Journal Asri

Melewati Juli dengan tidak membaca dan menulis terlalu banyak :')).
Agustus sepertinya akan menjadi bulan yang penuh tantangan jua. 

Baru tiga hari, tapi rasanya tak henti-henti mengeluh. Kemarin saya membaca kutipan di media sosial, kalau semua hal yang kita cari, kita lindungi, kita kejar, kita sayangi bermuara pada satu hal: bersyukur.
That post hit me hard. Sepertinya saya sedang kurang kurang kurang sekali bersyukur belakangan. 

sources: https://www.instagram.com/p/CgvuO56P4eR/?hl=en


Sebulan lalu saya memulai membuat prompts jurnal yang isinya menuliskan sebaris gratitude list selama 31 hari di Bulan Juli, ada hari-hari dimana saya sulit sekali menuliskan rasa syukur. Apa yaa yang membuat saya bahagia dan bersyukur di hari tersebut. Padahal ada banyak hal-hal kecil, small win yang saya rasakan. Abainya saya pada hal-hal tersebut membuat hari-hari terasa lebih berat. :').

Kalau ditarik mundur, tentunya ada hal-hal lain yang membuat saya punya perasaan seperti ini. Hanya saja, saya sendiri kesulitan untuk menuliskan hal-hal ini, atau mungkin sungkan ya. Karena bukan hal-hal yang bisa dengan mudah saya bagikan kepada semua orang. 
Bisa jadi ini pertanda sudah saatnya konseling lagi nih! :'))). 

Atau bisa jadi saya juga sudah lama tidak membaca dan menulis santai, terlalu sibuk dengan pekerjaan dan urusan-urusan lainnya. Sepertinya saya harus mulai membuat jadwal membaca lagi, mungkin detox sosial media lagi juga haha. 

Siapapun kamu, dimanapun kamu! Semoga Agustus kamu menyenangkan!!




Hi All! Bulan lalu ada satu buku yang tamat saya baca dan saya ingin merekomendasikan buku ini untuk kamu yang suka baca rom-com dan suka baca buku. Karena buku ini temanya tentang buku :'), judulnya Book Lovers karya Emily Henry. Buku ini sedang cukup ramai diperbincangkan di media sosial (setidaknya di Instagram saya, banyak beberapa teman-teman yang sedang membaca buku ini). 


Ini buku Emily Henry pertama yang saya baca. Sebelumnya saya hanya sering melihat buku-buku beliau berseliweran di Instagram, terutama People You Meet on Vacation, tapi belum tergerak untuk baca. Book Lovers ini yang akhirnya bikin saya tertarik untuk baca karyanya, dan membaca buku ini membuat saya sangat terhibur.

Blurb

Buku ini berkisah tentang Nora Stephens, seorang literary agent yang sangat ambisius dan menyukai pekerjaannya. Di prolog buku ini, Nora dikisahkan bertemu Charlie Lastra, seorang eksekutif editor ternama. Nora ingin Charlie menjadi editor untuk buku Once in A Lifetime karya Dusty Fielding, penulis yang ia pegang. Ia merasa buku ini bisa menjadi hit dan Charlie adalah orang yang tepat untuk buku ini. Namun perjumpaan pertama Nora dan Charlie tidak berjalan lancar. Nora diputusin sepihak oleh pacarnya, lewat telfon, yang membuat ia terlambat dan tidak siap bertemu Charlie. Sementara itu Charlie menolak karena alasan ia tidak menyukai setting tempat buku Once in a Lifetime. Menganggap Dusty tidak tahu apa-apa tentang tempat tersebut. Yang jelas pertemuan tersebut bisa dibilang tidak berhasil. Nora dan Charlie tidak bertemu hingga dua tahun kemudian, dan selama dua tahun tersebut, Nora berhasil membuktikan kalau buku Once in a Lifetime menjadi best-seller dimana-mana. 


Nah long story short, dua tahun kemudian Nora dan Libby, adik Nora yang sedang hamil anak ketiga, melakukan perjalanan sebulan lamanya ke Sunshine Falls, North Caroline. Libby sedang meninginkan jarak untuk mempersiapkan diri kembali jadi ibu yang 24 jam harus ngasuh anak bayi, dan anak-anaknya akan tinggal bersama suaminya. 

Sunshine Falls, tempat pilihan Libby, adalah setting novel Once in a Lifetime yang ditulis Dusty. Libby sangat menyukai karya tersebut, bisa dibilang tergila-gila. Ia juga membuat life-changing vacation list untuk Nora; Ia ingin Nora menikmati liburan di kota kecil dan tidak terlalu sibuk dengan pekerjaannya. 

Sampai disana, Nora bertemu dengan sosok yang tidak ia duga: Charlie Lastra. Ia akhirnya mengenal Charlie lebih banyak disini, juga menemukan alasan kenapa ia bertemu dengan Charlie di tempat yang jadi setting novel yang tidak mau Charlie garap dua tahun lalu.

Siblings Relationship

Buat saya pribadi, buku ini amat menarik karena mengulas kehidupan Nora dan Libbi sama banyaknya (bahkan lebih banyak) dibanding porsi cerita Nora dan Charlie. Gak banyak buku bertema romance yang melakukan hal ini. Mood Nora di buku ini bahkan lebih banyak dipengaruhi oleh dinamika kehidupan Nora dan Libby ketika liburan bersama. 

Nora dan Libby memang punya hubungan yang unik. Mereka berdua punya bonding yang amat kuat, karena mereka hanya dua bersaudara; tidak punya ayah, diasuh Ibu sejak kecil dan ditinggal pergi Ibunya untuk selama-lamanya di usia ketika Nora masuk dewasa awal dan Libby masih remaja. Kebayang kan ya bondingnya :)

Ada beberapa hal yang berhasil ditampilkan penulis dengan amat sangat raw terkait hubungan kakak beradik, salah satunya perasaan tersakiti ketika menjadi orang yang tidak tahu apa-apa; merasa ada rahasia atau hal besar yang ia tidak tahu. Ini mirip juga dengan hubungan pertemanan sebetulnya ya, dulu sekali ketika kuliah, saya sering pundung (haha) kalau teman saya menyembunyikan sesuatu yg penting dari saya. Apalagi kalau ada orang lain yang duluan tahu, kesannya seperti kita tidak dipercaya untuk mendengarkan hal tersebut. Tapi uniknya hal ini berubah ketika kita semakin sibuk dengan kehidupan, mau cerita sini aku dengerin, enggak juga gapapa, I just hope you have at least one good person to listen to your story :'). 

Nah tapi hal ini emang bisa jadi gak berlaku kalau kamu deket banget sama adik kamu seperti Nora dan Libby; yang inginnya tetap dapat update terutama kalau ada hal-hal penting yang terjadi di kehidupan masing-masing. 




Ini salah satu kutipan di bukunya. Saya sampai tandain karena ini benar-benar menggambarkan emosi yang terjadi dalam diri saya juga ketika merasa dilewatkan untuk jadi tempat cerita oleh orang-orang yang saya sayang. Apalagi kalau kamu sudah merasa melakukan pengorbanan besar untuk orang tersebut. 

Yah anyway, hubungan Nora dan Libby memang jadi hal yang menurut saya paling menarik dari buku ini!

Nora & Charlie; Hubungan yang Dewasa

Kalau kamu capek baca rom-com yang ceritanya menye-menye, atau merasa "apaan sih tokohnya dramatic banget" nah, buku ini bisa banget kamu baca karena menurut saya hubungan Nora dan Charlie tuh contoh hubungan orang dewasa yang pas dan ideal; dan somehow relatable (unless endingnya mungkin ya). 

Charlie disini juga gak digambarkan sebagai sosok yang sempurna seperti di buku-buku romcom lainnya hehe, sepertinya yang disorot banget sebagai kelebihannya Charlie tuh how smart he is dan how good he is with what he do; dalam hal ini editor buku. Tapi untuk hal lainnya enggak kok; ada sepupunya yang lebih ganteng dan jago ngobrol, dia juga gak kaya raya tajir melintir (he's just a middle class worker; like most of us); karenanya ia harus ada di Sunshine Falls, he's just an ordinary man. 

Nora di buku ini malah digambarkan lebih heroic, dengan kesulitannya kehilangan Ibu di usia muda, dan jadi "Ibu" buat Libby dalam beragam urusan termasuk finansial, membuat ia harus menempatkan kepentingan keluarga dibanding keinginannya sendiri. Seperti biasa, sosok seperti Nora ini, yang terlihat amat 'shark' diluar, memang biasanya punya banyak self-doubt atau kerapuhan yang hanya ia yang tahu, atau hanya bisa ia buka pada orang yang ia percaya. 

Ketika akhirnya Nora menceritakan kisah-kisahnya pada Charlie, Charlie bisa banget memahami 'harus ngapain' untuk membuat Nora jadi Nora yang lebih baik. Dia juga mendukung sekali Nora untuk mengejar mimpi yang selama ini ia pendam. Terus kenapa saya bilang hubungan mereka berdua itu hubungan yang dewasa: karena melihat realita di sekitar mereka berdua; gak maksain ketika emang ga bisa barengan karena hubungan tuh gak bisa makan pakai cinta doang, dan berada berdua tanpa memikirkan matang-matang konsekuensi kedepan, malah bisa bikin mimpi seseorang jadi pupus, atau finansial yang pincang disisi lainnya. Aku suka sekali jarak waktu yang diberikan oleh penulis sebelum endingnya untuk membuat Charlie akhirnya mengambil keputusan penting.

Salah satu kutipan dari buku, pujian Charlie untuk Nora.

Book about Book Lovers

Saya harap kamu gak berharap bisa dapat banyak rekomendasi bacaan baru dari buku ini. Karena jujur saya sendiri gak terlalu ngeh sama buku-buku apa aja yang disebut di buku ini. Gak terlalu berkesan, selain kejujuran Charlie kalau dia juga baca romance. 

Tapi yang bikin saya suka disini adalah obrolan-obrolan Nora dan Libby tentang bagaimana mereka tumbuh di kelilingi buku. Mereka suka sekali baca dan literally tinggal di atas toko buku. Ibu mereka menularkan kecintaan pada buku ke mereka berdua. 

Hal lainnya yang mungkin bikin setiap book lovers (mungkin saya aja--tapi kayanya kamu juga) excited ketika membaca buku ini: pengen banget punya toko buku seperti Charlie dan keluarganya. Tapi ya Alhamdulillahnya buku ini juga ngasih tahu kalau punya toko buku tuh gak mudah, bahkan Charlie struggling banget disini, usahanya Libby untuk bikin toko buku ini keren banget sih! Libby tuh benar-benar gambaran nyata seorang book lover yang dikasih kesempatan buat menangani Toko Buku biar jadi hype harus kaya gimana. Buat saya pribadi, saya lebih banyak relate sama sosok Libby di buku ini dibanding Nora atau Charlie. Terutama bagaimana Libby suka sekali sama buku dan Libby sebagai sosok yang generalist. 


Endingnya Hmmmm

So far, aku suka sekali baca buku ini. Bisa banyak belajar proses lahirnya sebuah buku dari kacamata agen dan editor, bahkan sedikit dari sisi penulis juga ketika Dusty telfon-telfon Nora. Banyak kosakata baru juga yang aku dapat dari buku ini. Buku ini memberikan gambaran yang rasanya pas buat saya ya tentang bagaimana kita mungkin menghadapi kehidupan. That there are people that come and go in our life, we might be sad, disappointed by the events but life goes on. Setidaknya kehidupannya Nora seperti itu, sampai akhirnya agak terlalu giung kalau kata orang sunda (kelewat manis) hehe. Tapi karena ini buku romance ya menurutku wajar lah ya. 

Patut dicoba untuk dibaca! saat ini Book Lovers belum ada versi Bahasa Indonesianya. Versi Bahasa Inggrisnya bisa kamu dapatkan di kindle, Google Playbook, atau beli fisiknya disini. 

Selamat membaca teman-teman!

image from Unsplash.com

Bulan Juni rasanya jadi bulan paling tidak menyenangkan buat saya dibanding bulan-bulan lainnya di awal semester 2022. Saya merasa hilang fokus, mudah terdistraksi, cepat lelah dan mudah marah. Saya yakin ada beberapa hal yang mempengaruhi hal-hal tidak menyenangkan diatas. Walaupun tidak terjadi setiap hari, tapi kalau diingat-ingat, Juni kok tidak menyenangkan sekali :'). 

Beberapa hal yang membuat Juni saya amat melelahkan: 

  • Maag saya kumat, dan parah sekali dampaknya. Kalau biasanya hanya sakit perut dan harus menahan sakit sampai jalan bungkuk-bungkuk, kali ini saya sampai sesak napas. Karena saya merasa kebiasaan makan saya sebetulnya tidak banyak berubah, my self diagnose is: I got it from a negative stress at work. Agak bikin uniik karena hampir dua tahun saya bekerja di tempat saya kerja sekarang, jarang banget saya stress. 
  • Juni ini juga saya bolak-balik ke Rumah Sakit untuk treatment gigi saya yang sudah lama tidak discaling, berlubang pulak, jadi 2x ke RS untuk tambal-tambal. Saya juga cek ke dokter mata karena merasa pandangan saya belakangan semakin memburuk. Turn out, minusnya beneran naik 2x lipat dari sebelumnya. Sekalian bikin kacamata baru.
  • Setelah rehat medsos, saya balik buka medsos pribadi saya, tapi kok dipikir-pikir saya jadi agak susah ngerem waktu saya di medsos. Terlalu lama, beberapa kali bikin overwhelmed juga. Jadi kepikiran untuk kembali deactive atau log out untuk seterusnya dan update secukupnya di Instagram untuk progress buku saja. Tapi gak taulah, nanti ditimbang-timbang dulu. Karena sejujurnya Instagram pribadi ini juga tempat bisa saling berinteraksi dengan teman-teman, yang gak sanggup saya reach kalau lewat WA (udah keburu capek bund).
  • Rana beberapa kali drop: karena imunisasi dan karena emang kecapean aja kayanya. 
  • Saya jarang sekali di dapur huhu, sepertinya memang Juni tuh beneran sibuk sampai susah spend waktu untuk masak. 
  • Mas Har mulai kerja di tempat baru dan tentunya perlu adjustment, ini bikin beberapa tugas-tugas domestik terbengkalai dan emang jujur ngaruh ke mood.



Tapi, Juni juga menyenangkan karena di Bulan ini saya bisa bertemu Renti, sahabat saya. Renti, suami dan anaknya datang ke Cimahi dan menginap di rumah kami. Senang sekali akhirnya bisa bertemu walau hanya 2 hari dan pasti melelahkan sekali buat Renti sekeluarga untuk melakukan perjalanan bersama seorang toodler, tapi senang senang senaaang sekali. Kami berenam pergi ke Lembang Zoo! Saya berencana menuliskan pengalaman main kesana. Nanti ya di post terpisah!

Juli dimulai di hari Jumat, alhamdulillah. Hari yang saya tunggu-tunggu karena saya sepertinya benar-benar butuh waktu untuk rehat. Sempat kepikiran untuk mengambil cuti agak panjang (maybe a week), untuk recharge energi dan berleha-leha :') tapi gak yakin bisa sekarang. 

Anyway, Juni ini saya gak banyak baca buku. Kalau alasan kenapa gak banyak baca buku, sebetulnya bukan karena sibuk, tapi distraksi balik lagi main medsos dan mood yang jelek. Saya jarang bisa baca buku dengan nyaman ketika moodnya sedang buruk. 

Semoga Juli lebih baaaaik yaaa! dan semoga Juli saya lebih banyak bisa bersyukur dibanding rantingnya! haha.


Bulan Juni kali ini diawali dengan teracuni sebuah komik horor klasik, Uzumaki karya Junji Ito yang diterbitkan oleh Penetbit M&C. Komik ini sebelumnya sudah pernah diterbitkan (namun tidak legal) oleh Penerbit Shiteru. Ini pertama kalinya saya membaca karya Junji Ito, walaupun rekomendasinya banyak berseliweran di Instagram, namun saya justru kena racun setelah beberapa waktu kebelakang banyak mengikuti akun penggila komik di Twitter. 

Dari mereka saya jadi tahu kalau edisi ini cukup spesial karena langsung tamat dalam satu buku (edisi ilegal sebelumnya ada tiga buku), namun ini juga yang membuat bukunya amat tebal untuk ukuran komik. Karena tidak ada jumlah halaman dan keterangan halaman di buku, saya juga kurang tahu nih ini berapa halaman. Tapi kalau disejajarkan dengan komik Elex Media ukuran biasa (saya bandingkan dengan Detektif Kindaichi edisi lama) komik ini tebalnya sekitar 5x komik ukuran reguler. Faktor yang membuat komik ini jadi tebal juga salah satunya karena sudah pakai format bookpaper, karenanya jadi terkesan premium + ada jaket covernya juga juga! memang layak koleksi sih :'). 

Nah tapi sebelum mengoleksi komik ini, berikut hal-hal yang perlu teman-teman tahu tentang buku ini:

Cerita tentang Kota Spiral

Komik ini bercerita tentang petulangan Goshima Kirie. Ia tinggal di sebuah kota kecil dan damai dan tentram hingga suatu hari ia bertemu seorang temannya, Saito Shuichi yang merasa kota ini adalah kota yang memuakkan. Beragam hal kecil dari kota ini, lautnya, suara panggilan dari stasiun, hingga mercusuar yang tak lagi digunakan, semuanya nampak amat menyebalkan bagi Shuichi. 

Ternyata, rasa muak ini muncul dari rumah. Ayah Shuichi amat terobsesi dengan segala hal yang berbentuk spiral. Ia merasa semua hal yang berbentuk spiral adalah sesuatu yang indah. Obsesinya berubah jadi parah sampai ia tak bisa makan tanpa uzumaki. Ia juga 'meracuni' kegilaannya pada hal-hal berbentuk spiral pada Ayah Goshima yang merupakan pengrajin keramik. Ia meminta Ayah Goshima membuat keramik berbentuk spiral. 

Uzumaki

Kegilaan ini membuat Ayah Shuichi pada akhirnya mati dalam kondisi spiral di bak kayu pesanannya sendiri. Di hari kematiannya, saat di kremasi, asap dari pemakaman membentuk spiral dan seolah-olah memanggil istrinya untuk ikut mati. Sejak saat itulah wabah spiral tejadi di Kota ini. 

Jalan cerita dari komik ini sebetulnya menarik sekali, walaupun di awal kita dibuat penasaran, sebenarnya Kota ini jadi spiral karena kelakuan Ayah Shinichi kah? atau karena hal lain? kita akan mendapatkan jawaban di akhir buku. Hal ini jugalah yang membuat saya bertahan membaca bukunya hingga akhir walaupun isinya sangat mengerikan dan literally menjijikan. 


Dari awal hingga akhir, kita akan menemukan beragam kisah spiral yang sungguh gila. Kisah manusia keong, nyamuk yang mengganggu ibu-ibu hamil di Kota tersebut, rambut-rambut yang menjadi spiral sendiri dan mencari perhatian, aduh! ampun deh baca dan lihat gambarnya. Saya merasa pusing dan mual sendiri sesudahnya. 

Visual yang mengagumkan, seram dan menjijikan, tapi ya! mengagumkan!

Saya sampai menuliskan kata mengagumkan dua kali karena visual komik ini aduhlah memang bagus sekali, detailnya! ya ampun, saya sampai gak bisa berkata-kata lagi, memang dua jempol deh untuk komikusnya, empat malah saking gila detailnya. Ga kebayang membuat komik setebal itu dan terus menerus mengulang menggambar spiral hanya dalam bentuk dan medium yang berbeda. 

Nah tapi ini menurut saya jadi warning kalau kamu mudah tertrigger ketika melihat gambar-gambar yang menjijikan. Baiknya tidak dibaca ketika hendak atau setelah makan, karena gambarnya benerang dirancang komikusnya untuk bikin jijik yang baca. 

Plus, saya pribadi gak menyarankan buku ini dibaca oleh Ibu hamil :'), ada satu cerita yang cukup mengerikan tentang Ibu hamil disini, dan karena buku ini bergenre horror, saya tahu betul section khusus tentang hal-hal mistis dan Ibu hamil selalu jadi hal seksi untuk dieksplore, gak hanya di Indonesia saja ternyata ya. Kecuali Mba/Ibu sudah biasa baca komik Junji Ito dan sudah paham efeknya akan seperti apa, ya gapapa. hehe tapi kalau newbie seperti saya, lebih baik jangan :)

Hati-hati menyimpan Koleksi ini di rumah

Menurut saya, komik ini memang layak koleksi kalau kamu suka Junji Ito, suka komik horror klasik dan suka manga dengan detail yang ciamik. Tampilannya juga eksklusif sekali, mantap untuk masuk list koleksi. 

Kalau setelah membaca review diatas kamu jadi tertarik untuk mengoleksi komik ini, please be mindful untuk meletakkan buku ini ditempat yang aman dari jangkauan anak-anak. Keterangan "DEWASA" di bagian depan jaket cover buku ini sebetulnya amat bagus, membantu memperjelas supaya anak-anak tidak membaca buku ini. Jadi ayok simpan di rak bagian atas atau disembunyikan jangan sampai mengundang penasaran anak-anak hihi. 







Informasi Buku

Judul Buku: Uzumaki
Penulis: Junji Ito
Terbit pertama kali: 2010
Terbit pertama kali di Indonesia: 2022
Alih Bahasa: Hasina Sari, Martina Rosmawati
Penyunting: Mustika Arum
Artistik: Heru Lesmana
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama - M&C
Harga: 128,000 (P. Jawa), saya beli dengan harga diskon 20% disini.
Rating: Dewasa

Saya baru sadar saya tidak pernah menuliskan review dan pengalaman saya membaca buku Am I there Yet karya Mari Andrew empat tahun lalu :') sediih karena ini merupakan salah satu buku nonfiksi favorit saya diusia pertengahan 20an. 

Beberapa pekan lalu, saya kembali membaca buku ini dan kali ini saya ingin menuliskan pengalaman saya membaca buku ini, siapa tahu kamu sedang membutuhkan buku yang bisa menemani perjalanan kamu bertumbuh di usia 20an, terutama jika kamu perempuan dan masih single! saya amat merekomendasikan buku ini. (eits, buku ini tetap relevan dibaca kamu yang tidak lagi single kok!) hehe.

Siapa Mari Andrew?

Buku ini ditulis oleh Mari Andrew, ia merupakan seorang ilustrator yang banyak mengilustrasikan kesehariannya di atas kertas lalu ia bagikan di Instagram. Lewat buku ini, ia banyak menuliskan refleksi perjalanan hidupnya di usia 20 sampai menjelang 30. Maybe that's why I really love this book when I read it at 25! and even when I re-read it at 29 :). 

Bisa dibilang buku ini adalah guide to adulthood berdasarkan pengalaman Mari (---yang adalah orang biasa seperti saya dan orang-orang yang membaca bukunya), yang merasakan kebingungan pergi kencan pertama, yang galau sama pekerjaan, yang merasakan patah hati, yang merasakan kebahagiaan ketika menemukan sesuatu yang ternyata ia cintai. 

Membaca buku ini membuat saya sadar kalau saya suka sekali membaca buku-buku nonfiksi yang perspektifnya banyak diambil dari pengalaman dan kacamata personal penulisnya. This makes the book feel humanist and relatable. 

Di pengantar buku ini, Mari menuliskan: 

Ini bukanlah buku panduan yang akan membantumu mendapatkan pekerjaan atau membuatmu bisa melipat rapi seprai dengan pinggiran berkaret (yang ternyata tetap saja susah). Ini adalah scrapbook tentang perjalanan saya--sejauh ini-- menuju hidup dewasa. Saya berharap buki ini bisa menyenangkan dan kamu enggak sedang tersesat di perjalanan kehidupanmu. Sejalan saya memasuki usia dua puluhan, kisah-kisah orang lain adalah lampu bagi saya. Setiap perasaan yang saya dapatkan ketika mendengar kisah mereka dan bilang. "Eh, gue juga kaya gitu!" telah membantu menyingkap jalan setapak misterius di depan saya. Jalan itu pun tidak lagi terasa menakutkan.

What's on the book?

Buku ini berisi delapan bab yang padat, penuh cerita menarik, penuh refleksi dan penuh ilustrasi. Saya senang sekali Bentang Pustaka (penerbit buku ini dalam versi Bahasa Indonesia) tidak menerjemahkan ilustrasi Mari ke Bahasa Indonesia. Karena entah mengapa saya lebih suka ilustrasi tersebut dalam versi bahasa aslinya :') dan karena dikemas dalam ilustrasi ciamik, tidak terlalu sulit untuk memahami artinya, bahkan kalau kita masih di tahap belajar-belajar Bahasa Inggris, bukan di level advance. 

Karena ada banyak sekali isinya. Saya hanya akan menuliskan dua bab yang membekas buat saya! Bab 1 sebagai bab pembuka yang membuat saya merefleksikan kehidupan saya sekarang. Dan bab 5 tentang patah hati dan kehilangan. Oh iya, saya juga akan menambahkan ilustrasi menarik dari bab 6 ya!

Bab 1: Menaklukkan ketidakpastian

Bagian ini berisi tentang kegalauan pertengahan usia mid 20s, bagaimana penulis (seperti halnya saya HAHA) merasa galau dengan pekerjaan yang ia lakukan di usia pertengahan 20 tahunan. "Sering saya merasa cemas. Saya ingin sekali menjadi mapan, berhenti mencari-cari, dan cukup dengan apa yang sudah saya dapat" Cara yang paling ampuh untuk mengatasi kecemasan ini adalah dengan berpikir bahwa kehidupan merupakan kumpulan musim, bukan anak tangga. Meski memang harus diakui, rasanya puas sekali jika kita bisa menapaki anak-anak tangga dan melengkapi daftar "Hal-hal yang harus dicapai orang dewasa". 

Bab pembuka buku ini benar-benar pas sekali menyentil apa yang sedang saya pikirkan ketika masih berusia 25 tahun. Ketika ada banyak sekali pilihan di depan saya dan saya sendiri tidak benar-benar tahu sebetulnya apa yang terbaik untuk saya. 

Ketika membaca lagi bab ini diusia 29 tahun, ketika saya sudah menikah (yang hingga saat ini merupakan keputusan terbesar yang pernah saya ambil), dan punya anak (keputusan terbesar kedua yang pernah saya ambil juga :')). Rasanya tidak banyak pilihan yang ada didepan saya, atau setidaknya tidak sebanyak ketika saya belum menikah dan punya banyak pertimbangan dibahu saya. 

Apakah ini berarti menikah dan punya anak membuat saya tidak bahagia? Aha, saya akui kehidupan setelah menikah dan punya anak tidak selamanya seperti apa yang terlihat di media sosial, ada banyak tangis dan lelah yang tak tampak. Namun kalau diberikan kesempatan untuk mengulang beberapa tahun kebelakang dan diberikan pilihan untuk menikah dengan partner saya saat ini atau tidak. Saya akan tetap memilih untuk menikah. 


Bab 2: Menciptakan Rumah
Bab 3: Menemukan Tujuan
Bab 4: Kencan dan percintaan

Bab 5: Patah hati dan kehilangan

Bab ini adalah Bab favorit saya.
Alasannya: saya membaca buku ini tepat beberapa bulan setelah Ayah saya berpulang. Meninggalkan saya dan keluarga untuk selama-lamanya. Rasa sakit kehilangan orang yang kita sayangi untuk selama-lamanya itu unik, ia tidak langsung menghancurkan perasaan saya dalam satu waktu, tapi menggerogoti hati saya perlahan-lahan. Ada banyak malam ketika saya sendirian di kamar kos saya di Jakarta empat tahun lalu, ketika saya bertanya-tanya: apakah akan jadi berbeda kalau Bapak masih ada? will you fight this cruel world for me, dad? or if not, will you share your time to listen to my story and told me how proud you are of your daughter. 

Mari menuliskan pengalamannya kehilangan Ayahnya yang kurang lebih sama menyakitkannya, hanya versi ceritanya saja yang berbeda. Ia membuat ilustrasi tentang stages of grief yang merupakan siklus dari feel crazy dan feel less crazy-- yep, dua hal itu saja. 

Bab 6: Menghadapi kekecewaan



Bab 7: Mencari Jati Diri
Bab 8: Menemukan Jati Diri

Review Asri

Saya ingin mengulang sekali lagi: Buku ini akan superduper cocok dibaca: perempuan, single, berada diusia 20an, karena ceritanya relevan sekali dengan apa yang dirasakan Mari. Tapi! ada tapinya dan perlu saya tambahkan tanda seru. Buku ini akan tetap relevan dibaca siapapun. Perempuan atau laki-laki, single atau sudah menikah, berada diusia berapapun karena saya yakin di usia berapapun kamu, siklus hidup yang dituliskan Mari akan terus berulang. I mean, kita akan terus menerus menghadapi hal yang membuat kita kecewa kan walaupun berusia 50 tahun? yang beda tentu penerimaan kita terhadap hal tersebut. 

Saya suka sekali buku ini. It's 5/5 stars! dan ilustrasinya amat-amat-amat mewakili perasaan saya. Saya juga bisa merasakan spirit Mari di usia 20an dimana kita terlihat bisa melakukan perjalanan kemanapun, mengambil banyak pilihan dan itu amat tergambar dari ilustrasinya.

Versi terjemahan Bentang Pustaka juga bagus sekali, penerjemah bisa tetap membuat bahasanya relevan dengan kita sebagai pembaca, bukan terjemahan yang kaku! 

A very reflective yet fun reading! wajib masuk reading list kamu yang sedang ingin banyak merefleksikan hidup!

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Jalan Panjang untuk Pulang karya Agustinus Wibowo
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim Ho-yeon
  • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, Bacaan untuk Memahami Pembantaian Massal 1965 dalam Konteks Global

Arsip Blog

  • ▼  2025 (20)
    • ▼  Juni 2025 (2)
      • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, ...
      • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
    • ►  Mei 2025 (5)
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes