Journal Asri

Seminggu sebelum tahun ini berakhir, saya mengambil rehat sejenak dari kantor. Cuti! Yeay! Sengaja ambil Kamis dan Jumat agar bisa sambung Sabtu Minggu. 4 hari cuti, kemana tuh? Tentunya tidak kemana-mana :), saya memang ingin rehat saja. Leyeh-leyeh di rumah tanpa ada keharusan buka laptop pagi-pagi atau cek email sebelum tidur. 

Sebagai wargi Cimahi, Saya, Mas Har dan Rana jarang sekali berkontribusi pada kepadatan kendaraan di kota Bandung. Ha! Alias gak pernah kemana-mana bund! kehitung jari keluar ke Bandung selama 2021 ini. Mumpung cuti akhirnya kami jalan-jalan ke Bandung. Ada dua destinasi yang ditentukannya baru diatas motor menuju ke Bandung: Eiger Store jalan Sumatera dan makan siang di Jalan Braga. 

Beberapa waktu lalu saya sempat membaca sebuah thread di Twitter, berisi review makanan di Toko Kue Sumber Hidangan, Braga. Pas sekali kami parkir motor di depan Sumber Hidangan, langsunglah saya mampir masuk. 

Suasana di Sumber Hidangan memang persis seperti yang diceritakan pemilik thread di twitter. Gelap dan agak usang, seperti toko kelontong lama yang memiliki banyak etalase tapi hanya sedikit yang terisi. 

Sebagai pendatang baru, yang datangnya gara-gara tren sosial media pula, saya gak mau sok tau hehe, daripada kecewa saya tanya ke Ibu yang melayani saya, apa yang enak, saya mau yang manis satu dan yang asin satu. Lalu saya dapat rekomendasi Soes dan Risoles isi ayam. Masing-masing harganya 12.000, cukup mahal untuk level jajanan pasar di Bandung sekalipun, atau mungkin saya jarang jajan mahal ya biasa beli jajanan pasar yang harganya 2.000-3.000an. Tapi karena penasaran saya tetap beli hehe. Oiya, gedung tempat toko ini berada, termasuk gedung cagar budaya yang dilindungi pemerintah. Stempel di depan toko yang mengatakan seperti itu, mungkin itu alasan bagian dalam gedung tua ini tak banyak dipugar. Dibiarkan apa adanya. 

Bagaimana rasanya Soes dan Risoles 12.000 per pcs? 

Soesnya: ENAK! fla-nya lumer dan enak sekali deh pokoknya dibanding soes-soes lain yang pernah saya coba. Sementara untuk Risolesnya, juga enak tapi saya pernah cicip yang lebih enak, jadi gak seberapa berkesan. Soesnya mauuu sih, beli lagi kalau lagi main ke Braga. Nah, karena saya biasanya mereview buku, bukan makanan, ini patut sekali dipertanyakan seleranya hehe. Ini penilaian subjektif ya teman-teman! Tapi lebih dari sekedar rasa makanan, jajan disini bisa memberikan sensasi jajan jaman doeloe. Apalagi kalau dine in kali ya. Ini kebetulan saya take-out karena mau cari tempat makan siang untuk Saya dan Rana. 

Penasaran mau coba? silakan mampir sendiri kalau lagi main ke Braga ya. 



Akhir tahun ini, belanja buku malah makin tak terkendali! Desember ini saya belanja buku lumayan banyak. Buku Rana dan Buku saya. Semuanya kalau ditotal-total lumayan bikin kantong menjerit. Apalagi Buku Rana yang harganya seringkali 2x lipat harga buku saya. Anehnya, saya tetap terus membeli buku. Jajan buku rasanya satisfying sekali! Periode akhir bulan ini saya akali dengan jajan buku preloved saja agar kantong tak terus-terus menjerit. Sungguh salah satu alasan yang cukup besar kenapa saya bekerja sampai hari ini salah satunya adalah agar bisa jajan buku tanpa merasa berdosa ambil jatah tabungan pendidikan Rana :').

Hari ini ada tiga buku baru yang masuk. Garis Batas, Selimut Debu dan Rumah Kaca. Dua buku pertama adalah buku bergenre perjalanan! Bacaan yang saya amat nikmati waktu kuliah dulu dan sudah lama tidak mengulang membaca buku-buku tersebut. Dulu saya senang membaca buku traveling yang dibawakan dengan narasi ciamik karena saya juga suka jalan-jalan. Bukan jalan-jalan ke tempat jauh hihi, apalagi bolak-balik keluar negeri. Jalan-jalan saya biasanya keliling sudut kota, naik angkot sendirian ke tempat-tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Tapi semua berubah sejak saya mulai pindah kembali ke Cimahi. Saya sadar setelah melihat tulisan-tulisan saya. Bahkan ketika di Banggai, saya cenderung menulis tentang perjalanan ya karena kebetulan sedang jalan-jalan dengan teman-teman saya. Bukan karena saya menginisiasi jalan-jalan tersebut.

Sekarang apalagi setelah punya anak. Jalan-jalan malah jadi sesuatu yang kadang mengerikan buat saya :) banyakan repotnya daripada senangnya. +Pandemi, yah sudah deh. Kebanyakan di rumah. Tapi 2021 keluarga kami dapat banyak kesempatan untuk berkelana ke tempat-tempat baru bersama Rana. Sesuatu yang bahkan tidak kami rasakan di tahun-tahun sebelumnya. Karenanya saya ingin kembali menulis tentang perjalanan. Setidaknya di blog ini, hitung-hitung kenang-kenangan untuk Rana. Supaya suatu saat ketika ia sudah pandai membaca, ia tahu kemana saja ia berkelana bersama Ayah Ibunya. Dan karena hal itu saya ingin kembali membaca cerita perjalanan. Agustinus Wibowo bukan nama sembarangan di dunia tulisan perjalanan. Semoga setelah membaca bukunya, saya bisa kembali semangat menulis kisah kami melangkahkan kaki! 


Rana di Argo Wilis, Desember 2021



Sepertinya semua buku dari @rabbitholeid gak perlu dipertanyakan lagi kualitas konten, ilustrasi dan kualitas bahannya ya. Kami hampir punya semua buku Rabbithole di rumah sejak ada Rana. Salah satu buku Rabbithole favorit Rana dan Ibunya juga judulnya "Papa". Buku ini cocok sekali buat bayi karena tidak ada tulisan kecuali tulisan papa dan dada di setiap lembarnya.

Seperti buku anak pada umumnya, buku ini amat mengutamakan ilustrasi. Di buku ini digambarkan kehangatan ayah dan anak baik ketika ayah ada di rumah ataupun harus kerja dan ga di rumah karena urusan tertentu.

Saya juga suka lembar dimana sang Ayah ajak anak perempuannya keluar untuk main dan Ibu digambarkan bekerja/berkarya depan laptopnya. Rasanya seperti Ayah sedang memberikan Ibu 'Me Time', walau gak lama.

Walaupun hal-hal yg tergambar disini amat konvensionaal sekali hihi: ibu masak, ayah bekerja, ibu dirumah, anak punya ibu ayah lengkap. Rasanya pas buat saya untuk mengenalkan kalau ayah dan ibu sama2 melakukan hal terbaik untuk anaknya. Juga pas untuk pengenalan anggota keluarga buat Rana yang digambarkan persis seperti dibuku tersebut, tidak punya kakak dan adik di keluarga.

Tapi tentu perlu juga mengenalkan bacaan lainnya pada anak agar ia tahu gak semua anak dan keluarga gambarannya sempurna seperti yg ada di buku ini.

Seperti judulnya, yang paling sering bacakan buku ini buat Derana adalah ayahnya. ❤️

Konten:4/5
Ilustrasi: 5/5
Cocok untuk usia: 0 - 3 tahun
Bahan: Board book
Penerbit: Rabbithole


 


Hai! Setelah memutuskan beli eReader di Agustus lalu, baru kali ini saya mau review produknya dan menyampaikan pros-cons dari eReader yang saya miliki. Sebelumnya saya mau disclaimer dulu kalau review ini tidak disponsori pihak manapun ya hehe dan tentu saja bersifat subjektif.

Memutuskan membeli eReader


Saya cukup lama mikir-mikir mau beli eReader, setidaknya sejak awal tahun 2021  maju mundur mau beli Kindle waktu itu, tapi mundur karena mau lihat konsistensi baca terlebih dahulu. Terutama baca eBook, gataunya record baca saya di 2021 mantap betul hahaa setidaknya dibanding tahun sebelumnya. Dan salah satu faktor besar yang bantu saya baca dengan bringas adalah ebook subscription. Setelah lama mikir, akhirnya saya minta hadiah ulang tahun eReader ke Mas Har hihi (gamau rugi), dan saya memang mencari eReader yang android, jadi bisa baca dari beragam platform gak hanya jajan dari kindle. Berjodohlah dengan Onyx Boox Poke 3! ini racun nonton video Sophia Kanaya (Kak Aya) juga sih di YouTube hehe.

Review Asri setelah 4 bulan pemakaian




Nah, saya gak terlalu berani nulis ketika baru banget punya eReader karena ingin merasakan dulu sensasi bacanya setelah beberapa bulan. Sejujurnya saya sempat berada di fase mempertanyakan "ini worth it gak sih?" hehe mana harganya lumayan mahal kan ya (buat saya wkkk). terutama di dua bulan pertama. Ini karena saya punya Samsung Tab yang sebelumnya saya gunakan sebagai eReader saya. Tapi setelah 4 bulan saya benar-benar sayang banget sama eReader mungil ini. Faktor yang paling mempengaruhi adalah pengalaman traveling minggu lalu. Duh! sebagai yang tiap traveling wajib bawa minimal 2 buku untuk dibaca, punya eReader ngurangin sekali beban bawaan!!! Menghindari drama basah-ketumpahan-lecek dan sebagainya juga. eReader kalau basah sebenarnya repot juga tapi karena barang elektronik kali ya, jadinya saya lebih aware dan hati-hati, kaya HP lah memperlakukannya. 

Pros Onyx Boox Poke 3 

- Ringan sekali! :')
- Karena sistemnya android, bisa punya beragam platform baca. Saya punya Kindle, Google Playbook, Gramedia Digital, Rakata, iPusnas dan Scribd
- Baterainya cukup awet (ini saya ga pernah pakai ereader lain ya jadi ga bisa bandingin). Saya biasa matikan wifi kalau sedang baca, dan untuk jam baca satu jam sehari, boox saya bisa bertahan satu minggu tanpa di charge
- Layarnya gak menusuk-nusuk mata lagi, ga kaya tab :') sejujurnya saya bukan tipe yang terganggu loh baca dari device biasa seperti tab atau HP, bisa kuat beratus-ratus halaman. Tapi kok setelah punya boox lihat HP mata jadi cepat perih hehe.
- Enak dibawa traveling! gak perlu lagi bawa buku banyak dan berat
- Nyaman dibaca sambil tiduran
- Enaknya punya eReader kalau punya anak seperti saya: anak tau kapan ibu baca kapan ibu main HP, jadi nantinya Rana tau kalau Ibunya pegang Boox berarti sedang baca

Cons Onyx Boox Poke 3

- Layarnya kecil! 6 inci saja, buat yang biasa baca di tab 10 inc seperti saya, aduh pas awal-awal terus meragukan keputusan beli eReader
- Harganya sedikit lebih mahal dibanding kindle
- Kalau highlight jadi ga kelihatan warnanya (karena hitam putih)

Nah, itu kalau dilihat banyakan prosnya setelah 4 bulan pakai, kalau dua bulan lalu nulisnya mungkin kebalik sih hihi. Kalau teman-teman ada rencana beli atau cari eReader, lebih baik kenali sesuai kebutuhan ya. 




Walau sekarang punya eReader, saya masih cukup rajin jajan buku fisik. Karena sensasi bau buku fisik dan rasa menyenangkan membalikkan lembar buku menurut saya gak pernah tergantikan. Ditambah lagi dengan membeli buku fisik, kita bisa bantu industri perbukuan di Indonesia terutama, bisa tetap bertahan di masa sulit. Oiya, ada satu hal lagi: sebelum memutuskan membeli eReader, pastikan sudah tahu kalau akan tetap ada uang keluar buat beli buku digital ya! jangan download buku bajakan. Makanya saya pilih eReader yang android base, supaya bisa cari harga paling murah +kalo bisa gratis di iPusnas hehe. 

Sekian teman-teman! Terima kasih sudah mampir.
Aku beli di toko ini ya: https://tokopedia.link/8s3OG2CMMob  Ini tokonya dijamin terpercaya karena booxku sempat bermasalah di awal, tapi langsung diganti dan respon penjual amat cepat!

We somehow managed to make a trip from Cimahi, our hometown to Bengkalis, an island in Riau Province that only 2 hours away by ship from Malacca, Malaysia. 

Istana Siak


Pekan lalu saya, Mas Har dan Rana melakukan perjalanan jauh pertama kami dari rumah ke tempat projek kerja Mas Har saat ini di Pulau Bengkalis, Riau. Ada satu alasan berat kenapa saya ingin ikut pergi, bukan karena ingin liburan atau ingin jalan-jalan, tapi karena ingin bertemu Emak! Emak Ilin, sahabat saya dan Mas Har, rekan satu penempatan waktu Indonesia Mengajar di Banggai dulu. 

Karena sedang pegang project kerjaan yang cukup menyita waktu, saya sampai gak melakukan riset sama sekali perjalanan kesana akan bagaimana, hotelnya gimana, tempatnya gimana bla bla bla semua saya skip dan saya percayakan pada Mas Har. Jelang hari H, baru saya sadar kalau perjalanan kesana lumayan berat dan Ya Allah lumayan banget ke Bengkalis bawa bayi haha. 

Sebetulnya saya gak banyak jalan-jalan di Bengkalis, jadi ga bisa banyak cerita juga ada apa aja disana hehe. Karena saya sama sekali gak ambil cuti, saya ajak adik saya untuk bantu gantian jaga Rana di kamar hotel. Kami keluar hanya waktu cari makan. Ada beberapa hari juga bisa jalan-jalan sore sih sama Mas Har Naik motor keliling kotanya. Tapi part paling seru dari perjalanan ini ya emang ketemu Emak dan nyicip perjalanan pertama yang cukup jauh buat Rana. +Makan Seafood haha!

Pengalaman terbang pertama Rana

Bertemu Emak setelah terakhir temu 2019 di Jakarta


Jauh-jauh ke Bengkali, tetap nemenin Ibu kerja di Hotel


View restoran di hotel tempat menginap: pohon dan rawa-rawa mangrove

Di Pantai Selat Baru, Bengkalis

Nyebrang dari Bengkalis ke Sumatera


Jujur saya agak gak siap untuk perjalanan ini, plus pergi dimasa peralihan cuaca ini agak ngerepotin karena: berangkat semua fit, pulang kami berempat sakit. 

Mumpung masih hangat sekali perjalanannya, saya mau kasih beberapa tips untuk teman-teman yang ingin melakukan traveling bersama bayi di masa covid. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan kalau teman-teman juga ingin melakukan perjalanan serupa:

1. Pastikan tahu level PPKM di lokasi kamu dan lokasi yang akan didatangi, ini akan mempengaruhi persiapan tes covid yang perlu dilakukan. 
2. Pastikan tahu kebijakan COVID Test di Masing-masing Bandara! INI PENTING sekali karena ternyata kebijakan di Soetta berbeda dengan bandara lainnya di Indonesia. Di Soetta bayi boleh pakai surat antigen, di Bandara Pekanbaru bayi wajib PCR. 
3. Siapkan dokumen-dokumen keluarga seperti KK (ini jadi verifikasi waktu bawa bayi di bandara), bawa salinan copynya aja cukup!
4. Bawa semua perlengkapan bayi essential! perlak (yg bisa dilipat), popok, baju ganti, minyak telon (kalau pakai) disiapkan di satu tas sendiri. +mainan kalau bayinya sebesar Rana sudah mulai asyik pegang-pegang benda. 
5. Kesiapan makan! ini yang saya merasa banyak miss nya karena Rana baru banget MPASI :'(, saya menyiapkan makanan instan (bubur dan biskuit) bawa termos air panas untuk seduh makanannya, bawa mangkuk dan alat saring makanan, sendok dan beli alat cucinya di dekat hotel. 
6. Jika memungkinkan, pilih penerbangan yang jamnya lebih baby friendly. Misal kalau dikasus saya, penerbangan jam 8.00 pagi malah agak bikin Rana gak nyaman karena harus nyubuh dari Bandung. Tapi pas pulang enak banget, penerbangan jam 1.45 siang, gak rusuh pagi-pagi dan gak bikin Rana Cranky.

Sekian catatan jalan-jalan yang cukup berantakan kali ini, nanti kalau sedang mood saya rapikan ya :').
Atau bikin deep review lainnya di postingan lain! 
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Jalan Panjang untuk Pulang karya Agustinus Wibowo
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim Ho-yeon
  • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, Bacaan untuk Memahami Pembantaian Massal 1965 dalam Konteks Global

Arsip Blog

  • ▼  2025 (20)
    • ▼  Juni 2025 (2)
      • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, ...
      • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
    • ►  Mei 2025 (5)
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes