Journal Asri

Sore tadi saya dan Bayu pergi ke Kineruku. Sepertinya saya memang tak jago urusan mengingat tempat secara spesifik. Walaupun sudah pernah sekali kesana, masih saja tetap nyasar di dalam komplek Secapa AD. Setelah bertanya kepada seorang satpam yang sedang nyapu didepan rumah gedong bertingkat, akhirnya kami sampai disana. 

Seperti ketika pertama kali datang kesana, tempat ini selalu asyik, dan hari ini saya menemukan buku kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono yang sangat saya suka, Perahu Kertas. Saya pertama kali membaca buku ini di perpustakaan Universitas, saya masih ingat sekali, ketika meminjam buku ini saya langsung pergi ke pantai untuk membaca puisi-puisi SDD sendirian. Rasanya Waah sekali. 


Saya tidak akan bercerita banyak tentang kineruku, kemarin saya sudah bercerita panjang lebar tentang tempat ini, yang seru dari perjalanan hari ini adalah kisah dari seorang penambal ban bernama Pak Dindin. 

Keluar dari kineruku ternyata ban motor kami bocor, jadilah kami berdua sibuk mencari tempat tambal ban, ketika bertanya pada penjaga restoran makanan jepang, mereka bilang tambal ban sekitar hegarmanah sudah tutup, jadi kami harus berjalan ke bawah. Mereka juga mengingatkan kami untuk turun dari motor, kalau dipaksa bisa tambah berbahaya. Saya sudah pasrah akan berjalan kebawah, tapi ternyata persis didepan tempat tambal ban yang hanya berjarak dua rumah dari restoran tadi, bapak penambal ban baru keluar dari tempat kerjanya, membawa peralatan kerja dan bersiap kerumah, saya bertanya apakah masih bisa menambal ban dan bapak ini terlihat amat sangat ingin pulang namun memilih membantu kami terlebih dahulu.

Karena tempat tambal ban si bapak masih dibenahi selepas libur lebaran kemarin, ternyata lampunya belum menyala, jadi saya membantu mengarahkan senter dari handphone untuk membantu bapak bekerja, bapak bekerja dengan gesit dan sambil bekerja, bapak bercerita banyak hal kepada kami.

Pak Dindin, lahir dan besar di Hegarmanah si Bapak bercerita tentang masa kecilnya yang ia habiskan bermain bersama anak-anak Jenderal yang tinggal di rumah dinas SECAPA AD, mereka bermain membawa senjata asli, senjata yang besar-besar, pistol, bapak juga pernah melihat granat di rumah Jenderal-Jenderal ini.

Dulu, Pak Dindin juga sempat bekerja sebagai supir angkot, ia bekerja sampai bisa membeli 6 angkot dan disewakan kepada supir lain, namun semakin lama Kota Bandung semakin padat dan Pak Dindin memilih menjual satu persatu angkotnya, ia lalu meneruskan pekerjaan ayahnya menjadi penambal ban di jalan Hegarmanah. 

Selain bercerita panjang tentang masa-masa hidupnya di jalan ketika menjadi supir angkot, pak Dindin juga bercerita tentang kondisi di Hegarmanah saat ini, "Dulu disini rumahnya peninggalan Belanda semua teh, sekarang tinggal satu itu" kata Pak Dindin sambil menunjuk rumah diseberang tempat kami, "Rumahnya mau dijual, harganya 50 M" kata Pak Dindin lagi. Saya langsung kaget mendengar harga rumah semahal itu.

Saya sadar harga rumah di sekitar Hegarmanah pasti sangat mahal, tempatnya strategis dan tidak banyak dilewati mobil karena bukan jalan raya, tapi tidak mengira harganya bisa sampai semahal itu. Ternyata bukan hanya harga rumah di Hegarmanah yang meroket sangat tinggi, perumahan di gang-gang kecil seperti rumah tempat Pak Dindin pun banyak diincar para developer, sekarang tinggal 10 rumah saja yang masih dimiliki warga lokal. Sisanya sudah dijual, harganya bisa sampai 9 juta per meternya mahal sekali bukan ? Banyak warga akhirnya tergiur dan menjual rumah mereka. Lahan-lahan inilah yang akhirnya dibangun apartemen dan bangunan tinggi lainnya di Bandung. Rumah di daerah Hegarmanah pun kebanyakan dimiliki oleh orang-orang chinesse, percaya atau tidak, sepanjang perjalanan saya di daerah ini hampir seluruh rumahnya dijaga satpam dan beberapa terlihat kosong, kemungkinan hanya ditinggali pemiliknya ketika liburan, bahkan ada salah satu satpam yang ketika kami sedang berjalan, ia sedang sholat didepan teras rumah yang ia jaga. 

Mendengar cerita Pak Dindin membuat saya berpikir tentang Bandung yang sudah sangat berbeda sekarang. Saya pertama kali datang ke Cimahi ketika kecil, usia berapa saya lupa. Tapi pengalaman hidup saya di Cimahi dan sekitarnya dimulai ketika saya kelas 1 SMP, 12 tahun yang lalu, dulu Bandung belum seramai ini. Cimahi pun belum semacet sekarang. 

4 tahun saya pergi kuliah di Bengkulu, ketika kembali banyak sekali perubahan yang terjadi di Bandung, makin banyak bangunan tinggi, apartemen dimana-mana, semakin banyak mobil, macet dan masalah perkotaan lainnya. Bandung sedang berkembang dan perkembangannya seperti tidak bisa berhenti, terus menerus kadang tanpa memperhatikan kanan dan kiri pembangunan, yang penting jadi, properti apapun yang dijual sepertinya akan laku di Kota ini. 

Saya senang Bandung terus berkembang, namun saya juga rindu Bandung yang teduh dan minim macet, saya rindu Bandung tanpa bangunan menjulang tinggi, rindu Bandung tanpa mobil sebanyak sekarang. 

Semoga perkembangan kota ini terus mengarah ke arah perkembangan yang sustainable, perkembangan yang juga memperhatikan masalah-masalah lingkungan di Kota ini.

Mungkin saya hanya bertemu dan bicara dengan Pak Dindin selama 40 menit, namun 40 menit itu membuat saya belajar banyak hal. Terima Kasih Pak Dindin !!

*Sayang sekali saya lupa minta foto kenang-kenangan dengan Pak Dindin :) Tapi seperti biasa, cerita-cerita seperti ini justru sangat berkesan karena saking serunya mendengarkan saya sampai lupa dengan gadget.

The Fault in Our Stars - John Green
Adakah dari kalian yang menyukai warna biru ? Saya sendiri bukan penggemar warna ini, tapi bukan berarti saya tidak suka melihat warna ini, laut berwarna biru merupakan salah satu pemandangan terbaik, dimanapun saya melihat laut yang birunya membaur dengan awan dan langit, hati rasanya damai sekali. Meskipun begitu warna favorit saya adalah merah.

Salah seorang sahabat saya adalah pengagum warna biru dan hari ini, Sabtu yang sebenarnya tidak kelabu namun karena hingga tengah hari saya masih asyik leyeh leyeh belum mandi saya mencoba mencari model-model berwarna biru didalam rumah, ternyata barang-barang saya cukup banyak yang berwarna biru, saya pun melirik rak buku dan buku-buku lain yang bertebaran acak dilantai atas, ternyata koleksi buku berwarna kalem ini fotogenic sekali.

Blue Blue Blue with 2 blue postcards by Keri Smith

Sayapun mencari beberapa fakta warna biru di Internet, turn out warna ini memang mampu membuat tubuh kita mengeluarkan rasa tenang, calming. Saking kalemnya, sebuah riset menunjukkan bahwa anak-anak yang sakit lebih memilih untuk ditangani oleh perawat atau orang-orang yang menggunakan pakaian berwarna biru.

Ada fakta unik tentang warna biru loh, kalian tau jejaring sosial dengan pengguna paling banyak di Dunia ? Yap, Facebook menggunakan logo berwarna biru namun bukan karena pertimbangan psikologi (walaupun biru ternyata memang identik dengan perusahaan teknologi dan healthcare), ternyata Mark Zuckerberg memilih warna biru karena biru adalah warna terkaya dimata Mark, Mark ternyata buta warna merah dan hijau.





My forever favorite book (series) ever : Harry Potter
Fakta lain tentang biru yang saya suka adalah fakta dari beragam negara tentang makna warna ini, berikut diantaranya :

Iran : di Iran, biru, biru kehijauan dan hijau adalah warna yang melambangkan surga.
India : Mungkin beberapa dari kalian sering melihat gambar Krisna dengan tubuh berwarna biru.
Mexico : Biru merupakan lambang berduka
Aztec : Suku Aztec percaya bahwa biru adalah lambang warna untuk pengorbanan
Yunani : Biru dianggap bisa melindungi diri dari "the evil eye", karenanya mereka yang percaya mitos ini melindungi diri dengan menggunakan kalung atau gelang berwarna biru.

Saya tak mengira ada negara yang menjadikan biru sebagai lambang berduka, pantaslah sebuah quotes muncul ketika saya mencari fakta tentang warna ini di mesin pencari, bunyinya 

Blue is known as a sad colour, but when I see the ocean, all my sorrow is washed away
Saya sendiri selalu mengasosiakan biru dengan laut dan langit. Melihatnya selalu membuat perasaan kita menjadi sangat damai. 

Most of them are fiction

Oh iya fakta dan mitos tentang warna biru saya ambil dari sini yaa, silahkan baca juga fakta lain tentang warna biru :)
Mr. Peabody's Apples
Hai ! Malam ini saya ingin bercerita tentang sebuah buku anak yang ditulis oleh Madonna, (hmm, iya Madonna yang penyanyi ituu :D). Buku ini berjudul Mr. Peabody's Apples. Sebenarnya Madonna menulis seri buku anak-anak, jadi buku ini bukan satu-satunya buku anak yang ia tulis.

By the way, saya tidak sengaja membeli buku ini, seperti biasa saya hanya iseng jalan-jalan di Dewi Sartika kemudian lupa diri mencoba membeli buku-buku (yang menurut saya) bagus. Saya membeli buku ini dihari kedua lebaran ! Iya, orang lain mungkin masih berputar-putar silaturahmi, tapi saya malah asyik belanja buku ditemani Indah, sepupu saya.

Buku ini bercerita tentang Mr. Peabody, seorang guru yang pelatih baseball di Happville, sebuah kota kecil dimana segala berita bisa dengan cepat merambat diketahui seluruh orang. Suatu ketika Tommy, salah seorang murid Mr. Peabody melihat Mr. Peabody mengambil apel tanpa membayar, di hari latihan berikutnya Tommy kembali memperhatikan Mr. Peabody mengambil apel-apel tanpa membayar kepada sang penjual.

Pekan berikutnya, tak ada satu anak pun yang datang ke lapangan, hanya ada Billi kecil duduk bersedih, Mr. Peabody bertanya apa yang membuat Billy sedih, ia pun menceritakan apa yang dilihat Tommy sejak pekan lalu.

Apa yang akan dilakukan Mr. Peabody setelah mengetahui cerita yang disampaikan Billy ?

Hmm, kalian sebaiknya membaca sendiri :) cerita Mr. Peabody ini seru sekali loh, banyak pelajaran yang bisa diambil anak ketika membaca atau mendengarkan cerita Mr. Peabody, yang paling utama adalah nilai tentang menjaga ucapan. Selain cerita yang bagus, buku ini disertai ilustrasi menarik yang sangat bagus, sangat membantu jika teman-teman ingin membacakan cerita ini sebelum tidur bagi anak-anak dirumah.



Di Kota Happville

Mr Peabody and Billy Little


Beberapa bulan lalu, saya bertemu salah seorang teman dari Bengkulu yang sedang jalan-jalan di pulau Jawa :), dia menghubungi saya untuk berkeliling Kota Bandung setelah sebelumnya menghabiskan waktu di Yogyakarta. Siami namanya, kami sering bertemu dalam beberapa kegiatan di kampus dulu. Dia merupakan salah satu pegiat literasi di Universitas Bengkulu, lebih freak urusan membaca dibanding saya, kalau saya sering disebut bookworm nah Ami, mungkin masuk kategory Bookdragon, satu kongsi dengan sahabat saya Prof Ela, mereka bersahabat dekat. 

Sampai di Bandung, Ami mengajak saya pergi ke Kineruku, sebuah kafe buku di daerah Hegarmanah. Saya sudah lama mengikuti akun Kineruku di Instagram, dari dulu juga sebenarnya ingin sekali pergi ke tempat ini, jadilah kami bertanya kepada orang-oranga yang kami temui di jalan rute angkot apa yang harus kami naiki untuk sampai kesana. 

Ternyata tempatnya berada di daerah komplek perumahan yang tidak dilewati angkot, jadi kami harus berjalan cukup jauh kedalamnya, mungkin sebenarnya tidak terlalu jauh, tapi waktu itu hujan sangat deras dan kami tidak menemukan tempat berteduh sehingga terus berjalan ke Kineruku.

Akhirnya kami sampai disana sekitar jam 6, ketika masuk, waaah saya merasa sedang berada di surga kecil hehe (saya menyimpan surga besarnya nanti, ketika saya mengunjungi perpustakaan di Orchid road yang legendaris itu), tapi asliiiiii, kineruku keren sekali untuk tempat hangout bagi saya atau kamu yang suka sekali membaca buku dan suasana intim ketika berkumpul dengan teman-teman. 

Baca, Baca
Di Kineruku, kita bisa memesan makanan ringan dan minuman hangat atau dingin dan ngobrol pelan-pelan di teras belakang. Kami sempat ditegur karena mengobrol terlalu keras, hehe. Kami sampai lupa waktu dan baru keluar ketika tempat akan segera tutup.

Kalau kamu ingin mengunjungi tempat ini, kamu bisa mencari info lebih lanjut lewat akun Instagram @kineruku atau mencari lokasi via GPS, selain membaca gratis di tempat, bisa sambil ngopi atau ngeteh, kita juga bisa menjadi anggota dan membaca buku atau CD musik ke rumah, biaya keanggotaannya beragam, ada yang 45.000 dan 90.000, selain itu kita juga bisa membeli buku-buku indie yang memang tidak dijual di toko buku besar seperti Gramedia. Ada juga acara bedah buku dan acara menarik lainnya yang rutin diselenggarakan disini. Seru deh, sayang saya belum sempat main lagi ke sini karena tempatnya lumayan jauh dari Cimahi.

Jadi para pecinta buku, kapan mau main ke Kineruku ? :)


Little Heaven

Little Prince dan Matilda
Halaman Pertama Little Prince


Little Bee - Chris Cleave
“We must see all scars as beauty. Okay? This will be our secret. Because take it from me, a scar does not form on the dying. A scar means, 'I survived'.”  

Saya pertama kali membaca review buku ini dari 20 buku yang direkomendasikan TIME untuk dibaca, saya lupa kategorinya entah tentang perempuan atau tentang keberagaman, namun saya ingat sekali judul dan cover buku ini. Beberapa waktu lalu saya membeli buku ini di Gramedia, buku ini versi terjemahannya kok :) di Indonesia buku ini diterbitkan oleh penerbit GagasMedia.

Saya akan jujur : Saya belum selesai membaca buku ini, saya selalu membaca buku ini didalam ransel saya dan mencoba membacanya di perjalanan berangkat dan perjalanan pulang kerja. Saya tidak akan menuliskan review buku ini nantinya, namun saya rasa jika buku ini sampai direkomendasikan oleh situs semacam TIME, buku ini layak dibaca disela-sela perjalanan bekerja saya.

Belakangan ini beberapa orang selalu menyarankan saya untuk mulai mencoba menggunakan motor untuk bekerja, supaya saya lebih mobile dan ongkos lebih irit. Namun berat sekali bagi saya untuk mulai mencicil beli motor, bukan karena biaya, T.T dengan pekerjaan saya sekarang mungkin saya bisa mengambil cicilan motor tanpa harus merepotkan ibu, namun saya nyaman sekali naik angkot untuk mobilitas bekerja, walaupun jaraknya lumayan jauh, saya hanya perlu naik angkot sekali pergi dan sekali pulang, ongkosnya pun hanya 6.000 PP, plus saya bisa tetap berjalan kaki sehingga saya tetap bisa berolah raga tiap kerja dan yang paling menyenangkan, saya bisa baca buku di angkot, saya bisa mengamati ibu-ibu yang berbelanja di pinggiran pasar Antri tiap pagi, saya bisa mendengarkan musik sambil memikirkan rencana belajar yang menyenangkan bagi anak-anak dikelas, saya juga membantu menyelamatkan bumi karena mengurangi polusi udara dengan menggunakan angkutan umum.

Intinya, saya sangat nyaman menjadi pelanggan supir angkot dan angkutan umum lainnya.

Jadi saya akan tetap naik angkot, sampai suatu hari, kebutuhan untuk berkendara dengan motor lebih banyak manfaatnya, maka saya akan berganti, namun jika tidak, saya rasa saya akan tetap jadi angkoters :D

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • Review Buku Angsa dan Kelelawar karya Keigo Higashino
  • Sabtu yang Menyenangkan dan kenapa saya suka membeli bunga
  • Review Asri: Manabeshima Island Japan karya Florent Chavouet
  • Main ke Toko Buku Pelagia Bandung
  • Review Asri - the house of my mother karya Shari Franke

Arsip Blog

  • ▼  2025 (16)
    • ▼  Mei 2025 (3)
      • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yu...
      • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim ...
      • Tiap Anak Berbeda, Termasuk Proses Melahirkannya; ...
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes