Journal Asri

 


Halo! Selamat Tahun Baru 2022 semuanya!
Bagaimana list resolusi tahun ini? sudaaah buat kah? ☺

Tahun ini saya absen membuat resolusi dan target apapun. Tidak ada lagi target ingin bangun pagi seperti tahun lalu, tidak ada lagi target membaca dan membuat konten-konten buku seperti tahun lalu, tidak ada resolusi ingin olahraga atau apapun itu. Sebetulnya saya ingin mencoba bedanya absen membuat resolusi tahunan seperti biasanya. Apakah jangan-jalan bisa lebih baik menjalani hari karena tidak dikejar-kejar target dan tantangan untuk diri sendiri? 

Padahal sebenarnya saya amat suka tantangan hehe. Jadi anggap saja tahun ini adalah tantangan untuk tidak membuat dan menyelesaikan tantangan apapun. 

--

Awal tahun 2022 diawali dengan kesibukan yang cukup seru di tempat kerja. Setelah agak berleha-leha di akhir 2021, sempat merasakan cuti dua hari pulak sebelum akhir pekan (jadii bisa libur panjaaang). Awal tahun malah dikejar-kejar target. Tidak di kejar target pribadi malah ganti dikejar target di tempat kerja. 

Awal tahun 2022 juga diawali dengan keinginan membaca untuk kembali ke dapur, setelah absen delapan bulan masak!! Sejak Rana lahir, saya sama sekali gak ke dapur. Jadi ibu baru dan bekerja penuh waktu membuat saya harus punya prioritas. Mana mana yang duluan. 

Pioritasnya tentu: Mengurus Rana (walaupun porsi ini dapat bantuan besar dari banyak pihak), Waktu bersama Suami, bekerja, membaca, bersenang-senang dengan diri sendiri (baca:leyeh-leyeh), istirahat yang cukup, Hayu Maca, baru RUMAH (masak, beberes dan lainnya). 

Selama ini Mas Har sangat bertanggung jawab mengurus rumah mulai dari beres-beres sampai cuci baju (yang walaupun cuma mutar mesin cuci, ogaah sekali saya lakukan. Berat rasanya huuhu). Makan pun beli diluar atau nebeng Ibu (privilese rumah ke Ibu tinggal jalan 5 menit). 

Akhir tahun kemarin, tumben-tumben saya nonton YouTube. Saya gak terlalu suka nonton YouTube sebetulnya. Lalu muncul rekomendasi video seorang ibu-ibu di Korea yang melakukan aktivitas sehari-hari, beres-beres rumah, main sama anaknya, masak, aduh benar-benar full time di rumah, tapi asyik sekali dilihat. Videonya diiringi lagu yang asik pula ambiencenya. Jadi akhir tahun kemarin saya jadi rajin lagi beres-beres rumah dan menyempatkan waktu untuk setidaknya masak satu menu di pagi hari untuk Mas Har. 

Motivasi kadang datang dari hal-hal yang gak terduga ya. Kok bisa-bisanya saya yang gak pernah dapat tekanan eksternal dari siapapun untuk masak, eh malah mau masak gara-gara nonton video estetik di YouTube. :)

Singkat cerita, sekarang saya beneran berprogress di dapur, juga semakin rajin beberes debu. Peningkatan ini sayangnya juga diiringi dengan satu hal gak sehat yang jadi kebiasaan saya kalau punya hobi baru: beli barang-barang baru :'). Kali ini wishlist saya agak aneh-aneh. Dari Apron kotak-kotak, pan granit baru (karena pan di rumah juga sudah rusak dan agak bahaya karena bahannya mulai ngeletek), lap-lap dapur!, sampai perintilan untuk bikin kue bolu. 

Gak semuanya langsung dibeli sih, satu-satu karena mau lihat seberapa konsisten ini semua berlangsung. Ah iya, ada satu hal yang saya suka dengan kembali ke dapur. Mungkin karena akhirnya pagi saya tidak dimulai dengan scrolling HP, baca WA atau medsos, pagi saya justru lebih mengasyikan. Ketika memulai kerja jadi lebih tenang dan siap memulai hari. 

Walau masih riweuh banget karena patokan pagi yang idealnya masih 'pagi before Rana', sekarang mulai terbiasa untuk bangun (sedikit) lebih pagi supaya bisa masak. 

---

Kalau kamu, memulai 2022 dengan semangat baru ngapaiiiin?


Membaca buku klasik kedua

Pengalaman membaca buku klasik saya diawali dengan membaca The Railway Children karya E. Nesbit di tahun ini. Menutup akhir tahun, saya mencoba menantang diri membaca karya klasik yang hampir tidak pernah jadi minat saya. Saya bertanya rekomendasi bacaan klasik ringan pada Kak Rezki, seorang kawan bookstagram, dan sampai pada rekomendasi ini: The Call of The Wild (Panggilan Alam Liar) karya Jack London. 

Blurb

Buku ini bercerita tentang Buck, anjing ras campuran St. Bernard dan Scotch Shepard yang awalnya tinggal di daerah 'selatan' yg hangat. Ia tinggal sebagai anjing peliharaan keluarga hakim yang kaya raya, disayang keluarga majikannya dan tak pernah sekalipun ia dibuat kelaparan atau bekerja keras. Anjing rumahan istilahnya.

Suatu hari, ia 'diculik' dan dijual oleh salah satu pelayan keluarga hakim, seorang penjudi yang membutuhkan uang. Kala itu, daerah utara (arah Kanada) sedang membutuhkan anjing yang kuat dan gagah perkasa, serta berbulu tebal untuk melindungi diri dari tebalnya cuaca. Anjing-anjing ini nantinya akan menarik kereta seluncur, menyelesaikan misi-misi besar majikannya. 


Buck dikirim menggunakan kereta dan sampai di sebuah tempat penampungan dimana anjing-anjing tersebut dijual bebas. Awal petualangan Buck dimulai dengan bekerja untuk Perreault & François, pasangan pengemban misi pemerintah Kanada. Buck belajar bagaimana untuk terus bertahan hidup di tengah kerasnya cuaca dan adaptasi 'tim' barunya yang berisi beberapa anjing dengan jenis  dan kepribadian yang sangat berbeda.

Perjalanan ini rupanya menhidupkan kembali insting Buck sebagai seekor hewan, atau sering disebut dalam buku sebagai 'insting hewan purba', yang bukan hanya tangguh dalam bertahan hidup, namun juga amat mendambakan kebebasan untuk hidup di alam liar

Review Asri

Membaca buku setebal 158 lembar ini rasanya nano-nano, saya hampir menangis ketika Dave, salah seekor anjing rekan tim Buck tak sanggup melanjutkan perjalanan karena terlalu lelah. Juga menahan kengerian sekaligus penasaran melihat perubahan karakter Buck dari bab ke bab.

Ketika berdiskusi dengan Kak Rezki via DM Instagram, kak Rezki sempat menyarankan untuk mencoba untuk membayangkan Buck sebagai manusia. Hal ini sebetulnya sudah saya lakukan sejak baca di pertengahan, perkembangan karakter Buck, mirip sekali dengan perkembangan karakter manusia :').
Rasanya kadang semengerikan itu ya jalan untuk mengejar kebebasan, dan memang butuh sebuah momentum untuk sadar kalau diluar hidup aman nyaman seperti biasa, ada petualangan seru yang menanti di luar sana. Dan petualangan tersebut bisa apa saja bentuknya.

Ada juga hal menarik buat saya ketika Buck bertemu majikan terakhirnya, yang justru kebalikan dari semua majikannya sebelumnya: bisa memberikan cinta dan kasih sayang untuk Buck. Hal ini membuat Buck dilema memilih antara majikannya atau kebebasan yang selalu ia impikan. Mirip sekali bukan dengan keadaan banyak dari kita atau teman-teman kita?

Ada yang ingin mengejar karier dan sekolah tinggi namun bertahan untuk tetap tinggal di kampung demi baktinya pada orang tua, ada yang menanggalkan impiannya demi berkompromi untuk keluarga, apapun bentuknya, rasa cinta memang satu hal unik yang sering kali menahan kita dari impian dan cita-cita, namun bukan berarti buruk. Pada banyak kasus, pilihan untuk tetap bertahan pada rasa cinta justru jadi hal yang membuat perasaan lega, walau akhirnya tak selalu berujung bahagia. 

Ah, baca fabel sependek itu saja jadi panjang sekali pikiran saya. Tapi pengalaman membaca buku klasik ternyata menyenangkan ya! Jadi ingin membaca lebih banyak buku klasik di 2022!

Seminggu sebelum tahun ini berakhir, saya mengambil rehat sejenak dari kantor. Cuti! Yeay! Sengaja ambil Kamis dan Jumat agar bisa sambung Sabtu Minggu. 4 hari cuti, kemana tuh? Tentunya tidak kemana-mana :), saya memang ingin rehat saja. Leyeh-leyeh di rumah tanpa ada keharusan buka laptop pagi-pagi atau cek email sebelum tidur. 

Sebagai wargi Cimahi, Saya, Mas Har dan Rana jarang sekali berkontribusi pada kepadatan kendaraan di kota Bandung. Ha! Alias gak pernah kemana-mana bund! kehitung jari keluar ke Bandung selama 2021 ini. Mumpung cuti akhirnya kami jalan-jalan ke Bandung. Ada dua destinasi yang ditentukannya baru diatas motor menuju ke Bandung: Eiger Store jalan Sumatera dan makan siang di Jalan Braga. 

Beberapa waktu lalu saya sempat membaca sebuah thread di Twitter, berisi review makanan di Toko Kue Sumber Hidangan, Braga. Pas sekali kami parkir motor di depan Sumber Hidangan, langsunglah saya mampir masuk. 

Suasana di Sumber Hidangan memang persis seperti yang diceritakan pemilik thread di twitter. Gelap dan agak usang, seperti toko kelontong lama yang memiliki banyak etalase tapi hanya sedikit yang terisi. 

Sebagai pendatang baru, yang datangnya gara-gara tren sosial media pula, saya gak mau sok tau hehe, daripada kecewa saya tanya ke Ibu yang melayani saya, apa yang enak, saya mau yang manis satu dan yang asin satu. Lalu saya dapat rekomendasi Soes dan Risoles isi ayam. Masing-masing harganya 12.000, cukup mahal untuk level jajanan pasar di Bandung sekalipun, atau mungkin saya jarang jajan mahal ya biasa beli jajanan pasar yang harganya 2.000-3.000an. Tapi karena penasaran saya tetap beli hehe. Oiya, gedung tempat toko ini berada, termasuk gedung cagar budaya yang dilindungi pemerintah. Stempel di depan toko yang mengatakan seperti itu, mungkin itu alasan bagian dalam gedung tua ini tak banyak dipugar. Dibiarkan apa adanya. 

Bagaimana rasanya Soes dan Risoles 12.000 per pcs? 

Soesnya: ENAK! fla-nya lumer dan enak sekali deh pokoknya dibanding soes-soes lain yang pernah saya coba. Sementara untuk Risolesnya, juga enak tapi saya pernah cicip yang lebih enak, jadi gak seberapa berkesan. Soesnya mauuu sih, beli lagi kalau lagi main ke Braga. Nah, karena saya biasanya mereview buku, bukan makanan, ini patut sekali dipertanyakan seleranya hehe. Ini penilaian subjektif ya teman-teman! Tapi lebih dari sekedar rasa makanan, jajan disini bisa memberikan sensasi jajan jaman doeloe. Apalagi kalau dine in kali ya. Ini kebetulan saya take-out karena mau cari tempat makan siang untuk Saya dan Rana. 

Penasaran mau coba? silakan mampir sendiri kalau lagi main ke Braga ya. 



Akhir tahun ini, belanja buku malah makin tak terkendali! Desember ini saya belanja buku lumayan banyak. Buku Rana dan Buku saya. Semuanya kalau ditotal-total lumayan bikin kantong menjerit. Apalagi Buku Rana yang harganya seringkali 2x lipat harga buku saya. Anehnya, saya tetap terus membeli buku. Jajan buku rasanya satisfying sekali! Periode akhir bulan ini saya akali dengan jajan buku preloved saja agar kantong tak terus-terus menjerit. Sungguh salah satu alasan yang cukup besar kenapa saya bekerja sampai hari ini salah satunya adalah agar bisa jajan buku tanpa merasa berdosa ambil jatah tabungan pendidikan Rana :').

Hari ini ada tiga buku baru yang masuk. Garis Batas, Selimut Debu dan Rumah Kaca. Dua buku pertama adalah buku bergenre perjalanan! Bacaan yang saya amat nikmati waktu kuliah dulu dan sudah lama tidak mengulang membaca buku-buku tersebut. Dulu saya senang membaca buku traveling yang dibawakan dengan narasi ciamik karena saya juga suka jalan-jalan. Bukan jalan-jalan ke tempat jauh hihi, apalagi bolak-balik keluar negeri. Jalan-jalan saya biasanya keliling sudut kota, naik angkot sendirian ke tempat-tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Tapi semua berubah sejak saya mulai pindah kembali ke Cimahi. Saya sadar setelah melihat tulisan-tulisan saya. Bahkan ketika di Banggai, saya cenderung menulis tentang perjalanan ya karena kebetulan sedang jalan-jalan dengan teman-teman saya. Bukan karena saya menginisiasi jalan-jalan tersebut.

Sekarang apalagi setelah punya anak. Jalan-jalan malah jadi sesuatu yang kadang mengerikan buat saya :) banyakan repotnya daripada senangnya. +Pandemi, yah sudah deh. Kebanyakan di rumah. Tapi 2021 keluarga kami dapat banyak kesempatan untuk berkelana ke tempat-tempat baru bersama Rana. Sesuatu yang bahkan tidak kami rasakan di tahun-tahun sebelumnya. Karenanya saya ingin kembali menulis tentang perjalanan. Setidaknya di blog ini, hitung-hitung kenang-kenangan untuk Rana. Supaya suatu saat ketika ia sudah pandai membaca, ia tahu kemana saja ia berkelana bersama Ayah Ibunya. Dan karena hal itu saya ingin kembali membaca cerita perjalanan. Agustinus Wibowo bukan nama sembarangan di dunia tulisan perjalanan. Semoga setelah membaca bukunya, saya bisa kembali semangat menulis kisah kami melangkahkan kaki! 


Rana di Argo Wilis, Desember 2021



Sepertinya semua buku dari @rabbitholeid gak perlu dipertanyakan lagi kualitas konten, ilustrasi dan kualitas bahannya ya. Kami hampir punya semua buku Rabbithole di rumah sejak ada Rana. Salah satu buku Rabbithole favorit Rana dan Ibunya juga judulnya "Papa". Buku ini cocok sekali buat bayi karena tidak ada tulisan kecuali tulisan papa dan dada di setiap lembarnya.

Seperti buku anak pada umumnya, buku ini amat mengutamakan ilustrasi. Di buku ini digambarkan kehangatan ayah dan anak baik ketika ayah ada di rumah ataupun harus kerja dan ga di rumah karena urusan tertentu.

Saya juga suka lembar dimana sang Ayah ajak anak perempuannya keluar untuk main dan Ibu digambarkan bekerja/berkarya depan laptopnya. Rasanya seperti Ayah sedang memberikan Ibu 'Me Time', walau gak lama.

Walaupun hal-hal yg tergambar disini amat konvensionaal sekali hihi: ibu masak, ayah bekerja, ibu dirumah, anak punya ibu ayah lengkap. Rasanya pas buat saya untuk mengenalkan kalau ayah dan ibu sama2 melakukan hal terbaik untuk anaknya. Juga pas untuk pengenalan anggota keluarga buat Rana yang digambarkan persis seperti dibuku tersebut, tidak punya kakak dan adik di keluarga.

Tapi tentu perlu juga mengenalkan bacaan lainnya pada anak agar ia tahu gak semua anak dan keluarga gambarannya sempurna seperti yg ada di buku ini.

Seperti judulnya, yang paling sering bacakan buku ini buat Derana adalah ayahnya. ❤️

Konten:4/5
Ilustrasi: 5/5
Cocok untuk usia: 0 - 3 tahun
Bahan: Board book
Penerbit: Rabbithole


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Jalan Panjang untuk Pulang karya Agustinus Wibowo
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim Ho-yeon
  • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, Bacaan untuk Memahami Pembantaian Massal 1965 dalam Konteks Global

Arsip Blog

  • ▼  2025 (20)
    • ▼  Juni 2025 (2)
      • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, ...
      • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
    • ►  Mei 2025 (5)
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes