sebelumnya. 

Bagian ini juga menyarankan kita untuk belajar dari sejarah, tapi bukan menghapal tangaal-tanggal seperti di sekolah dulu ya (sama aja ya ternyata Korea Selatan sama Indonesia haha), belajar sejarah ini perlu untuk dimaknai, agar kita bisa mengambil pembelajaran dari peristiwa di masa lalu. 

Satu hal menarik dibagian ini adalah saran untuk menulis. Karena dengan menulis, pikiran dan penyampaian kita jadi lebih baru, bisa dicek terlebih dahulu juga, beda dengan ucapan yang bisa menguap begitu saja. 

5. Menyimak

Ini menarik nih! Jadi penulis bilang kalau kita mau jadi pembicara yang ulung, kita harus jadi penyimak yang jaauh lebih ulung. Menyimak ini bukan hanya mendengarkan seadanya ya. Tapi mendengarkan dengan sepenuh hati. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menjadi pendengar yang baik. Seperti mengalahkan keinginan untuk bicara, berlatih diam, konsentrasi dan tidak berpura-pura mendengarkan). 

Sejujurnya, ini bagian paling menarik dan paling saya suka dari buku ini.

6. Pertanyaan

Chapter 2 sempat mengulas tentang mengajukan pertanyaan yang baik itu penting untuk membentuk sudut pandang. Nah chapter 6 lebih dalam mengulas tentang budaya bertanya kita yang cerderung satu arah. Bos tanya ke bawahan, guru tanya ke karyawan, orang tua tanya ke anak. Jarang sekali atau frekuensi bertanya sebaliknya cenderung lebih sedikit. 

Padahal kalau kita tidak bertanya, bisa jadi kita gak belajar. Penting sekali untuk menyiapkan pertanyaan ketika kita tak paham, tapi ingat prinsip untuk tidak asal bertanya dan pastikan kita tidak bertanya untuk sekedar ngetes orang ya!

Satu lagi: orang berani bertanya ketika percaya kalau kita akan jawab tanpa merendahkan mereka. Jadi penting sekali membangun kepercayaan satu sama lain dengan lawan bicara agar bisa saling terbuka dan akhirnya saling berani bertanya.

7. Gaya Bicara

Seperti halnya perang, bicara juga ounya taktik standar yang seharusnya dilakukan oleh semua orang. Apa saja? 

- Berpikir sebelum berbicara

- Tidak berlebihan ketika berbicara

- Berbicara sambil memperhatikan lawan bicara kita

Wow! menarik ya! ada juga pembahasan selanjutnya tentang bicara yang harus seimbang, tidak sok tau ketika ngobrol, serta sebuah tips: jika kita ingin menjadi 'pemimpin' dalam sebuah pembicaraan, jadilah moderator dalam pembicaraan tersebut.

8. Kebebasan

Setelah semua hal, mulai dari mengenal diri sendiri hingga gaya bicara, hal terakhir yang bisa kita lakukan agar bisa bicara dan berkomunikasi dengan baik adalah kebebasan. Sebetulnya bagian ini lebih banyak membahas tentang pentingnya "walk the talk", ketika kita bicara kita memang melakukan apa yang kita ucapkan. Bukan hanya membual belaka. Supaya apa? supaya kita bisa jadi orang yang 'bebas' dalam artian tidak terbebani dengan ucapan kita sendiri. 

Bagian ini juga beberapa punchline yang saya suka, seperti ada beberapa hal yang memang tidak bisa diucapkan, akan lebih baik dibiarkan dalam diam, and it's okay. 

Serta perlunya berlatih meditasi, supaya kita bisa praktekkan 'zen' dalam bicara, yaitu menghilangkan beragam prasangka saat bicara dengan orang lain.

Catatan Asri tentang buku ini

Panjang juga ya review saya kali ini, semoga bisa memberikan gambaran bagi teman-teman yang penasaran ingin membaca buku ini. Buat saya pribadi buku ini cukup memberikan perspektif yang baru karena ternyata ilmu berkomunikasi ini dari dulu sampai sekarang ya sama dasar-dasarnya. Meskipun ada beberapa hal dalam buku ini yang saya tak sepenuhnya setuju, tapi banyak sekaaaali yang bisa saya coba praktekkan. 

Cocok dibaca bagi teman-teman yang memang ingin tahu lebih lanjut tentang pengetahuan dasar dalam berbahasa dan berkomunikasi. Bagi yang akan membaca buku ini, baiknya siapkan notes atau highlighter untuk menandai bagian penting dalam buku ini. Walaupun didalamnya sudah banyak yang dibold oleh penulis. 

Oh satu hal yang agak mengganggu di awal, buat saya adalah pengaturan margin buku ini! mepet sekali haha, tapi entah bagaimana akhirnya malah nyaman-nyaman saja. :D

Informasi Buku The Power of Language

Judul Buku: The Power of Language
Penulis: Shin Do Hyun & Yoon Na Ru
Pertama kali diterbitkan: 2018
Cetakan kesembilan Bahasa Indonesia: Juli 2021
Penerbit: Penerbit Haru
Jumlah Halaman: 208 halaman
ISBN:978-623-7351-34-4
Penerjemah: Hyacinta Louisa
Harga Pulau Jawa: Rp. 79.000

Tambahan

Saya mencoba buat ulasan versi videonya disini ya :)







Sekilas tentang Ego is the Enemy
Ego is the Enemy bisa jadi salah satu buku pengembangan diri paling tenar belakangan ini, serunya sudah ada versi Bahasa Indonesianya juga. Saya baca buku ini di bulan Juni. Rasanya keputusan yang tepat baca buku ini sebelum kembali bekerja. Saya cuti cukup lama dan kembali bekerja di tempat yang sama, dengan tim yang sama, namun dengan tugas baru.

Seperti judulnya, buku ini membahas Ego~ sebagai sesuatu yang membahayakan. Membahayakan bagaimana? Ego cenderung membuat kita merasa lebih dari orang lain, tidak mau kalah dan merasa sombong. Ego adalah musuh di setiap langkah. Ambisi yg hanya berpusat pada diri sendiri.

Buku ini dibagi jadi tiga bagian: 
1. Inspirasi
2. Kesuksesan
3. Kegagalan. 

Dalam tiga bagian ini ego akan selalu ada dan siap menghancurkan kita. Yap bahkan saat Sukses sekalipun!

Sejujurnya buat saya pribadi hampir tiap bagian dalam buku ini amat amat penting untuk dibaca dan yaa~ beberapa mungkin bisa mulai bisa dipraktekkan di kehidupan sehari-hari. Salah satu pesan kunci yg saya suka dari buku ini: 

Teruslah menjadi pembelajar. Ketika belajar kita menyempatkan ego dan ambisi kita di tangan orang lain. Ketika berguru, kita meruntuhkan langit ego karena kita tahu ada orang yg lebih baik dari kita.

Oiya, buku ini juga menginatkan tentang penting juga untuk menerima feedback dari orang lain, banyak bekerja daripada bicara.

Ada bagian menarik juga tentang bagaimana kita perlu mengabaikan ego saat mendapatkan perlakuan buruk dari orang lain. Buku ini menegaskan kalau perlakuan buruk tidak akan menurunkan kualitas kita, tapi kualitas mereka yang melakukan hal buruk tersebut. Abaikan kebisingan yang ada, karena kita tidak akan mungkin merubah sistem kecuali kita sudah sukses, karenanya ketika mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan, cari cara agar sistem ditempat kita bisa tetap mencapai tujuan kita. Gunakan kesempatan ini untuk berkembang dan belajar dari orang lain. Karena kemampuan menahan diri adalah kunci.

Apa yg paling membuat saya tergugah sampai tidak nyaman karena bisa jadi saya pernah melakukannya?
Di bagian: strategi kanvas, penulis menjelaskan, kita kadang melihat ada "penghinaan" ketika kita melayani orang lain. Terdapat poin belajar dari bagian ini: di tempat baru, turunkan ego. Serap semua yg bisa kita Serap tanpa menghadang visi misi orang lain. Tapi bukan jadi penjilat ya.
Entah bagaimana bagian ini rasanya menampar saya karena yes, saya pernah berada di kondisi merasa diperbudak haha. Setidaknya beberapa kali, disatu kesempatan, keadaan ini membuat saya sampai cabut dari tempat bekerja saking tidak nyamannya. 

Kalau dipikir-pikir saya jadi merasa ada yang salah ketika mengerjakan perintah orang lain, karena tidak adanya sistem yang jelas di tempat bekerja saya dulu, setelahnya saya mencari tempat bekerja yang lebih jelas dan tersistem, mana atasan mana bawahan, kepada siapa harus bertanggung jawab atas apa yang saya kerjakan, kepada siapa saya bisa meminta bimbingan dan kepada siapa saya harus menjadi mentor yang juga bertanggung jawab.

Di tempat kerja yang sistemnya jelas, ketika kejadian merasa diperbudak tadi, saya cenderung bisa menahan diri karena saya cukup tau kondisi dan kedudukan saya. Kalau memang saya gak kuat, ya saya tinggal cabut juga. Tapi saya bertahan karena kondisi tersebut bisa dirubah dan saran dari saya selaku bawahan masih banyak didengar.

Membantu diri dengan membantu orang lain. Terdengar mudah tapi sebetulnya susah. Paling mudah yaaa ngeluh dan berpikir "duh aku sedang diperbudak nih", dari pada fokus pada apa yg bisa kita bantu.

Jadi berkaca apakah saya orang yang egois?
Overall saya sukaaaa sama buku ini, dan sepertinya berencana beli buku fisiknya, ini saya baca di gramdig. Tapi ada juga poin saya kurang setuju haha. Nah tapi ketika tidak setuju itu malah di-challenge sebenarnya: tuh kan, ego kamu yg main disini kan? Hahaaa

Seru dan mencerahkan! Saya merekomendasikan teman-teman untuk membaca buku ini dalam keadaan apapun. Kalau banyak tidak setujunya dengan buku ini, atau ada bagian yang tidak sepakat betul, ya bisa refleksi tipis-tipis seperti saya tadi. Ini tidak setujunya dilandasi pendapat yang cukup objektif, atau sebetulnya kita tersentil dan tidak terima dibilang egois :)

Informasi Buku

Judul: Ego is the Enemy
Penulis: Ryan Holiday
ISBN: 9786020496481
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tanggal Terbit: Mei 2019
Jumlah Halaman: 304 Halaman
Genre: Pengembangan Diri
Harga: 99.800 (fisik) 93.500 (eBook Gramedia) 169.000 (eBook Google Playbook - English)
Tersedia di Gramedia Digital (Baca Gratis bila berlangganan)

Hola! Sebulan lamanya bolos menulis di blog. Alasannya: aduh mau pakai alasan apalagi As, jago banget ngeles 😂. Jadi Bulan Juli ini saya kembali bekerja, bekerja di tempat yang sama tapi dengan roles baru + bekerja setelah ada Rana membuat saya perlu menyesuaikan diri pada banyak hal. Kalau sebelumnya bisa lowong sekali baca buku, menulis di @wanderbook_ dan juga di blog, sekarang karena pagi siang sore bekerja, waktu yang tersisa adalah weekend atau malam hari. Malam biasanya saya sudah KO duluan hehe. Kalau sebelumnya bisa tidur sampai jam 11 malam, bekerja dan punya anak membuat saya jam sembilan sudah ikut terlelap bersama Rana. 

Nah sebulan kembali menulis, saya tak ingin menulis review! Tapi menuliskan pengalaman saya kembali membaca buku-buku misteri setelah sekian lama tidak. Sebetulnya dulu saya tak benar-benar membaca buku yaa, tapi membaca komik. Saya punya dua genre komik favorit: Misteri dan Musik. Komik Misteri tentu disebabkan oleh tak lain dan tak bukan Detective Conan. Membaca Conan membawa saya pada komik detective lainnya seperti Q.E.D dan favorit saya lainnya: Dan Detective School. 

Lepas SMA rasanya hanya Conan yang masih rutin saya baca dan saya beli setiap edisi barunya keluar di Gramedia. Baru-baru ini saya kembali keranjingan membaca buku misteri setelah ikut diskusi & baca bareng Sofa Literasi Bulan lalu yang mengulas Buku Second Sisters karya Chan Ho Kei. Setelah itu saya membaca empat buku misteri di bulan Juli Haha! Lumayan ya. 

Berikut Buku-buku Misteri yang saya baca sepanjang Juni-Juli:

Second Sisters



Berkisah tentang seorang kakak yang ingin tahu kebenaran dibalik kasus bunuh diri yang menimpa adik perempuannya. Ia awalnya menemui seorang detektif kenalannya yaaang~menyerah tak bisa menyelesaikan kasus ini kemudian memberikan kontak detektif kenalannya yang akan bisa dengan mudah menyelesaikan kasus ini, detektif tersebut bernama N, beneran detektif unik dan nyentrik yang misterius. Di sepanjang buku ini kita akan mengikuti banyak isu yang jadi concern kita semua sebagai manusia di jaman digital. Privasi, kemanan data, perundungan daring, perundungan di sekolah yang bentuknya tak lagi fisik, mental health, pelecehan seksual, dan banyak isu lainnya yang membuat pembaca (sayaaa haha) merasa dekat dengan apa yang jadi jalan cerita di buku ini.


Alurnya agak susah ditebak, walaupun beberapa bagian saya nebak-nebak dan benar! haha kangen sekali baca buku misteri / detektif seperti ini! kalau teman-teman suka cerita misteri/detektif, harus coba baca buku ini! :)

The Devotion of Suspect X - Keigo Higashino



Ini buku pertama Keigo yang memunculkan sosok Detective Galileo, seorang Ilmuwan fisika yang suka bantu rekan polisinya menyelesaikan kasus sulit, tentunya dengan latar belakang keilmuan ilmiah yang ia punya.

Hal unik yang bisa ditemui di buku Keigo (setidaknya dari dua bukunya yang sudah saya baca) adalah kalau biasanya kita tahu siapa tersangka di akhir buku, tidak demikian dengan karya Keigo, kita akan tau persis siapa tersangka kasus tersebut diawal buku, nah sepanjang buku kita akan disuguhi plot menarik tentang kelimpungan polisi dalam mengurai kasus, serta bagaimana pelaku melakukan aksi kejahatannya.

Buku ini juga demikian, bercerita tentang seorang Ibu dan anak perempuannya yang membunuh mantan istri sang ibu yang selalu bersikap kasar, serta bagaimana Mr. X alias Ishigami sang ahli Matematika, tetangga mereka berdua, yang ternyata adalah rival Detektif Galileo ketika di kampus dulu, membantu mereka menyembunyikan mayat dan membuat kasus ini sulit ditemukan jalan keluarnya oleh polisi.

Saya merasa penasaran sepanjang buku, namun jujur di bagian akhir, saya malah agak sedikit terenyuh membaca ketulusan hati Ishigami, sang jenius matematika. Kenapa bisa terenyuh?

Duh harus baca. Seru sekali!!!! Kita akan diajak mengikuti alur berpikir ahli matematika & ahli fisika dalam memecahkan masalah, duh. Gak kebayang sama sekali. Ini buku yang membuat kita gak bisa nebak pelaku (karena memang sudah dikisahkan diawal), tapi kita mau ga mau terbawa mengikuti alur dari awal hingga akhir cerita.

Salvation of a Saint - Keigo Higashino




Salvation of a Saint berkisah tentang pembunuhan yang dilakukan Ayane terhadap suaminya yang~ sudah mana menyakiti perasaannya karena ia gak bisa kasih anak, eh selingkuh pula sama murid kesayangannya.

Seperti Devotion of Mr. X, kita sudah dikasih tau diawal siapa pembunuhnya, jadi sepanjang buku kita diajak cari tau cara membunuh dan motif dibelakangnya.
Ini buku #keigohigashino kedua yang saya baca. Jujur saya lebih suka Devotion of Mr. X.

Ini buku kontras sekali kisahnya sama Devotion of Mr. X, apanya yg kontras? Tokoh lelakinya. Tentu di Mr. X, Ishigami jadi pembunuh karena berpikir kelewat logis & bentuk sayang dia ke perempuan yg ia cintai. Di Salvation of a Saint, tokoh laki-lakinya malah arogan sekali. Duh, gimana nih, malah jatuh hati pada sosok pembunuh 🙈.

Bisa jadi saya lebih suka Buku Devotion of Mr. X karena endingnya yang lebih hangat kali ya, tapi kalau dari alur cerita dan sambung menyambung tiap kejadian sampai bikin penasaran, saya lebih suka salvation of a Saint.

Tokoh favorit saya di buku ini adalah Utsumi, detektif perempuan junior yang gak kaleng kaleng intuisinya hihi, suka juga sama interaksi Utsumi - Yukawa - Kusanagi.

Misteri Tujuh Lonceng // The Seven Dials Mystery




Saya mau buat pengakuan dulu haha ini buku Agatha Christie pertama yang saya bacaaaa 🙈 padahal padahal beberapa tahun lalu saya sempat borong buku Agatha Christie (di slide kedua), waktu Sofa Literasi mau bikin baca bareng buku ini, saya cek foto ternyata beli juga misteri tujuh Lonceng, tapi waktu cek rak buku, bukunya lenyap haha dari 10 tinggal 4 buku.

Tokoh favorit saya di buku ini: Superintendent Battle hehe, mirip Bundle yes yes hehe ini saya tulis di story beberapa hari lalu, karena saya merasa saya punya kesamaan sama Bundle. Rada impulsif dan suka ga mikir resiko, Orang-orang seperti Superintendent Battle tuh charming banget hihi.

Bukunya tentang apa? Hmmm singkatnya petualangan Bundle mencari tahu siapa itu Perkumpulan Tujuh Lonceng dan misinya. Walaupun ujungnya cukup plot twist, tapi gak sebegitu mengejutkan. Baca Conan sampai buku edisi 98 tuh bikin gak kaget lagi sama plot twist huhu. Tapi ini tetap seruuu buat saya.

And Then There Were None


Ini baru sekali tamat saya baca sore ini! hihi mumpung weekend kan bisa marathon baca fiksi sehari saja selesai! Pertama kali mendengar tentang buku ini di Selasa Bahas Buku-nya Hayu Maca. Waktu itu penasaran ingin langsung baca, tapi karena tidak ada bukunya baik di rak buku saya maupun di Hayu Maca, jadi absen dulu. Eh gataunya ada di Gramedia Digital, jadi bisa baca ebooknya. 

Seru gak? Seru sekaaaaali hihi, walaupun rasanya agak-agak kenal dengan modelan ceritanya (karena sudah banyak terpapar dengan cerita Agatha Christie lewat Detective Conan huhu) tapi tetap menikmati sekali ceritanya. Katanya sih ini salah satu buku Agatha Christie yang terbaik yaaa, bahkan di awal buku, Agatha sensei menuliskan sendiri kalau dia amat sangat bangga dengan karyanya yang satu ini. Setuju sih. 

Ceritanya tentang apaaa? hehe bisa dicek langsung di Goodreads ya.

 


Semalam, saya membaca buku sastra klasik Inggris: The Railway Children. Buku versi Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesianya tersedia di Gramedia Digital, saya kira akan membutuhkan waktu berhari-hari membaca buku ini, ternyata semalam saja (haha tentu menemani drama jam tidur Ibu-Ibu baru).

Buku anak bisa dibilang jadi "comfort genre" saya dalam baca buku, apalagi kalau sedang lelah dengan banyak hal tapi ingin tetap membaca buku yang membuat hati hangat. Buku ini salah satunya, salah satu buku anak klasik yang ditulis Nesbit, sudah banyak diadaptasi ke film tapi saya belum nonton satupun filmnya.

Berkisah tentang petualangan tiga bersaudara: Roberta (Bobby), Peter & Phyllis. Ketiganya anak-anak dari keluarga berada yang karena satu hal harus berubah hidup sekedarnya. Mereka bahkan pindah dari London ke "The Three Chimneys". Sebuah tempat tinggal yang tak jauh dari jalur kereta dan stasiun.

Petualangan mereka banyak dimulai dari jalur kereta dan stasiun, mulai dari percobaan mencuri bahan bakar untuk nenghangatkan rumah yang dilakukan Peter, membantu penyintas dari Russia yang mencari keluarganya, penyelamatan heroik untuk mencegah kecelakaan kereta, hingga menemukan seorang anak laki-laki yang terluka dan mereka bawa ke rumah.

Saya merasa hangat membacanya, interaksi ibu dan ketiga anak ini secara tak langsung berpengaruh pada sikap mereka dalam menghargai orang lain. Favorit saya adalah bagian ketika tiga bersaudara ini menyiapkan kejutan ulang tahun untuk porter di stasiun kereta.

Ah, ada beberapa kutipan yang saya highlight dari buku ini:

---
"Now, listen," said Mother; "it's quite true that we're poor, but we have enough to live on. You mustn't go telling everyone about our affairs—it's not right. And you must never, never, never ask strangers to give you things. Now always remember that—won't you?"

---
"Mother said we weren't to ask people for things," said Bobbie, doubtfully. "For ourselves, she meant, silly, not for other people.

---
Bacaan akhir pekan yang menyenangkan. Jadi penasaran ingin membaca buku klasik lainnya.


Judul Buku: The Hen Who Dreamed She Could Fly
Penulis: Hwang Sun-Mi
Penerjemah: Dwita Rizki
Penerbit: Penerbit BACA
Jumlah Halaman: 208 halaman
Pertama kali terbit: November 2020 (terj. Bahasa Indonesia) 2002 (versi asli Bahasa Korea)

---

"Aku punya nama. Nama buatanku sendiri" --
-- "Dedaunan adalah ibu dari para bunga. Bernapas sambil bertahan hidup walau diempas angin. Menyimpan cahaya mataharidan membesarkan bunga putih yang menyilaukan mata. Jika bukan karena dedaunan, pohon pasti tidak dapat hidup. Dedaunan benar-benar hebat."

"Dedaunan... Benar, nama yang sangat cocok untukmu" ---(hal. 72)

---

Jika kamu mencari sebuah buku yang tokoh-tokohnya adalah hewan-hewan di pekarangan rumah: ayam, anjing, bebek dan beragam dramanya. Buku ini bisa jadi salah satu pilihan bacaan menyenangkan untukmu! namun jangan harap membaca cerita dengan tokoh binatang yang terasa hangat, minim konflik dan cepat sekali selesai konflik-konfliknya ya. 

The Hen Who Dreamed She Could Fly merupakan buku karangan Hwang Sun-Mi, seorang penulis dari Korea Selatan. Buku ini merupakan buku laris di Korsel sana. Selama beberapa tahun tercatat sebagai buku best-seller  dan telah diterjemahkan ke beberapa bahasa. Versi Indonesianya baru terbit tahun lalu dan diterbitkan oleh Penerbit BACA. 

Saya sendiri baru membaca buku ini kemarin, waktu Rana sedang anteng tidur. Ah, buku ini merupakan hadiah dari Mas Har setelah saya melahirkan kemarin hihi. Apakah Mas Har beli karena isinya yang akan amat sentimentil jika dibaca seorang ibu? bukaaaan haha, Mas Har pakai cheat sheet dengan melihat keranjang e-commerce saya dan mendapati buku ini sebagai salah satu buku yang ada di keranjang belanja saya tapi tak pernah di check out. 

Sejujurnya membaca buku ini rasanya refreshing sekali karena sudah lama saya tak membaca kisah apik dalam sosok hewan-hewan. Mungkin baca di buku cerita anak yaaa hehe tapi kan buku anak biasanya pendek-pendek banget. Nah buku ini gak bisa dibilang tipis untuk ukuran fabel. 

Bercerita tentang Daun, ayam petelur yang tinggal di kandang ayam di sebuah pekarangan rumah pasangan suami istri. Ia punya mimpi yang cukup 'berani' untuk ukuran ayam petelur: Ingin tinggal di halaman, ingin bertelur lalu mengerami telurnya selayaknya ayam betina di halaman, ingin mengasuh dan membersamai anak-anaknya sampai besar seperti pemandangan yang ia lihat di halaman. 

Satu waktu ketika kondisi kesehatan Daun menurun, ia tak kunjung bertelur, pasangan pemilik halaman memutuskan untuk 'membuang' Daun ke pembuangan ayam. Beruntungnya Daun tak 'mati' seperti halnya ayam-ayam lain yang dibuang. Ia lalu keluar dari tempat pembuangan tersebut, bertemu Bebek Pengelana, seekor bebek liar yang hidup bersama bebek-bebek jinak di halaman, yang membantunya kabur dari sergapan musang yang siap menerkamnya. Dari sini perjalanan Daun meraih mimpi-mimpinya dimulai. 

Ia akhirnya 'bebas' dari kandang ayam. Namun ternyata tinggal di halaman tak semudah yang ia bayangkan. Seluruh penghuni halaman. Ayam Jantan, Ayam betina, bebek dan anjing tak ingin Daun ada disana, ia diusir dan tampak hanya Bebek Pengelana yang peduli padanya namun tak berdaya. 

Kisah Daun lebih seru lagi ketika ia akhirnya sangat dekat dengan impian terbesarnya untuk mengerami telur dan menetaskan anak dari telur tersebut. Ia mendapati telur besar di semak mawar dan mengerami telur tersebut hingga anak tersebut lahir. Apakah anak yang menetas adalah anak ayam? Hmhmmm... Saya amat merekomendasikan teman-teman membaca sendiri kelanjutan ceritanya hehe. 

---

Sejujurnya saya tidak menyangka bisa membaca kisah yang indah di buku ini. Saya sendiri amat ingin membaca buku ini setelah melihat banyak teman-teman bookstagram memposting foto buku ini di Instagram :D, (anaknya gampang banget kebawa arus yaaaa haha).

Buku ini, walau semua tokohnya binatang, adalah gambaran apik dari sang penulis tentang kehidupan yang sebenarnya. Si Daun yang mencari kebebasan layaknya manusia pada umumnya, Daun yang juga nampak tak pernah puas dengan pencapaian-pencapaiannya di awal (dari kandang minta ke halaman, sampai halaman mengetahui fakta yang terjadi juga tak pula puas), namun lewat Daun juga kita diajak belajar untuk menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. Sampai tak lagi merasakan penyesalan ketika ia berpulang. 

Membaca kisah Daun dan Jambul Hijau setelah memiliki Derana juga rasanya berbeda sekali (ini tidak valid sih ya mengingat saya belum pernah baca buku ini sebelum punya anak), tapi kok ya rasanya pas. Membaca buku tentang kasih sayang yang kadang diluar akal sehat dari seorang Ibu ke anaknya. Padahal dalam kasus Daun, Jambul Hijau bukanlah anak kandungnya. Rasanya dalam sekali membaca kisah ini. Tak heran kalau di negara asalnya buku ini berada di rak best seller selama 10 tahun! 

Saya amat merekomendasikan teman-teman untuk membaca buku ini!! 




Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Jalan Panjang untuk Pulang karya Agustinus Wibowo
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim Ho-yeon
  • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, Bacaan untuk Memahami Pembantaian Massal 1965 dalam Konteks Global

Arsip Blog

  • ▼  2025 (20)
    • ▼  Juni 2025 (2)
      • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, ...
      • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
    • ►  Mei 2025 (5)
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes