Journal Asri

Kerja dan Keinginan untuk selalu WFA

Bulan ini, aduhay sekali!

Setelah Bulan lalu pace melambat karena COVID19, isoman dan izin kerja 10 hari, Maret ini rasanya saya sedang sprint mengejar ketertinggalan Bulan Februari. Eh, tapi ini urusan kerjaan ya haha bukan urusan yang lain, rasanya kok gak sudah-sudah kerjaan datang haha, belum selesai pekerjaan A sudah datang pekerjaan B, belum selesai pekerjaan B, si C menanti. hihi. Apalagi sekarang sedang persiapan menuju kuartal kedua, akan ada banyak persiapan menyambut kuartal baru. Di industri tempat saya bekerja, sebulan sebelum masuk kuartal baru, adalah bulan-bulan penuh kesibukan. Termasuk, ya bulan ini :).

Ditengah pekerjaan yang bertubi datang ini, saya bersyukur masih bisa kerja :') +masih bisa bekerja dari rumah. Saya mulai melihat beberapa tempat kerja kembali memberlakukan WHO/ datang langsung ke kantor, jadi masih bisa bekerja dari rumah, dengan jam kerja yang fleksibel tapi juga tetap masuk akal, rasanya sepadan dengan beragam keriuhan Maret ini. 

Walaupun terlihat anti WFO (HAHA), saya sebenarnya menikmati sekali kerja bareng sama orang lain :), per-tengah Bulan ini, saya sudah 2x bekerja diluar, pertama di Kantor Research & Develompent saya di Bandung dan sekali di kafe bersama seorang sahabat. Saya bukan gak suka ketemu teman kerjanya hehe tapi saya gak suka commuting tiap hari, macet-macetan di jalan daaaaan jauh dari Rana. 


Kerja//makan//curhat bareng Fitri

Menanti Senin (dan Selasa)

Sebenarnya saya tidak masuk sekte pembenci Senin, tapi saya juga bukan tipe penanti Senin wkkk. Belakangan, ada satu hal yang membuat saya (dan Mas Har) menanti-nanti hari Senin! DRAKOR hahaaa! Sudah lama sekali sejak terakhir kali kami nonton Drakor barengan :') kayanya terakhir nonton bareng serial yang on going itu Hospital Playlist 2 itupun gak sampai tamat, karena saya tim harus nonton malam itu juga ketika serialnya tayang. Mas Har lebih woles. Nah sekarang kami sedang nonton Business Proposal bareng :') Drama ini receh dan ringan sekali ceritanya. Tipikal romcom yang bisa ditebak endingnya, tapi tetap seru untuk ditonton. Dan kocaaak sekali. 


Drama ini sedang tayang di Netflix, tiap hari Senin dan Selasa pukul 21.30 WIB. Seru juga ya nonton drama on going di Senin-Selasa, jadi menanti Senin padahal biasanya menanti weekend haha.

Catatan tentang Buku

Bulan ini saya membaca beberapa buku menarik. Salah satunya Seven Husband of Evelyn Hugo yang reviewnya sudah saya buat di postingan terpisah. Ada juga Wizard Bakery, dan terakhir sekali, semalam saya tamat membaca buku bergenre Historical Fiction yang sedang hits (mungkin ya haha), karena serialnya tayang di Netflix, Bridgerton. Bukunya sendiri ditulis oleh Julia Quinn. 

Buku ini semacam Harlequin gitu ya hihi, kisah percintaan yang awalnya benci atau terpaksa bersama karena satu keadaan, lalu tokoh utamanya saling jatuh cinta, kemudian ada satu lagi konflik setelah mereka bersama, dan biasanya berakhir dengan salah satu dari mereka (biasanya laki-laki), menyadari kesalahannya dan minta maaf, lalu kisah cinta mereka semakin kuat aaaand the end, happily ever after hihi. Bridgerton sendiri terdiri dari beberapa buku ternyataaa, Bridgerton ini nama keluarga dan ada 8 anak dalam keluarga ini. Sepertinya tiap buku mengisahkan cerita masing-masing anak. Yang saya baca pertama (sesuai urutan terbit) adalah The Duke & I, bercerita tentang anak ke-4, Daphne dan kisahnya dengan Simon, Duke yang terkenal playboy, juga teman kakak laki-lakinya, yang baru pulang ke Inggris. 




Jalan ceritanya ketebak sih hihi, saya baca bukunya karena mau coba nonton serialnya. Ratingnya hmmm, 3 dari 5. Review lengkapnya nanti saya buat di postingan terpisah yaa. Saya baca di Gramedia Digital, dan sepertinya untuk buku-buku Harlequin saya lebih nyaman baca lewat Gramdig sih heheee, lumayan ngirit, mengingat saya bacanya mungkin sekali saja.


Oiyaaa, ngomong-ngomong tentang buku, kemarin saya berkesempatan menjadi moderator untuk Selasa Bahas Buku Hayu Maca, dan diskusinya seruuuu sekali. Saya memandu Kak Saski, seorang dosen di PTN di Bandung, mengulas buku kumpulan artikel tentang Bandung tempo dulu, judulnya Ramadan di Priangan karya Haryoto Kunto. Diskusinya bisa teman-teman saksikan disini ya.

----

Sekiaaaaan cerita tengah Maret sayaa. Terima kasih sudah membaca! Semoga sehat-sehat teman-teman semua, dan kita semua diberikan kekuatan menyambut Ramadan yang sudah sangat dekat!


Hai Hai! Maret sepertinya berjalan lebih lancar nih buat saya :') alasannya sederhana: saya bisa menyelesaikan baca beberapa buku, padahal baru pertengahan Maret. Tidak seperti Februari yang rasanya pegang banyak buku tapi tak banyak yang selesai hehe. 

Satu lagi buku yang berhasil saya selesaikan: Seven Husbands of Evelyn Hugo karya Taylor Jenkins Reid. Buku ini akan jadi buku yang didiskusikan bareng Kak Rachael dari channel Rachael's Library, kak Krisan dari Channel Krisan Wijaya dan Kak Ariesy dari Channel Book with Ariesy. 


Live Discussionnya akan diadakan tanggal 2 April 2022 nih kalau teman-teman mau ikutan, bisa baca bukunya dari sekarang ya. Jujur buku ini masuk ke list wishlist saya, racun dari beberapa bookstagram yang sudah baca dan kasih review yang OK banget. Buku ini juga sepertinya cukup hits di TikTok ya, (saya gak main TikTok jadi kurang tahu se-viral apa disana). Tapi di Playbook Store sampai ada tambahan embel-embel TikTok make me buy it dong! hehe 

Oke jadi buku ini tentang apa sih sebenarnya? 

Blurb Cerita

Buku ini diawali dengan info penting kalau Evelyn Hugo, seorang aktris kawakan di Hollywood berencana melelang gaun-gaun yang berkesan untuknya untuk lembaga non-profit, setelah baru saja kehilangan anak perempuannya karena Kanker. Evelyn Hugo selama ini dikenal sebagai aktris yang menghindari media, setelah ia vakum berkarir, tapi entah karena apa, ia menghubungi sebuah majalah terkemuka dan ingin melakukan interview, tapi interveiw itu hanya boleh dilakukan oleh Monique Grant, reporter junior di majalah tersebut. 

Setelah bertemu dengan Monique, ternyata Evelyn bukan ingin melakukan wawancara terkait lelang tersebut, tapi ingin Monique menulis biografi hidupnya dari awal ia memulai karir hingga titik ia berada saat ini. Monique agak kaget dengan tawaran tersebut, karena rasanya aneh ujug-ujug dapat tawaran yang too good to be true, tapi lalu ia menyanggupi hal tersebut dan kita akan mulai mendengarkan cerita Evelyn Hugo menjalani kerasnya hidup di Hollywood, dan yang paling menarik tentu saja: kisahnya yang menikah 7 kali selama hidupnya. 7 pernikahan, 7 mantan suami (yang semuanya sudah wafat), 1 orang anak dari pernikahan tersebut (yang juga baru berpulang).

Pertanyaan pertama dari Monique cukup menarik dan membuat saya jadi penarasan sama kisah hidup Evelyn: Siapa orang yang paling ia cintai dari semua mantan suaminya? who was her love of her life? 

7 Mantan Suami 

Sejujurnya saat ini gak terlalu sulit buat saya membayangkan ada orang yang menikah hingga 7 kali, mungkin bukan gak terlalu sulit ya, tapi lebih ke "Oh ya udah, dia pasti punya cerita dan alasan kenapa sampai menikah 7 kali, dan dia punya hak untuk melakukan itu". Setidaknya saya yang sekarang gak terlalu kepo, kenapa orang menikah, kenapa orang bercerai, kenapa orang menikah lagi. Sekalipun itu terjadi pada teman saya misalnya, ya udah gitu hehe, memang begitu kehidupan. 

Tapi buku yang saya baca ini menarik sekali karena buku ini seperti membuka mata saya kalau setiap orang menikah untuk motif yang berbeda. Bahkan satu orang yang sama, melakukan beberapa kali pernikahan, motifnya bisa jadi beda-beda loh! Terus apa motif Evelyn samapi menikah 7 kali sepanjang hidupnya? Wah, saya gak bisa kasih tahu disini karena ini akan jadi spoiler parah :'). Yang pasti, Evelyn gak malu untuk kasih tau Monique kalau pernikahan pertamanya motifnya pragmatis aja atau bahkan lebih ke oportunis ya. Suami pertamanya, biasa bawa dia kabur dari Ayahnya yang suka mukulin dia, dan bawa dia ke Hollywood, tempat dia merasa bisa melakukan perubahan besar untuk hidupnya. Dan begitu sampai Hollywood, tepat ketika Evelyn merasa perlu melepaskan suaminya untuk perjalanan karier dan cintanya yang baru bersama suami nomor 2, ia melepas suami no.1 nya begitu saja :'))

Dari semua mantan suami ini, favorit saya mungkin adalah favorit semua orang: Suami Evelyn nomor 5, Harry, sahabatnya, ayah dari anaknya. Saya merasa terlepas dari kisah 'lain' yang Evelyn sembunyikan, Harry adalah orang paling dekat buatnya, orang yang bisa membuat dia merasakan rasa cinta dengan tulus juga dibanding semua orang. Ada dua hal yang sangat berkesan buat saya tentang cerita mereka: 1. Bagaimana Harry treat Evelyn setelah Connor, anak mereka lahir dan 2. Apa yang Evelyn sampaikan pada Harry di saat-saat terakhirnya di dunia. 

Isu LGBTQ

Buku ini punya isu kental tentang LGBTQ dari awal cerita hingga akhir, kita juga bisa mengikuti perkembangan isu LGBTQ di Amerika tahun 80an hingga saat ini, walaupun hanya sekilas-sekilas saja. Tapi ada beberapa gerakan dan aksi yang disorot, juga aktor-aktor Amerika Serikat yang 'buka-bukaan' terkait orientasi mereka dan bagaimana publik menyikapi hal tersebut. 

Ini sekaligus warning untuk teman-teman, kalau merasa gak bisa baca novel dengan tema LGBTQ+, lebih baik jangan baca ya hehe. Saya pribadi ga masalah jadi yaa lanjut ajaa wkkk.

Plot Twist 

Di awal cerita kita dibikin penasaran kenapa Evelyn Hugo memilih Monique, reporter junior yang kerja untuk majalah besar, untuk nulis ceritanya. Ini nanti akan terjawab di akhir!! Saya cukup suka plot twistnya, walaupun expect ada development cerita yang lebih panjang setelah plot twistnya terbongkar.

Tentu kita akan menduga kalau Monique ini punya kaitan sama kisah hidupnya Evelyn, dan benar hihi, detailnya tentu harus baca bukunya ya biar seru. Tapi saya agak gereget sama sikapnya Monique waktu tahu plot twist /kebenaran yang dipaparkan Evelyn.

Rating Asri

Saya mau kasih rating 4 dari 5! hehe, buku ini bagus banget narasinya buat saya :), saya juga suka tiap halaman berita-berita dari Media muncul + tanggalnya, jadi bisa mengikuti timeline ceritanya Evelyn tanpa bingung ada lompatan-lompatan waktu tertentu. 

Ada banyak hal yang menurut saya juga relevan dengan kita semua sebagai manusia. Bagaimana kita menyikapi rasa tamak yang terus hadir dan tak pernah berhenti, bagaimana kita semua treat what matters to us, bagaimana rasanya ditinggalkan orang tersayang, bagaimana beberapa dari kita mungkin melakukan kesalahan seperti Evelyn, banyaaak sekali yang bisa saya rasakan dari satu novel ini. Dan buat saya novel ini worth the hype  ya hehe. Cuma mungkin akan agak sulit diterima di Indonesia dengan tema LGBTQ yang sekuat itu. Saya yakin gak akan ada penerbit yang mau menerjemahkan :')


Wizard Bakery, gambar milik www.asriswear.com

"Hati-hatilah dengan permohonanmu"

----

Hiyaks, novel pertama yang tamat saya baca di Maret!

Setelah dibuat bingung dengan banyak timbunan TBR, saya masuk ke fase reading slump dan hanya nyaman membaca komik :'), Saya membaca Nodame dan Spy x Family, padahal sudah janjian mau buddy reading Wizard Bakery bareng Kak Ketty. Tapi senang akhirnya memutuskan membaca buku ini di waktu yang tepat. Karena walaupun covernya cantik dan manis sekali, tapi isinya lumayan 'dark' nih, saya gak yakin sanggup membaca disaat sedang down :')

Tentang Buku

Judul: Wizard Bakery
Penulis: Gu Byeong-Mo
Penerjemah: Iingliana
Pertama terbit: 2009
Versi Indonesia pertama terbit: 2021
ISBN: 9786020657394
Jumlah halaman: 208 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Blurb

Buku ini bercerita tentang kehidupan seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun yang 'tidak betah' di rumah karena perlakuan Ibu sambungnya yang kurang mengenakkan dan Ayah kandungnya yang sama sekali tidak mendukungnya. Ia selalu memikirkan untuk keluar dari rumah seegera mungkin ketika sudah bisa mencari uang, hingga timbul satu kejadian yang menjadikannya 'tersangka' kejadian tersebut di rumah. Ia kemudian kabur dari rumah ke sebuah Toko Roti langganannya di dekat Apartment tempat ia tinggal.

Toko Roti ini, ternyata bukan toko roti biasa, tapi merupakan toko roti ajaib. Pemiliknya adalah seorang penyihir, Ah! Toko ini menjual beragam roti termasuk roti-roti ajaib dengan khasiat yang luar biasa aneh. Misalnya ada Biskuit Kayu Manis Iblis yang jika diberikan kepada orang yang tidak kamu sukai, kapasitas mental orang itu akan kacau selama kurang lebih dua jam berikutnya dan akan melakukan kesalahan dalam setiap tindakannya. 

Sejak kabur dari rumahnya, anak laki-laki tersebut mengurus web pemesanan kue dan roti ajaib tersebut. Ia hidup bertiga bersama penyihir pemilik toko dan pelayan toko yang berwujud manusia hanya jika siang datang. Walaupun kehidupan sepertinya kacau, ia amat suka tinggal di tempat ini. Padahal ia amat benci roti. Roti membuatnya muak. 

Tak seindah covernya

Buku ini, teman-teman sangat jauh dari gambaran covernya yang bergambar kue cantik :') membacanya rasanya melelahkan sekali ya ampun. Makanya saya amat menyarankan teman-teman membacanya ketika sedang dalam kondisi baik-baik saja. 

Si Anak laki-laki di buku ini mengalami hal-hal buruk dalam hidupnya sejak ia kecil. Menyaksikan hal tak mengenakkan pada ibunya ketika berusia 5 tahun, memiliki Ayah yang cuek sekali belum lagi perilaku Ayahnya yang unforgivable buat saya! Eh dapat pula Ibu baru yang asumtif dan curiga pada beragam situasi. 

Mungkin hal yang menyenangkan dari buku ini adalah deskripsi kue-kue cantik di toko Wizard Bakery. Tapi karena saya kurang akrab dengan dunia baking, jadinya gak kegambar betul juga sih hehe, buku ini genrenya Magical realism (sepertinya), dimana ada campuran kisah yang rasanya tak mungkin terjadi di dunia, seperti penyihir yang menjual kue dengan beragam khasiat. Mungkin karena saya tak bisa banyak berimajinasi dengan buku ini saya sampai mikir, ini mirip pelet dan santet online gitu kali ya kalau disini, cuma bentuknya kue hehe. 

Tema yang Triggering

Membaca buku ini, tak jauh dengan jeda membaca buku Happiness Battle, membuat saya bertanya-tanya apakah isu Pelecehan Seksual santer sekali ya di Korea Selatan, sampai buku-buku seperti ini banyak dibaca dan cukup laku, tapi sebenarnya gak hanya di Korea Selatan ya, buku Minato Kanae yang saya baca juga beberapa menangkat isu Pelecehan Seksual utamanya pada anak. Walaupun sudut pandangnya amat menarik, ada yang memberikan sudut pandang teman-teman pelaku, sudut pandang anak pelaku, sudut pandang tertuduh yang tidak melakukan apapun, tapi isu ini banyak berulang. 

Saya jujur agak cukup terganggu dengan isu ini karena pernah memiliki pengalaman pribadi yang membuat saya amat tidak nyaman, ini at some level bisa triggering banget penyintas-penyintas pelecehan seksual sih buat saya. Disatu sisi membuat orang aware kalau ada loh hal-hal seperti ini! ini benar-benar terjadi di sekitar kita, tapi kalau terlalu banyak juga membuat saya berpikir, duh apa ini hanya tren saja ya kalau menerjemahkan buku Asia dengan tema ini? Atau bisa jadi sayanya aja yang kebetulan baca buku Asia tapi nemunya tema-tema ini terus :') 

Setiap membaca buku-buku dengan tema ini selalu diingatkan kalau hidup gak selamanya indah lancar mulus, ya gitu kurang lebih. Tapi exhausting sekali bacanya walaupun hanya 200 halaman dan saya habiskan sekali duduk (sekali tiduran deng) sambil nunggu Drama Korea saya tayang jam 09.30 malam. 

Rating Buku

3 dari 5 bintang! hehe, saya cukup menikmati magical realism tapi ini terlalu bikin capek wkkk. 


Perjalanan pertama setelah bebas isoman dan negatif COVID-19: Bandung. Sebagai warga Bandung coret, sayang rasanya gak mengajak Rana keliling taman-taman di Bandung yang banyaaaak sekali pilihannya +taman-teman di Bandung masih banyak yang rindang. 

Kali ini, saya dan suami mengajak Derana ke Taman Maluku. Jujur tadinya mau main ke Taman Balaikota Bandung, tapi sedang tutup karena dijadikan tempat vaksin COVID. Keliling sedikit mau ke Taman Lalu Lintas, tapi juga tutup 😂. Kami sudah pasang maps mau lanjut ke Taman Lansia dekat Gedung Sate, eh lewat satu belokan, ada Taman Maluku yang langsung bikin jatuh hati karena: Rindang sekaliiiiiii. 


Kami baru pertama kali ke Taman Maluku. (Bahkan baru tahu ada Taman Maluku). Mungkin selama ini pernah lewat tapi kurang ngeh. Letaknya tidak jauh dari Taman Lalu Lintas, beda satu blok saja, ada di persimpangan jalan Maluku dan Jalan Aceh. Lokasi tepatnya bisa dicek di Google Maps ya teman-teman! tapi memang ada di pusat kota sekaliii. 

Waktu lihat Taman Maluku, saya langsung teringat Taman Suropati di Jakarta. Tempat favorit saya selama merantau disana. Ternyata Taman Maluku sama nih kaya Taman Suropati, dibangun Belanda di tahun 1900an. 

Sebelum menulis artikel ini saya sempat membaca-baca sekilas artikel terkait Taman Maluku yang banyak diberitakan mistis di artikel-artikel tersebut :')))) sediiiihhh, karena ketika kesana sama sekali gak kerasa kesan mistisnya. Mungkin dulu ya sebelum revitalisasi terasa seperti itu. Tapi ketika kami main kesana kemarin banyak sekali orang yang juga sedang menikmati kerindangan taman ini seperti kami.

Kami bahkan bertemu anak-anak SMA yang bawa kartu sedang main remi seru-seruan di Taman. Belum lagi yang paling menyenangkan dari taman ini selain rindang adalah: banyak sekali kursi. Jadi banyak yang juga sedang makan siang. 


Ada juga Playground untuk anak yang lumayan seru kalau kamu bawa anak yang sudah bisa jalan dan cukup "dalam pengawasan" ya, kalau seperti saya dan suami yang bawa Rana, ya harus ditemani full hehe. Soalnya mainannya agak bahaya euy :') seru ada putar-putaran, prosotan dan ada semacam monkey ladder, tapi bawahnya bukan pasir/tanah, jadi gak kebayang bahayanya kalau anak-anak jatuh. Ada juga ayunan di bagian terpisah, yang ini tidak kami coba karena agak panas gak serindang tempat mainan putar-putaran. 

Oh iya, untuk parkir juga enak. Kami bawa motor yaa tapi hehe bukan bawa mobil. Ada tempat parkir dan tukang parkir di beberapa titik jadi aman untuk ditinggal. Kalau lapar juga bisa beli cuanki atau batagor di sekitar Taman. 


Untuk ukuran Taman Kota di Bandung, Taman Maluku Maluku asyik sekali. Rindang apalagi kalau keluar di hari yang terik, sejuk banget disana Kebersihannya juga lumayan terjaga, tapi dibeberapa titik tetap nemu sampah :'( plus kamu juga mungkin akan menemukan orang dewasa tidak bertanggung jawab yang merokok di taman (padahal di tempat anak loh! bawa anaknya!). Tidak ada satpol PP/petugas taman yang bisa ditemui juga untuk lapor. Seru buat mampir dan sekalian piknik di beberapa titik kursi. Kursi-kursinya juga jauhan kok! jadi aman di masa COVID-19 ini :). 

Karena ini bagian dari petualangan kami mengelilingi Taman-taman di Bandung. Kami akan berikan rating singkat dari Taman ini yaaa:

Taman Maluku Bandung

Lokasi: https://goo.gl/maps/9KckTeYUVxUDAbkU9 
Overall Rating: 7 dari 10 bintang
Kebersihan: 7 dari 10 bintang
Kerindangan (banyaknya pohon): 9 dari 10 bintang
Fasilitas untuk anak playground): 6 dari 10 bintang
Fasilitas umum toilet/mushola): tidak mencoba
Biaya masuk: free
Akses kendaraan: tersedia (motor)/ mobil kurang tahu
Biaya Parkir: 2.000 atau seikhlasnya


Februari belum benar-benar berakhir tapi rasanya ingin cepat-cepat mengucapkan selamat tinggal :') Padahal bulan ini pendek sekali ya, tapi rasanya haduh penuh kedabag kedubug dari mental dan fisik. Alhamdulillah dikasih waktu libur Senin jadi bisa istirahat lagi lumayan panjang, belum lagi libur Kamis awal Maret nanti. Lumayan banget untuk mengembalikan energi. 

Update Covid

Kami sekeluarga alhamdulillah sudah selesai isoman, sudah kembali sehat, tapi memang terasa sekali efek setelah covid ini, badan gak se fit sebelumnya, cepat sekali lelah dan agak sulit konsentrasi. Waktu ngobrol sama Mas Har, ternyata dia juga merasakan hal yang sama. Begitu juga Ibu dan adik-adik saya. 

Tepat di hari selesai isoman, saya harus balik ketemu dokter untuk urusan lain yang gak kalah (bahkan lebih) pelik: GIGI. Hiks, sakit gigi beberapa hari ini rasanya parah banget. Akhirnya pagi ini ke klinik karena dokter-dokter di RS libur bahkan ada yang cuti huhu. 

Sampai klinik dikasih obat dan diarahkan untuk ronsen, tapi Pramita tutup ternyata hari Minggu ini, akhirnya pulang ke rumah dan langsung minum antibiotik dan obat pereda nyeri dari dokter. Alhamdulillah reda, tapi sepertinya urusan gigi ini akan panjang, minggu depan udah dijadwalin kontrol aja sama dokter.

Drakor! I'm back!!!

Jadi jadi, sejak Hospital Playlist 2 tamat, saya belum nonton drama korea sama sekali. Saya termasuk jarang nonton sih kalau dipikir-pikir. Padahal rumah kami tuh langganan Netflix, WeTV, Disney+ (kalau sedang beli paketan Telkomsel) sama vidio.com. Banyaaaak banget, dipakai barengan sama di rumah Ibu karena, di rumah cuma Mas Har yang sering nonton, saya jaraaang banget, kalau buka Netflix, saya lebih sering nonton drama/film yang saya udah tahu jalan ceritanya atau nonton dokumenter. 

Nah, covid dan rehat di rumah bikin saya balik nontonin drakor nih, kalau dibilang banyak sebenarnya enggak juga ya, cuma satu drakor doang dan sudah pernah saya tonton sebelumnya. Judulnya Her Private Life. Saya jatuh cinta sekali sama romcom satu ini, karena 1. Ringan 2. Chemistry dua pemain utamanya dapeeet bangett. Jadinya nonton drama ini dari awal sampai akhir menyenangkan sekali.


Park Min Young dan Kim Jae Wook daeeebak sekali disini haha, walaupun udah tahu jalan ceritanya, tetap saja saya senyum-senyum sendiri nonton beberapa adegannya. Satu hal yang paling saya suka di drama ini adalah penerimaan Kim Jae Wook waktu tahu Par Min Young ini fangirl parah. Since I've been there yaaa, walau gak separah Min Young, tapi suami saya sekarang juga tipe yang gak pernah larang-larang atau komen merendahkan waktu tahu saya ngefans parah sama Harry Styles atau Hyun Bin wkkkk. Tapi yaa kalau dipikir-pikir, fangirling memang ada masanya dan akan berkurang dengan semakin tuanya kita wkkk. Buat saya pribadi asal gak berlebihan yaa gapapa. Cuma levelnya Min Young itu emang parah baanget wkkkk, sampai membahayakan diri dan wajar kalau Ibunya marah gitu hihi.

Belajar Bahasa Jepang

Bulan Februari ini saya juga mulai belajar Bahasa Jepang (lagiii), setelah sempat belajar 3 tahun waktu SMA tapi gak ada yang nempel sama sekali. 


Saat ini saya belum mengambil kelas atau les berbayar sih hehe, masih belajar sendiri lewat DuoLingo untuk mantepin Hiragana dan Katakana dulu. Kalau ditanya alasan utama belajar Bahasa Jepang, random banget haha: saya mau bisa baca dan nulis pakai huruf-huruf Jepang :') +karena saya suka banget beberapa Manga dan buku karya penulis jepang, ingin sekali suatu hari nanti bisa baca karya mereka pakai bahasa aslinya. (Amiiiiiiinnnnn). 

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Jalan Panjang untuk Pulang karya Agustinus Wibowo
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim Ho-yeon
  • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, Bacaan untuk Memahami Pembantaian Massal 1965 dalam Konteks Global

Arsip Blog

  • ▼  2025 (20)
    • ▼  Juni 2025 (2)
      • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, ...
      • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
    • ►  Mei 2025 (5)
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes