Journal Asri

Tahun ini saya kembali ikutan #ReadChristie setelah absen beberapa lama. Alasannya sederhana, banyak buku Agatha Christie yang sempat saya beli beberapa waktu kebelakang, tapi belum sempat dibaca. Jangankan dibaca, segelnya saja belum dibuka. Jadi gas lah, mumpung tahun ini ada banyak waktu luang untuk membaca. Bulan ini temanya adalah Artist. Sebetulnya buku yang direkomendasikan adalah Five Little Pigs. Tapi saya belum punya di rumah. Opsi lainnya bisa buku Third Girl yang saya baca ini atau buku The Hollow. Third Girl dan The Hollow saya punya di rumah, jadi langsung pilih satu dan akhirnya membaca Third Girl. 

Jujur membaca Third Girl seru sekali! Buku Oma tuh kan khas banget ya buat saya, beliau ngebuild dulu cerita di awal yang bikin beberapa buku emang agak bikin ngantuk dan bisa dibilang bikin bosan sampai akhirnya ketemu hook yang bikin kita gak mau simpan buku sampai akhir. Nah si Third Girl ini malah menempatkan hooknya di awal gitu. 

Blurb

Ceritanya seorang gadis datang ke rumah Poirot untuk mengakui kalau dia telah membunuh seseorang, tapi dia sendiri kelihatan ragu. Gak lama berselang, sang gadis ini ngilang. Karena Poirot gak tahu nama dan asal usul si gadis, dia kelihatan udah mau bodo amat, tapi juga kepikiran, sampai bertemulah dia dengan sahabatnya, Mrs. Oliver, penulis novel misteri yang cerita kalau baru-baru ini dia nyuruh orang ketemu Poirot dan dari deskripsinya, mirip dengan yang disampaikan Poirot. 

Setelah tahu nama dan alamatnya, Poirot mendatangi rumah sang gadis di pedesaan, rumah keluarga, bukan rumah sehari-hari yang ditempati, karena si Gadis, yang belakangan ketahuan namanya adalah Norma Restarick, tinggalnya di London. 

Setelah datang ke rumah keluarganya, ketemu beberapa orang yang kenal dia, semua orang seolah menganggap Norma ini agak gak waras, gila, sinting, gak normal, pokoknya gak ada bagus-bagusnya deh yang orang sampaikan tentang Norma. Norma punya kehidupan sulit dengan Ibunya (bukan secara finansial, karena Bapaknya kaya), sejak kecil Norma ditinggal ayahnya yang kabur buat bertualang ke Negara-negara eksotis sama perempuan muda yang dicintai sang Ayah. Ibunya kesel dan benci banget sama di perempuan selingkuhan ini dan sepanjang masa kecilnya, Norma dibikin gak nyaman dengan keadaan ini. 

Sang Ayah akhirnya kembali ke London setelah 'petualangan'nya selesai. Dia balik dan punya istri baru, Mary Restarick yang ditemuinya di Afrika Selatan. Norma hidup gak akur dengan Mary, ini juga yang akhirnya membuat Norma pindah ke London. 

Artist

Tema Januari ini memang Artist dan kamu akan menemukan benang merah tema dengan buku ini di pertengahan sampai akhir cerita dimana orang-orang terdekat Norma mulai kelihatan kesehariannya mengerjakan apa. Jadi saya gak bisa cerita lebih lanjut karena nanti malah spoiler. 

Saya sendiri cenderung gak menebak-nebak di awal siapa yang menjadi pelaku pembunuhan (yap, beneran ada pembunuhan di sini), dan mencoba menikmati baca bukunya aja, jadi ga bisa bilang juga apakah tebakan saya akan pelaku benar atau salah. Tapi cukup mindblowing dan agak gak ketebak. Jadi secara keseluruhan menurut saya bukunya seru!

Rating

Saya kasih 4 dari 5 bintang untuk buku ini karena saya menikmati baca bukunya, misteri di dalamnya yang lumayan bikin Poirot pusing. Hints di buku ini juga asyik banget sebenernya, dibanding buku lain, menurut saya ada banyak petunjuk yang bertebaran yang membuat pembaca bisa barengan menganalisis beragam kemungkinan. 

Saya juga lumayan suka sama karakter Mrs. Oliver yang sumpah agak nyebelin hahaa! tapi saya suka karena membantu penyelidikannya Poirot, terlepas dari agak ngeyelnya beliau ya. Sudah dikasih tahu untuk hati-hati tapi gak juga, jadi ajah kenapa-napa. Tapi kemunculan Mrs. Oliver di sini memang memegang peranan penting. Terakhir saya ketemu beliau di buku hallowe'en party kalau gak salah. 

Kesimpulannya buku ini lumayan OK buat dibaca bahkan oleh kamu yang belum membaca karya Agatha Christie yang lain pun! Gak membosankan, karakternya banyak tapi juga semuanya pegang peranan penting, jadi kita ingat walaupun gak sampai detail namanya hehe. Kalau kamu mau ikutan #ReadChristie2025 di Januari ini, boleh banget nih baca buku ini!





Halo! dengan Asri mode review di sini. Ceritanya akhir pekan lalu saya mampir untuk pertama kalinya ke Artemedia Shop di Jalan Soekarno Hatta Bandung. Saya sudah sering sekali ke Artemedia tapi ke tokonya yang di Balubur Town Square untuk belanja Art Supply. Ini pertama kali ke Soetta dan baru tahu kalau ada tokonya di sini karena gak sengaja search maps di google, eh yang muncul yang di Soetta. Karena lebih dekat dari rumah, saya senang senang aja sih mencoba ke sana. Daaaaan, please kalau kalian suka belanja Art Supply dan kalian tinggal di Bandung dan sekitarnya, kalian harus coba ke sini! Karena tokonya super duper besar, lega dan lengkap banget (please note tetap gak semua brand ada ya, karena sepertinya beberapa brand emang gak masuk ke Artemedia). 



Sebetulnya saya datang untuk beli kertas gambar buat oil pastel dan paper stump saja, tapi seperti kebiasaan kalau masuk toko Art Supply yaaa, ga mungkin beli yang direncanakan ajaa, apalagi kalau ada diskon besar. Nah kali ini kembali terjadi nih. Harusnya Saya ga beli cat air karena kemarin cek banyak banget cat air dan watercolor pencils di rumah. Tapi Mba petugasnya kasih tahu ada diskon best deals banget dari Winsor & Newton watercolor gift set seri professional. 

Karena belum punya seri professional, saya penasaran banget. Jadi muter-muter di toko agak lama sambil menimbang beli gak ya beli gak yaaa. Dan berujung beli! hehe karena beneran best deals banget sih. 

Set Journal Gift Collection ini harganya 2.000.000 yang isinya:
1. Set 12 half pan Winsor & Newton Professional dan tin boxnya,
2. 1 brush series 7 nomor 3, dan
3. Winsor & Newton watercolor Paper professional
Bonus lainnya ada kertas watercolor buat nyobain swatch color.

Nah, dari 2juta, diskonnya 60% jadi saya hanya perlu bayar 800.000 ajaaaa! FYI harga Brush series 7-nya Winsor & Newton yang Nomor 3 itu udah 700.000 sendiri! (I don't think I will need this brush tbh! it's so expensive, tapi jadi penasaran juga buat nyoba brush 700ribuan (cry)). Jadi kalau bahasa marketing Mba petugasnya: Anggap aja beli brushnya, tapi bonusnya watercolor professional series dan sketchbook winsor professional (LOL). Nah, sebelumnya saya memang sudah punya set Winsor & Newton, tapi yang Cotman 12 half pan. Kayanya saya beli sekitar 2018, berarti sudah 7 tahun lalu dan masih ada aja di rumah, belinya juga di Artemedia. Series professional ini memang ada di wishlist saya, jadi yaa sekalian deh. Itungannya juga tetap jauh lebih murah buat beli set ini bahkan kalau gak ada brush super mahal dan watercolor papernya. Karena satu half pan Winsor & Newton Professional series 1 saja harganya sudah 132.000/warna. Dikali 12 sudah 1,5juta. Jadi memang best deal! 

Boxnya memang exclusive sekali!

Detail isinya apa aja

Close up Look

Perbandingan brush Series7 dengan seri Foundation yang saya pakai sehari-hari di rumah

Perbedaan series cotman dengan seri professional yang saya punya di rumah
Semua warnanya setelah dicoba
Termasuk di dalam set: Kertas Cat Air 300gsm - Cold Pressed - 13x18cm - 15 Lembar


Sampai rumah ga sabar sekali mau unboxing dan langsung coba cat airnya. Kerasa gak bedanya sama seri Cotman? Kerasa sih hahaaa. Memang ada harga ada rupa ya.  Setelah coba langsung cat airnya di kertas cat air 300gsm, berikut perbedaannya: (disclaimer dulu, buat warnanya memang gak sama persis seriesnya ya, karena yang ada di set Cotman dan Professional emang beda). 

Nah, saya baru banget bongkar dan belum sempat pakai buat melukis apapun! semoga hari ini bisa amiiiin. Nanti kalau sudah coba buat melukis, gak hanya swatch-swatch aja, saya update juga ya disini! Oiya, kalau kamu tertarik juga buat punya seri ini, di Tokopedia dan Shopee mereka juga ada diskon walaupun gak sebesar di toko langsung. Dari 2juta jadi 1,2juta aja (tetap worth it mengingat isinya aja 2jt++). Catatan: selama persediaan masih ada, waktu saya beli di toko kemarin, stoknya sisa dua aja.

Sekian review Art Supply kali ini. Sampai temu di review selanjutnya yaaa! 


Halo! hari ini mau cerita pengamalan mencoba Mungyo Artist soft oil pastel yang sata punya di rumah. 

Sebetulnya, ini bukan kali pertama saya bersentuhan dengan oil pastel. Sejak SMP (seingatku), saya sudah dapat mata pelajaran Seni Rupa dan salah satu alat warna yang harus dimiliki dan digunakan untuk mengerjakan tugas. Oil pastel pertama saya adalah Pentel, merek sejuta umat yang lumayan affordable tapi juga kualitasnya bagus. 




Nah, tapi sejak dulu saya memang punya kendala pakai Oil Pastel hehe, terlepas dari masalah bakat (wkkkk, memang dasarnya tidak berbakat), tapi oil pastel ini kalau dipakai melelahkan sekali. Untuk mewarnai bidang sebesar A4 saja tangan saya sudah lelah sekali, terus kotor semua pula. Baru sekarang-sekarang setelah dewasa saya paham malah seninya ya di kotor-kotorannya ini, ngeblend pakai jari malah jadi pilihan utama buat beberapa artist. 

Tahun lalu, saya melihat video seorang ilustrator menggunakan oil pastel sebagai salah satu art supply untuk mix media sketchbook yang ia buat tiap hari. Dan saya naksirrr sekali sama oil pastelnya. Brandnya Mungyo, ketika cek di Indonesia sudah masuk dan ada official shopnya sendiri, saya langsung check out set card yang isi 48 dan sekalian coba beli watercolor crayons yang isi 12. Tapi sepanjang tahun jugaaa tidak digunakan karena memang gak ada waktunya hehe. 

Karena tahun ini ada banyak waktu untuk explore alat lukis dan alat gambar yang sudah dibeli, jadi ini waktu yang tepat untuk mencoba Mungyo Gallery Oil Pastel ini. Set 48 harganya saya beli 429.000 (sekarang sepertinya lebih murah gak sampai 350ribuan) dan set watercolor isi 12 di harga 123.000 rupiah. Agak pricey ya sebetulnya, tapi ketika lihat reviewnya memang kualitasnya baik. Belum selevel professional seperti Sennelier yang satu oil pastel-nya harganya sampai hampir 50.000, tapi juga diatas standar oil pastel lainnya yang banyak masuk ke Indonesia sekarang. 

Kalau kamu mau mencoba-coba oil pastel, beberapa waktu terakhir saya sempat lihat review pengguna yang lebih sering pakai oil pastel dan ada beberapa brand alternatif jika ingin mulai belajar, yang dari kualitasnya cukup ok untuk beginner dan tetap mantap buat diblend yang jadi khasnya di oil pastel. 

Beberapa referensi untuk begineer:

1. Joyko Artist's Oil Pastel (mulai dari isi 12 s.d 48), harganya dari 20.000an sampai 90.000an untuk isi yang 48. Super affordable. 

2. Faber Castell Oil Pastel Black Edition Series, set 12nya mulai dari 35.000an dan ada set 48 dengan harga 130ribuan.

3. Grebel Artist's Oil Pastel, Set 12 warnanya di harga 180ribuan, set 24 di 330ribuan, set 36 di harga 430ribuan, set 48 di harga 600ribuan dan set paling banyak 72 warna di harga 900ribuan.

Sisanya ada juga brand lain seperti MontMarte, Mungyo seperti yang saya coba dan tentu saja yang professional level seperti Sennelier dan Caran d'Ache. Tapi harganya juga professional ya hehe, jadi buat yang beginner seperti saya better coba-coba menggunakan brand-brand student grade level, atau artist level yang lebih affordable. 

Ini gambar pertamaku tahun ini yang kubuat menggunakan Oil Pastel:





Referensinya diambil dari sini: 


Ternyata memang untuk bisa menghasilkan warna yang ngeblend yang bagus seperti khasnya oil pastel, ya harus diblend ya. Buat membantu ngeblend warna, saya pakai paper stump yang baru saya beli di Artemedia Bandung, tapi di toko online juga banyak banget dan harganya murah banget. Selain Paper stump, kamu bisa juga pakai tisu, atau tangan kamu sendiri untuk ngeblend warna Oil Pastel. 

Nah sekiaaan! Semoga tahun ini aku bisa banyak coba-coba oil pastel juga supaya art supply yang sudah dibeli bisa dipakai hehe. Kamu punya pengelaman unik atau tips pakai Oil Pastel? Share di kolom komentar yaa! 

Sampai ketemu lagi di cerita #GambarAsri lainnya. 

 

Sampai juga di hari ke-7 challenge gambar-gambar tiap hari! Hari ke-7 ini saya menggambar bunga yang referensinya diambil dari buku Wild Flowers by Colour karya Marjorie Blamey. Salah satu botanical illustrator favorit saya yang skill-nya aduuuh hehe luar biasa. Saking sukanya, saya pelan pelan mencoba mengoleksi buku Blamey. Sekarang ada tiga buku Blamey di rumah, selain buku yang saya sebut diatas, ada Painting Flowers dan A Handbook Guide to the World Flowers of Britain and Northeren Europe. Mengoleksinya pelan-pelan tentu saja karena harganya mantappp menguras kantong sekali. Buku-buku ini sudah tidak lagi terbit, sehingga tiap ada penjual yang menawarkan prelovednya, harus war dengan kolektor lainnya. 

Gambar-gambar lain untuk challenge gambar harian saya unggah di Instagram! Kamu bisa ikuti di https://www.instagram.com/wanderbook_/ semoga terus konsisten sampai 343 hari berikutnya ya. Amiin

Selamat tahun baru semuanya! Menyambut tahun yang baru dan kesibukan yang baru sebagai stay at home mom, tahun ini saya menambahkan salah satu habit yang ingin saya bangun di 2025: menggambar lagi. Rutin, tiap hari dan progressnya akan saya share di media sosial. Harapannya supaya lebih konsisten karena harusnya jadi reminder yaaaa supaya update gambar kalau kelewat. 

Supaya makin gereget, gambarnya juga akan saya share di blog! 

Semoga kita semua diberikan kesehatan dan banyak-banyak hal baik di 2025 ya!

1/365: Kue Apa? Kue Apa?


watercolor on paper

Paper: Baohong 230gsm A6
Brush: vtech 230R Artist Brush No. 12
Watercolor: Pebeo studio watercolor 

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Jalan Panjang untuk Pulang karya Agustinus Wibowo
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim Ho-yeon
  • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, Bacaan untuk Memahami Pembantaian Massal 1965 dalam Konteks Global

Arsip Blog

  • ▼  2025 (20)
    • ▼  Juni 2025 (2)
      • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, ...
      • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
    • ►  Mei 2025 (5)
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes