Journal Asri


Belakangan ini saya banyak menghabiskan waktu di luar desa Ampera. Tepatnya tiga bulan terakhir bertugas sebagai pengajar muda tahun terakhir di Kabupaten Banggai, waktu saya dan teman-teman memang habis di jalan dan berkegiatan di satu tempat ke tempat lain.

Jadilah saya banyak kehilangan moment bersama anak-anak. Saya sempat punya ketakutan tidak dirindukan mereka ketika pulang ke desa dan kembali mengajar di sekolah saking lamanya saya pergi.

Dan benar saja T.T, bukan tidak dirindukan sih, tapi anak-anak kagok sekali ketika melihat kembali ibu gurunya kembali pulang, mereka malu-malu, sampai istirahat siang baru mereka terbiasa dan main peluk tanpa ragu. Beberapa kembali berebut meminta saya masuk ke kelasnya.


------
Aaaah. Belum pulang sudah baper nih kids !

Tinggal sebulan lagi waktu di penempatan dan hanya beberapa kesempatan saja yang bisa kita lewati bersama-sama nanti. Semoga waktu-waktu yang sedikit itu bisa menjadi waktu yang berharga untuk kita semua ya.

Bu Asri rindu kalian !
Padahal Bu Asri masih di Luwuk dan baru beberapa hari lalu bertemu kalian. Bagaimana jadinya kalau Bu Asri pulang ke Cimahi ?













Aku tak pernah pandai merangkai kata.
Sekali waktu aku mencoba menulis sajak tentang cinta, puisi tentang gundah gulana atau prosa tentang seekor kucing yang dulu kubenci setengah mati namun kemudian tak ingin kulepas pergi, semuanya terasa tak bernyawa.

Hingga akhirnya aku lebih sering menuliskan apa yang kulihat, apa yang kurasakan dengan kalimat seadanya, asal mereka tahu, asal mereka paham, asal kamu mengerti.

Malam itu, dibawah lampu-lampu indah yang selalu kau suka,
ditepi pantai ditemani lagu-lagu favorit kita,
ditemani kerlip bintang-bintang yang tak pernah bosan kupandang,
seharusnya aku sedikit bisa berkata-kata, bukan ?

Tapi aku tetap aku yang malu ketika bicara tentang perasaan dibawah tatapan mata seseorang.
Aku tetap aku yang hanya bisa mengatakan satu kata, namun percayalah itu benar adanya.

Aku pernah bermimpi, tentang suasana hangat malam itu.
Dalam mimpi tersebut aku sendiri, berada di barisan paling depan.
Seolah menantang sang vokalis, "Ajak aku bernyanyi, aku takkan lelah"
Namun malam itu, aku tak sendiri. Aneh rasanya,
namun manis dan takkan terlupa.

Aku ingin berterima kasih pada semesta,
yang telah mengajarkanku satu hal malam itu.
Untuk mencintai dan dicintai. 



-Catatan Malam Hari, yang terlewatkan dari tanah Banggai.
Luwuk, 23 Oktober 2017
 
Difoto Pak Nyoman
Saya selalu merasa senang tiap mampir atau main atau menginap di desa penempatan Bu Iin di Masama. Selain pemandangan perjalanan yang sangat indah, keluarga hostfam yang sangat menyenangkan, Bu In juga dianugerahi anak-anak yang selalu ramah menerima orang baru.

Sabtu, 16 September 2017 lalu Pengajar Muda Kab. Banggai dan beberapa penggerak pendidikan di Kabupaten Banggai datang ke Desa Tompotika Makmur untuk mengadakan Kegiatan Belajar dan Bermain. 

Kegiatan ini mengadopsi kegiatan yang kami lakukan ketika berada di Camp Pelatihan Indonesia Mengajar lalu. Kami membagi diri kedalam enam pos, mulai dari pos budaya lokal, pos keliling nusantara, pos bermain angka, pos merangkai kata, pos eksperimen hingga pos Badan Sehat Badan Kuat. 

Saya dan anak-anak TU

KBB merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka IM Minsule atau IM pamit (dalam bahasa Saluan). Mengingat waktu kepulangan kami tinggal menunggu minggu (10 Minggu lagi tepatnya) sekaligus ajang safari ke desa sambil melakukan kegiatan yang harapannya bisa diadopsi kembali oleh penggerak yang ikut kegiatan kami.

Bu Indah di Laboratorium dadakan
Anak-anak di Pos Bermain Angka
Pak Timor dan Pak Nyoman memimpin senam
Buat saya pribadi, kegiatan ini menyenangkan sekali dilakukan karena kita bisa mengenalkan metode pembelajaran yang kreatif bagi guru sekaligus ajang untuk kenalan sama anak-anak di sekolah teman-teman lain yang biasanya hanya kita dengar lewat cerita. 

Oh iya, di Rumah Bu In, kami juga merecoki lemari Pak Nyoman dan Bu Made, teman-teman sibuk memilih baju bali yang ingin mereka kenakan di hari KBB, hasilnya mantapss sih, seperti halnya orang bali yang selalu terlihat berkarisma ketika mengenakan pakaian adatnya, merekapun demikian. :P 

Pak Hari pakai baju bali

Masih ada 7 Sekolah penempatan yang akan kami datangi. Kalau kamu kebetulan tinggal di Luwuk atau Kab. Banggai dan sekitarnya, tertarik untuk bergabung. Hubungi saya atau teman-teman Pengajar Muda Banggai ya. Email me at asrisudarmiyanti@gmail.com. :)


“Be the change that you wish to see in the world.” - Mahatma Ghandi.

Ketika saya memutuskan untuk menjadi Pengajar Muda, tak pernah terpikirkan walau sekali bahwa saya akan bertemu dengan para penggerak luar biasa yang selalu membuat saya bertanya-tanya tentang apa yang sudah saya lakukan untuk tempat tinggal saya. 

Sembilan bulan menjadi saksi, saksi bahwa selalu ada agen-agen perubahan di setiap tempat. Ada yang bekerja rapi dalam sepi, ada yang bekerja sendiri, ada yang bekerja karena menginginkan perubahan, ada yang bekerja karena mendapatkan kepuasan dari apa yang mereka lakukan. Semua punya cara masing-masing dalam usahanya menjadi agen perubahan. Di Banggai, saya menemui kasus luar biasa.

Di tempat indah ini, penggerak pendidikan dan literasi mampu bekerja bersamaan, saling membantu dan menopang setiap kegiatan, saling bertemu dan bertukar sapa, saling bahu membahu dalam kebaikan. Mereka semua tak sibuk melulu dengan komunitasnya, setidaknya itulah yang saya lihat dalam Camp Penggerak Banggai 2017 yang diselenggarakan Jum'at, 8 September 2017 hingga Minggu 10 September 2017 di Nambo Sayambongin lalu.



Ajang Belajar Bersama

Tiga hari dua malam bersama kami, Pengajar Muda angkatan 13 Kabupaten Banggai bersama dengan 4 komunitas pendidikan di Kab. Banggai, Relawan OKE, Penyala Banggai, Babasal Mombasa dan Komunitas Peduli Pendidikan Pagimana (KP3) belajar bersama tentang beragam ilmu yang kami rasa perlu dipelajari untuk membangun sebuah komunitas yang sehat. 

Sebagai orang-orang yang pernah merasakan langsung betapa serunya suasana camp sebelum penempatan lalu, kami memiliki misi agar penggerak-penggerak luar biasa di Banggai juga merasakan setidaknya beberapa keseruan seperti yang kami dapatkan.

Stakeholder Mapping dan komunikasi stakeholder, disampaikan melalui simulasi langsung agar suasana tak membosankan. Sebagai kumpulan anak-anak (baik PM maupun penggerak di Banggai) yang penuh gimmick dan drama, penyampaian materi seperti ini menjadi amat sangat menyenangkan. Memetakan power dan interest seorang yang berpengaruh dalam sebuah komunitas maupun program bisa menjadi sangat menyenangkan.


Pun demikian dengan beragam materi lainnya. Teknik fasilitasi, coaching dan feedback, Theory of change dan penggunaan Appreciative Inquiry dalam penyusunan program, belajar bagaimana menulis untuk menggerakkan orang lain, menganalisis sampai ditahap mana dinamika komunitas masing-masing dan bagaimana cara penyelesaiannya, memahami kebutuhan dan cara belajar anak-anak, subjek yang sangat dekat dengan para penggerak pendidikan, hingga memahami bagaimana pentingnya membuat rencana tindak lanjut, semuanya dikemas special untuk para penggerak luar biasa ini.




Mengapa mereka luar biasa ?

Penggerak Banggai merupakan kumpulan serdadu-serdadu cinta kebaikan yang amat beragam profesinya, usianya, hobinya hingga tempat tinggalnya. Ada seorang ketua LPM di Universitas tertua di Luwuk, ada seorang mantan Dekan yang hingga kini masih aktif menjadi dosen, beberapa guru, karyawan swasta, perawat, bidan, wirausahawan hingga mahasiswa. Ada yang datang dekat dari Nambo, dari Luwuk, dari Pagimana hingga dari Ampana. Ada yang tak masalah berlama-lama di ruangan tertutup, ada yang sebenarnya menahan diri mengikuti kelas padahal hatinya selalu mencari tenda. Mereka semuanya tetap setia mengikuti sesi demi sesi yang berlangsung selama 3 hari ini. Dan betapapun lebih seniornya mereka, lebih berpengalamannya mereka, tak penah sedikitpun ada pandangan mencela atau mempertanyakan kredibilitas 8 orang yang masih hijau ini, semuanya menyimak dengan seksama, bahkan selalu sibuk mencatat tak ingin ada yang ketinggalan. Semuanya haus akan ilmu pengetahuan.



Malam Apresiasi

Camp penggerak kemarin juga menjadi ajang bagi kami dan para alumni pengajar muda untuk memberikan apresiasi bagi para penggerak di Kabupaten Banggai. Malam itu dibuat begitu khidmat, para penggerak membaca dan mendengar kata-kata yang harapannya mampu memberikan semangat baru bagi mereka untuk terus turun tangan.

Saya selalu tak sanggup menahan airmata pada suasana haru, begitupun malam itu. Tak cukup rasanya kata menyampaikan betapa 9 bulan ini saya merasa takjub dengan apa yang mereka lakukan untuk Banggai, juga betapa berharganya persahabatan kami dengan para penggerak, bagi saya pribadi, mereka adalah keluarga saya di Banggai.

Sulit rasanya membayangkan hari-hari yang menyenangkan di Banggai tanpa mereka.



Harapan kedepan

Waktu yang tersisa bagi kami untuk mengabdi mungkin tak banyak lagi, tinggal 10 Minggu tersisa dan dijamin tak akan terasa. Waktu selalu menipu. Terutama jika kesibukan dan kebahagiaan terlibat didalamnya. Namun bagi para penggerak di Banggai, hari-hari kedepan selalu tersedia untuk mereka, hari-hari dimana Banggai bisa menjadi Banggai dengan pendidikan yang merata bagi anak-anaknya, Banggai dengan kecintaan membaca, Banggai yang semakin membanggakan. 

Adapun bagi kami, usai tugas dibanggai adalah PR untuk meniru apa yang dilakukan penggerak di tanah Babasal, yakni bergerak dimanapun kami berada. Bermekaran dimanapun kami berada.

Terimakasih atas inspirasi tiada henti duhai teman-teman. Berkat kalian saya percaya, alone we can do so little, together we can do so much ! Mari kerja barengan. #torangtekkerjasendiri.

PS : Foto lain terkait Camp Penggerak Banggai 2017 Bisa dilihat (klik) disini.


Saya sering sekali membawa gitar ke sekolah walaupun tidak ada pelajaran seni musik hari itu, ini semacam kebiasaan sejak saya mengajar di PRIMA dulu, tapi kalau di Prima, karena rumah saya jauh saya biasanya hanya membawa gitar di hari Jum'at. Now that I can walk in 3 minutes from home to school, ditambah anak-anak yang selalu siap sedia membantu membawakan apapun barang bawaan Bu Asri, saya hampir setiap hari membawa gitar ke sekolah.

Satu hal yang perlu disimak sebelum melanjutkan membaca Tuan dan Nona : Saya ga jago main gitar, saya hanya bisa memainkan kunci dasar, bahkan sampai hari ini saya masih bingung ngegenjreng kunci B. Tapi saya suka sekali mengiringi anak-anak bernyanyi dengan gitar di tangan saya dan Tuan dan Nona menjadikan bermain gitar sebagai skill penunjang sebagai guru di sekolah, bisa kunci dasar pun sudah super wow loh. Ini yang akan saya ceritakan.


Anak-anak di Ampera suka sekali menyanyi, sukaaaa sekali, plus mereka juga suka bergoyang, jadi tiap kali saya mengajarkan sebuah lagu baru, baik lagu daerah, lagu nasional, lagu anak-anak atau bahkan lagu gubahan untuk menghapalkan materi pelajaran, mereka cepat sekali menghapalkan lagu tersebut.

Jadilah saya sering memasukkan gitar sebagai media pembelajaran di beragam mata pelajaran. Di Kelas 5 kami pernah membuat lagu untuk menghapalkan materi sistem pernapasan pada manusia, begitu genjreng anak-anak pasti langsung bernyanyi. Bahkan setelah seminggu kemudian saya sudah lupa bagaimana liriknya, anak-anak masih hapal.

Di kelas 3 saya pernah menjadikan gitar untuk media pembelajaran di pelajaran Bahasa Indonesia, kami membuat mini drama, dimana anak-anak harus berperan mengikuti lirik sebuah lagu dan mengikuti arahan musik dari saya dan teman-teman mereka lainnya yang menyanyi. Anak-anak kelas 3 bilang ini namanya "Bermain", jadi kalau saya sedang free dari mengajar kelas lain, mereka sering memanggil saya untuk bilang, "Buk, Intah Bermain dengan torang". Mereka tidak merasa kalau sebenarnya mereka sedang belajar bahasa. It's okay, semakin merasa bermain, semakin bagus.

Pernah pula saya mengajak anak-anak untuk melakukan Sing Battle, membagi dua kelompok, tiapkelompok harus membalas dengan lagu daerah yang berbeda. Serukah ? Seru sekali !! tak diminta menari pun mereka menari sendiri, tak diminta membuat gerakan macam-macampun, mereka bergoyang dengan asyiknya. Nah, si gitar ini berperan untuk membuat mereka menjadi lebih lepas ketika bernyanyi, mereka merasa senang juga karena diiringi ketika bernyanyi. Saya seperti saya yang selalu senang ketika Bayu mengiringi saya menyanyi dengan gitarnya.





Sebegitu serunya kah membawa gitar ke dalam kelas ?
IYAAAAAA !!!!

Kalau kamu berencana menjadi guru, bisa bermain alat musik, tak harus gitar sih, adalah nilai plus ! Anak-anak kelas rendah suka sekali mendengarkan instrumen musik dan bisa main gitar dengan hanya menguasai kunci-kunci dasarpun sudah lebih dari cukup untuk merebut hati dan perhatian mereka. Ada banyak penelitian tentang bagaimana musik mempengaruhi siswa dalam belajar, kamu cukup mencari "How music empowering stundents" dan akan ada banyak yang bisa kamu pelajari bagaimana anak-anak belajar lebih mudah dengan menggunakan musik. 

Nanti saya akan upload video kami sedang belajar dengan menggunakan gitar yaa, saya sendiri masih punya PR harus bisa nge-tune gitar, karena sampai sekarang belum bisa dan selalu minta tolong orang lain :D, untung di sekolah ada pak Abi, di Prima dulu saya selalu minta tolong Pak Donny. Hehe.

Selamat menjelang weekend teman-teman, selamat bersenang-senang.
Tunggu cerita lain dari #kelasbuAsri yaaa :D







Video Anak-anak menyanyikan lagu 'Berjabat Tangan'


Selamat hari pramuka dari Bu Guru yang ga pernah jadi anak pramuka tapi sekarang jadi pembina pramuka Hehe.

Ceritanya tanggal 14 lalu untuk pertama kalinya di sekolah, kami melakukan upacara hari pramuka, kebetulan bertepatan di hari Senin jadi kami mengganti upacara bendera dengan upacara peringatan hari pramuka. Semua anak-anak mengenakan baju pramuka saat upacara hari itu. 

Setelah upacara, kegitan dilanjutkan dengan lomba-lomba 17-an yang dilakukan lebih awal karena tanggal 17 sekolah libur dan guru-guru termasuk saya harus upacara di Kecamatan. 

Upacara dan lomba, keduanya berjalan dengan lancar. Saya senang melihat anak-anak mengikuti lomba kemarin, terlihat sekali wajah bersemangat mereka, rasa bahagia ketika menang, rasa kecewa ketika kalah namun tak mengamuk meracau. Mungkin kedepannya saya bisa buat lomba lagi kali ya untuk mereka :).

Lomba-lomba kemarin yang mengurus semuanya adalah Kepala sekolah dan guru-guru di SDN Karya Bakti, saya hanya diminta membuat konsep acara, lomba apa yang dilaksanakan dan mendata anak-anak yang mau ikut lomba. Perlengkapan, konsumsi, juri dan pendanaan lomba selurunya dihandle oleh Sekolah. which is mean : nanti kalau sudah tak ada Bu Asri pun, lomba-lomba ini masih tetap bisa dilakukan. 

Eh ada yang unik loh di upacara kemarin !
Selain Guru dan anak-anak yang ikut upacara, ada juga ayam-ayam yang ikut masuk lapangan dan tak kalah hebat : ULAR ! yapp, ular hitam cukup besar bergerak ditengah lapangan. Walaupun beberapa guru sudah bilang kalau ularnya tak berbisa, tetap saja saya takut, sementara anak-anak kelihatan santai namun tetap waspada melihat kemana arah gerak ular. :D


Ayamnya ikut berbaris

Upacaranya bareng SMP

Foto Bersama

Lomba Balap Kelereng

Lomba Balap Karung

Yeay Krisjon Yeay

Semangat !!


Agustus ini saya genap berusia 24 tahun. Sudah tua ya hehe banyak teman-teman seusia saya yang sudah menikah dan sudah memiliki momongan, bahkan ada yang sudah mau dua. Itu rejeki mereka, nah rejeki saya di usia 24 tahun ini adalah berada diantara orang-orang yang menyayangi saya. Especially, My Kids here in Ampera.

Pagi hari ketika datang ke sekolah, saya sudah dapat kejutan, anak-anak berkumpul disatu kelas lalu ketika saya buka pintu mereka menyanyikan lagu "Selamat Ulang Tahun", beberapa memeluk saya dan ketua genk yang paling sulit diatur, Iki, membawakan kue buatan Bu Un, Bu Ridha dan Mamak Linda, lengkap dengan lilin 24. Pagi itu saya tersentuh sekali. 

Berenang di Mantul

Sayangnya, ulang tahun tak berarti hari saya akan manis semanis gula merah ampera sepanjang hari. Guru-guru di sekolah tak ada yang naik, hanya ada saya dan Bu Rosma, itu artiya, saya memegang empat kelas sendirian. Belum sejam dari selebrasi 24 tahun tadi, dua anak bertengkar didepan kelas, main jotos-jotosan, ketika saya pisahkan belum juga mereka mau berhenti. Hingga akhirnya DEBUGG, salah satu tinju si anak melayang ke bibir saya. Saya sudah diam, melirik mereka berdua. Mereka berdua berhenti seketika itu juga. Selepas istirahat keduanya datang meminta maaf. (Ah kids, ini untuk pertama kalinya Bu Asri kena jotos di Bibir).

Berenang di pinggir-pinggir saja karena Bu Asri ga mahir berenang
Sepulang sekolah, setelah satu hari yang rasanya panjaaaaaang sekali, anak-anak mengajak saya mandidi Mantul, kuala kebanggaan orang Ampera. Saya mengiyakan dan akhirnya selama tiga jam kami mandi disana. Yap tiga jam! Karena belum makan, saya bilang ke anak-anak kalau saya lapar, mereka kemudian meminta saya menunggu didekat api yang mereka buatkan supaya saya tidak kedinginan (how sweet of them!). 

Menghangatkan diri
Tak lama kemudian, mereka datang membawa bete (talas) dan ubi dari kebun di dekat mantul, mereka bakar makanan tersebut dan mereka berikan kepada saya. Rasanya jangan ditanya, kedinginan + kelaparan membuat umbi-umbian bakar adalah makanan terenak yang pernah saya makan, ditambah beberapa anak mencarikan saya kepiting dan mereka bakar, rasanya enak sekali. 

Setelah kembali berenang, seorang anak membawakan pepaya yang fresh sekali baru dipetik. 
Rasanya hari itu saya sedang dimanja sekali oleh anak-anak. Hari itu saya amat sangat bersyukur merasakan pergantian usia ditengah anak-anak. Terimakasih Tuhan, atas semua kesempatan yang Kau berikan, tak ada banyak hal yang saya inginkan untuk sisa usia kedepan, saya hanya ingin menjadi pribadi yang banyak bersyukur, tak pernah berhenti belajar dan bisa memberikan manfaat bagi banyak orang. 
Ubi Bakar
Pelampung buatan alam

Bakar Bakar Bakar

Terimakasih 24 !


Terimakasih 24 ! Terimakasih Agustus ! Terimakasih Anak-anak Bu Asri !!

"Suatu ketika, saat saya mengendarai sepeda motor sehabis mengantarkan teman saya dr Desa Baya, saya melanjutkan perjalanan ke Kota Luwuk, mnempuh perjalanan skitar 45 km. Hari pd saat itu sdh mulai gelap, dan matahari mulai meredup. .

Saya berjalan dgn kecepatan stabil, fokus pd pandangan 50 meter ke depan. Tiba di Desa Biak, matahari sudah benar tenggelam, penerangan muncul dr lampu sorot motor saya dan pengendara2 lain. Jalanan itu sudah biasa saya lewati, saya bahkan bisa memperkirakan letak lubangnya dan titik2 keramaiannya. Satu hal yang saya pastikan adalah jalanan itu tidak pernah licin karena tanah basah, semua sudah teraspal dengan baik (jalan lintas provinsi).
.
Tiba-tiba dgn kecepatan stabil itu, sepeda motor saya slip dan keseimbangan saya hilang. Jalanan yg biasa saya lewati itu menjadi licin. Stang motor saya pegang erat, dan bagian belakang motor sudah miring ke kanan. Segera saya jaga keseimbangan, dan menahan kaki ke jalan. Motor segera terhenti dgn saya yg nyaris jatuh.
Tapi Tuhan memang baik, saya tidak jatuh, juga tidak tertabrak pengendara lain. Beberapa orang bersahutan, "hati-hati jalan liciiin!" .
Saya kaget, mengapa tiba-tiba jalanan ini menjadi licin? Saya kaget menemukan banyak pasir di aspal, dan ketika malam warnanya menjadi sama. Secara kasat mata, pasir itu tdk kelihatan. Trnyata ada kendaraan proyek (yang juga sebelumnya tidak ada) mengangkut pasir hingga pasir berceceran krn hujan dan hampir menggunung di aspal.
.
Seketika saya kesal mengeluhkan, mengapa mereka tdk memasang penanda "awas jalanan licin" atau ada "mobil keluar masuk proyek. Berbahaya sekali ini bagi bnyk orang. .
Saat saya refleksikan, tdk bijak jg ketika saya menyalahkan orang lain, lebih baik saya yg teliti dan mengendalikan diri.
.
Tidak semua "perjalanan" sesuai dgn keinginan kita, atau berjalan seperti biasanya kita lalui. Ada kemungkinan hambatan bahkan bahaya. Tinggal kita yg memilih, menjadikan hambatan sbg konsekuensi yg ringan atau berat utk dikeluhkan, ataaau bahkan tidak perlu dikeluhkan sama sekali, tdk mencari alasan utk menyalahkan yg lain, dan lebih memilih mengendalikan diri."

---
Diambil dari Instagram @iinsimangunsong.

---
Banyak orang yang punya kebiasaan banyak bicara, banyak juga orang yang punya kebiasaan hanya diam saja. Dua orang ini terbagi lagi, ada yg banyak bicara dan suka bekerja, ada yang banyak bicara tapi tak suka bekerja. Si pendiampun begitu.

Nantinya orang yang suka bicara, tidak suka bicara, banyak bekerja, tidak suka bekerja pun, terbagi menjadi dua : ada yang suka mengeluh ada yang tidak.
---

Saya, ketika berada dilingkungan yang membuat saya nyaman untuk berbicara, akan menjadi orang yang amat sangat cerewet. Bisa tak berhenti bicara dan ketika bicara atau ketika bekerja seringkali yang keluar adalah keluhan. Saya tak pernah mengaku diri menjadi si pandai intrapersonal, namun saya cukup memahami diri saya sebagai seorang yang cukup sering mengeluh, kadang saya mengeluh kepada orang-orang yang tidak tepat, Ibu, Bayu dan Renti adalah orang-orang yang sering sekali mendapat pesan tiba-tiba dengan emotikon lelah atau kata "capek".
---

8 bulan di penempatan saya masih belum merasa banyak perubahan pada diri saya tentang betapa seringnya saya mengeluh, karena itu diam-diam saya belajar dari teman-teman tentang sikap bekerja tanpa banyak bicara, banyak bekerja tanpa banyak sesumbar, mengurangi sifat jumawa, menyadari bahwa sebenarnya yang lelah bukan kamu saja.
---

Iin sangat benar tentang sikap menahan diri, satu hal yang ketika saya berhasil menguasainya, itu berarti saya berhasil melampaui batas diri saya. Menahan diri ini tentunya menahan diri dari hal-hal yang mungkin sangat sepele namun bisa menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain. Bukan sekedar menahan diri dari tidak menyebrang ke Gorontalo untuk menonton Dunkirk.
---

4 Bulan tersisa, saya benar-benar berharap ada aplikasi meteran keluhan untuk mengerti berapa seringnya saya mengeluh, atau mungkin aplikasi yang jika membantu saya untuk mengingatkan bahwa sikap saya bisa jadi menyinggung perasaan orang lain. Tapi dua aplikasi itu justru akan terprogram dengan sendirinya pada diri kita jika kita membiasakannya bukan?
---

Jadi, ayo mulai. Berhenti mengeluh, mulai bekerja. Semangat Asri.

Buku Untuk Pagimana

Pukul 9 malam usai rapat desa, seorang muridnya yang baru saja tamat SMP dan sekarang sedang melanjutkan sekolah ke SMA datang menjemputnya ke Balai Desa, ia meminta bantuan mengerjakan tugas sekolah, "Bacari nama ilmiah Banteng bu, dengan keterangannya", sang murid tak memiliki buku sang guru tak punya pengetahuan memadai tentang sains karena memang bukan bidang keilmuannya. Tak bisa pula mereka berdua bertanya pada mesin pencari paling populer di dunia si mbah "Google" karena jangankan untuk berinternet ria, telfon dan SMS saja syukur jika tersambung di desa.
Akhirnya ia bawa sang murid ke perpustakaan SMP, bukan perpustakaan seperti yang kita bayangkan. Ruangan ini adalah kantor SMP berisi buku-buku pelajaran dan buku bantuan dari pemerintah yang diberikan ke SMP N 8 Pagimana di Desa Ampera. Sibuklah mereka mencari, hingga pada buku kesepuluh, ketika mereka mencari ditemani senter karena lampu listrik desa sudah mati sejak jam 10, mereka menemukan si "Bos Javanicus" yang berada di kelas Mammalia dan Filum Chordata. 
Sang murid berterima kasih, pulang dengan hati tenang menuju sekolah berjarak 17 kilometer dari desa esok pagi nanti.


Kisah diatas adalah salah satu dari kisah-kisah menarik lainnya yang kudapatkan ketika mengobrol tentang Desa kami dengan Bu Uni, seorang guru SMP, Guru PAUD juga sekarang mendapatkan amanah menjadi aparat desa Ampera. Kisah Bu Uni dengan anak-anak dan warga di desa kadang membuatku merasa salut, salah sekali jika kita berpikir semua orang-orang di desa tak terlalu peduli pendidikan. Mereka ada, tak terlihat, bekerja tanpa sibuk berkoar sana sini.

Bu Uni juga yang belakangan bersamaku aktif ingin mendirikan rumah baca di Desa Ampera, Desa penempatanku tak punya perpustakaan, SD penempatanku pun tak punya perpustakaan, SMP lebih beruntung karena masih mendapatkan buku-buku dari dinas pendidikan walaupun belum memiliki gedung perpustakaan yang memadai. 

Semangat Bu Uni juga menular kepadaku, ia memintaku untuk menjejaring beliau dengan teman-teman pegiat literasi di tempat lain. Tujuannya, agar ada buku-buku yang masuk untuk rumah baca yang akan dibuka di rumahnya, berita baiknya, teman-teman penggerak literasi di Cimahi siap membantu mengumpulkan buku-buku yang nantinya akan dikirimkan ke Pagimana. 

Illustrasi keren ini dibuat oleh Kak @byputy untuk campaign Buku untuk Pagimana


Jika kamu juga memiliki buku-buku yang bisa didonasikan ke Kecamatan Pagimana khususnya untuk Desa Ampera dan Pakowa, kamu bisa menitipkan lewat lapak baca Hayu Maca di Taman Kartini Cimahi yang buka setiap hari Minggu, atau menghubungi Bu Yukie dan Siwi . 

Selain itu kamu juga bisa mengirimkan sendiri bukumu, secara gratis tanpa ongkos kirim setiap tanggal 17 tiap bulannya.

Alamat Kirim Buku

Mendonasikan buku, bagi saya dan teman-teman di Ampera bisa jadi salah satu cara untuk membantu anak-anak di desa terpencil ini mengenali dunia lain di luar sana. Kamu bisa jadi pahlawan mereka dengan mendonasikan bukumu. 

Yuk, urunan untuk Indonesia yang lebih baik. (Yap, Indonesia!)

Halo.
Memasuki bulan ke-sembilan saya tinggal dan mengajar di Desa Ampera, ada kabar baik yang mungkin bisa saya bagi dengan teman-teman semua. Desa kami, yang tak memiliki perpustakaan desa juga perpustakaan sekolah, akhirnya akan memiliki taman baca.

Adalah Bu Uni, guru PAUD dan SMP di Desa yang menawarkan rumahnya untuk dijadikan tempat anak-anak membaca dan belajar tiap sore hari. Bu Uni adalah satu-satunya partner mengobrol saya jika membahas tentang pendidikan di Desa Ampera. Ia yang menjelaskan dengan fasih kondisi Desa Ampera saat ini, seringkali saya datang malam hari hanya untuk numpang dibuatkan kopi sambil mengobrol memandangi bintang-bintang di Ampera, saat itu biasanya banyak pembicaraan yang membuat saya salut dengan perjuangannya di Desa.

Sepanjang bulan Agustus ini, teman-teman saya di Komunitas Cimahi Membaca/ Hayu Maca akan mengadakan campaign berjudul "BUKU UNTUK PAGIMANA", mereka akan mengelola donasi buku dari teman-teman di Bandung, Cimahi dan sekitarnya untuk kemudian dikirimkan ke Pagimana.

Tunggu kelanjutannya esok ya !
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • Review Buku Angsa dan Kelelawar karya Keigo Higashino
  • Sabtu yang Menyenangkan dan kenapa saya suka membeli bunga
  • Main ke Toko Buku Pelagia Bandung
  • Review Asri: Manabeshima Island Japan karya Florent Chavouet
  • Review Asri - the house of my mother karya Shari Franke

Arsip Blog

  • ▼  2025 (16)
    • ▼  Mei 2025 (3)
      • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yu...
      • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim ...
      • Tiap Anak Berbeda, Termasuk Proses Melahirkannya; ...
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes