Journal Asri

04.48 AM

Hi, I'm trying to build a new habit!

I've always been trying to write at night because I always have assumption that the only free time I have is at night, when my baby is sleeping. Now I know that was wrong. At least for me. My 1.5 year old daughter couldn't sleep really well when I wasn't around her. Every time I went to my desk and start reading or writing or doing things, there would be any interruption from her room, and most of the time, once I come to bed and start nursing her, I forgot what I want to write, I lost my mood for reading or doing things at my desk, or (this is what happened most of the time), I'm going sleepy and went sleeping too. The only thing left for me at night is reading. 

Now I'm starting a build new habit: waking up early. Because Derana is in deep sleep at this hour, she usually start looking for milk at 6AM, but continue her sleep and wake up at 7AM or 8AM. 

So here I am, writing in the dining room after doing dishes and prep some food to cook in the morning. 

Building a new habit is not easy, I know, but among all habit I want to have once I turn 29. it's the habit to wake up early, to start the day early, and to sleep early. I guess I could start with wake up early. I don't want to be ambitious to be always wake up at this hours every morning. 6AM is a good start, at least Warung near my home is already open and I could buy some fresh food to cook, and I also would be on time to work at 9AM. 

05.00 AM

So, yesterday was super exhausting for me. Derana is not really well since last week, we've been going to her doctor twice, I think ---- (interrupted by Rana :')) and I continue to take a bath and pray. 

Now it's 05.40AM

Bid Bad Wolf Bandung 2022

So here's what I think earlier: I think everyone is sick at August and the effect continue to September, at least everyone around me :'( saad actually but August was very packed, so many activities and campaign at work, I even took Rana to Jakarta to work for some days, even if everyone not sick, everyone is tired. I hope September will be more loose and everyone health battery back okay or even better. 

I start September by rearrange my reading list-- that was absolutely in a mess in August, it's actually okay for me since I have no reading target, but I do really want to finished some books that I've been reading for weeks. Most of them are non-fiction. 

I also went to Big Bad Wolf last weekend, bought some books for Rana, got none for me since I've been bought some online. It's fun actually but I also spot the difference between going to BBW before Rana and after Rana. If before Rana I could go for hours looking for only 1-2 books, after Rana I could only spend 1 or 2 hours max inside the hall, bought some books without hesitating for too many times like what I did when I choosing some books for my own. Also, we're hungry and there are not so many food stall at the venue, so we went to nearest KFC (10 minutes from the venue). It was still fun! and I got 100K voucher from challenge on Instagram, so I will probably go back on weekend to redeem the voucher. 



Ah, this week I'm reading some books: Hook, Line & Sinker by Tessa Bailey, The Read Aloud Handbook by Jim Trelease and continue to read Conversation on Love by Natasha Lunn.

05.52AM
I wish you have a wonderful Wednesday,
--Asri!

Malam ini saya harus menamatkan menulis review Buku terakhir yang saya baca :') Karena sudah lama sekali saya tidak menulis review buku di blog, sampai gemes sendiri Juli Agustus ini saking hecticnya ngaruh ke ritme membaca dan menulis. 

Beberapa pembaca ada yang tipenya semakin stress semakin ingin membaca untuk mengalihkan diri dari keadaan. Nah kebetulan saya tipe sebaliknya, kalau stress atau banyak kerjaan malah gak bisa baca karena pikirannya gak tenang. Sebetulnya ada trik supaya bisa tetap baca di kondisi yang stressful: berhenti baca nonfiksi terlebih dahulu. Setidaknya ini berhasil beberapa kali buat saya. Biasanya saya malah mengalihkan diri baca romance atau general fiction yang ringan dan bisa satu atau dua kali duduk habis. 

Kemarin saya melakukan itu. Saya membaca buku yang cukup ramai dibicarakan di sosial media; sepertinya sama hypenya dengan Book Lover, The Love Hypothesis dan The Spanish Love Deception. Setidaknya fotonya nongol dimana-mana hehe, ketiga buku diatas sudah saya baca dan saya suka ketiganya, terutama yang kedua hihi ngefans sama Adam soalnya. 

Nah, buku yang saya baca adalah It Happens One Summer karya Tessa Bailey. 

Blurb

Tokoh utama dalam buku ini adalah Piper, seorang influencer dengan jutaan pengikut di Instagram. Ia sejak kecil tinggal di L.A, circlenya adalah orang-orang ternama di dunia hiburan, Ibunya menikah dengan seorang penulis naskah terkenal di L.A ketika ia kecil, sejak itu ia terbiasa hidup dalam kemakmuran, gak pernah tau rasanya susah sama sekali. 

Satu hari, ia melakukan kesalahan fatal yang membuat ayah tirinya hampir kehilangan kontrak penting dengan partner kerjanya. Sang ayah, Daniel, akhirnya memberikan misi pada Piper agar ia bisa hidup dengan lebih mawas diri dan paham susahnya cari uang, ia dikirim ke desa kota ayah kandungnya, Westport, tempat ia pernah tinggal ketika kecil. 

Disana ia bertemu seorang nelayan lokal, Brendan yang sejak awal nampak tak suka dengan kehadiran tiba-tiba Piper di Westport dan mengambil alih tempat No Name, bar peninggalan ayah Piper yang sebenarnya masih seringkali dikunjungi oleh orang-orang lokal. 

Piper yang awalnya ingin cepat-cepat cabut dari Westport dan kembali ke L.A, malah dekat dengan orang-orang di Wesport, ia berkenalan dengan seorang kakek yang manis, Abe, juga menjalin hubungan dengan neneknya; ibu dari mendiang Ayahnya, Opal. Ia dan Hannah, adiknya juga punya misi untuk membangun kembali No Name, dan puncaknya tentu saja hubungan antara Piper dan Brendan yang awalnya semacam kucing dan anjing malah jadi semakin dekat dan saling tertarik satu sama lain. 

Hubungan Piper dan Brendan

Jujur saja hubungan Piper dan Brendan ini menarik sekali buat saya. Ketika Piper bertemu Brendan, Brendan mengenakan cincin kawin di jarinya, ternyata istri Brendan sudah berpulang 7 tahun lamanya dan Brendan masih setia mengenakan cincin di jarinya sebagai caranya untuk menepati janji sehidup semati. Brendan adalah tipe lelaki yang setia, maskulin, rigid dan konsisten dengan apa yang ia lakukan.

Di sisi lain, Piper mengakui pada Brendan kalau hubungan paling lama yang ia punya adalah 3 minggu. Hidupnya penuh dengan banyak drama, ia tak yakin siapa yang benar-benar temannya di LA. 

Mereka berdua bertemu disaat yang unik, namun yang saya suka dari novel ini adalah perkembangan hubungan mereka berdua yang gak ujug-ujug ada spark di awal, well tentu ada spark dari sisi Brendan ketika melihat Piper, karena Piper di gambarkan cantik, seksi dan amat modis. Namun itu tidak terlalu menonjol. 

Keterbukaan satu sama lain, lalu cara Brendan membangun kepercayaan Piper sebelum mengajak kencan pertama kali, rasanya sweet sekali. Bahkan buat saya, laki-laki yang bisa melakukan handy-work seperti Brendan tuh super cool sih! Disaat sekarang kita hidup di jaman yang serba mudah dan instan (walalupun gak selamanya berlaku; terutama kalau gak ada uang hehe), ada pasangan yang gesturenya act of service tuh yaa bikin melting hehe. 

Masalah yang mereka hadapi juga gak yang cuma sekali lalu selesai, ada rangkaian kejadian yang membuat keduanya sama-sama meragukan hubungan mereka, namun tetap mau berusaha untuk melakukan yang terbaik agar bisa tetap bersama, itu seru sih hehe. Dan mungkin itu juga yang membuat buku ini agak lumayan tebal dibanding buku-buku contemporary romance lain yang pernah saya baca. 

Dan jujur, Brendan ini agak too good to be true ya hehe, too perfect, tapi ya saya sih gak masalah hehe. 

Sisterhood!

Nah, buku ini mengingatkan saya pada Book Lovernya Emily Henry. Bedanya di Book Lover, Nora dan Libby, adiknya, tidak saling terbuka satu sama lain, yang menurut saya amat wajar juga terjadi di antar siblings. Di buku ini sebaliknya, Piper dan Hannah ini kompak sekali dan sister bondingnya kuat sekali, mereka berdua membuat saya ingat hubungan persaudaraan di buku To All The Boys I've love Before (gara-gara ini saya nonton lagi filmnya), yang ceriwis ceria dan sering ngapa-ngapain barengan walaupun karakter dan kepribadiannya amat berbeda. 


Hannah sangat supportive pada Piper, mungkin karena ada faktor merasa memiliki satu sama lain, mengingat mereka berdua sama-sama anak tiri Daniel, dan Piper akan datang ke tempat ayah mereka berdua dulu hidup.

Sosial Media! Again!

Buku ini punya highlight yang seru, efek sosial media yang gak sehat untuk Piper, hidup sebagai seseorang dengan jutaan pengikut, ia jadi amat memperhatikan apa kata followersnya, juga seringkali mengecek jumlah likes. Hannah juara banget ngingetin Piper kalau dia perlu hati-hati sama medsos.

Piper juga cerita tentang insekuritinya sebagai seorang influencer ke Brendan, ia seperti mencari validasi ketika bercerita sekaligus bertanya tentang kehidupannya sebagai seorang yang suka pesta dan foto-foto untuk di post di medsos. 

Part Brendan akhirnya bikin Instagram demi lihat foto-foto Piper juga seru banget, lucu dan bikin melt ketika kejadian dia post foto untuk pertama kalinya.

Review Asri:

Saya personally suka sekali novel ini karena bisa menarik saya dari reading slump saya. Novel ini panjang banget, tebel banget pasti bukunya (saya baca dari ebook), tapi setiap naik turun drama dan penyelesaiannya menurut saya pas dan berlebihan dan gak bikin boring. 

4/5 bintang untuk buku ini! gak sabar mau baca buku seri keduanya untuk lihat kisah cinta Hannah!

Akhir Juli dan Akhir Agustus ini saya dua kali bolak balik ke Jakarta! Hihi kunjungan pertama karena kondangan, tapi seru bisa sekalian main ke tempat seorang teman, balik lagi naik KRL dan balik lagi main ke Taman Suropati. Bahkan kali ini lebih seru karena bisa bareng Rana. 

Kunjungan kedua, urusan pekerjaan. Berangkat dan pulang dihantui ketakutan karena kasus Covid sedang naik lagi, alhamdulillah sebelum berangkat dan sebelum balik ke Cimahi tes Covid keduanya negatif. 

Dua kunjungan ini membuat saya merefleksikan lagi hubungan saya dengan Jakarta! Ibukota Indonesia; yang sering disebut tempat cuan-cuan ngumpul, dan saya sedikit banyak setuju. 

Kunjungan pertama saya setelah pandemi, akhir Juli lalu, saya lebih mirip turis. Datang naik kereta Argo Parahiyangan, turun di Gambir, langsung istirahat di hotel, main ke tempat teman naik KRL di akhir pekan (yang sepii banget). Keesokannya kembali naik KRL sampai Stasiun Cikini dan lanjut jalan kaki ke Taman Suropati. It was really fun! Saya dan suami senang sekali mengajak Rana ke Jakarta dan saya sendiri ingin balik lagi untuk exploring Jakarta, karena ada banyak atraksi menarik (baca: museum, perpustakaan dan galeri! +tempat jajan buku), serta transportasi umum yang menyenangkan sekali. Murah, mudah!





Kunjungan kedua, akhir bulan Agustus, saya datang untuk bekerja. Damn! setelah sebelumnya di love mode, saya kembali ke hate mode. Padahal kali ini kantor benar-benar memfasilitasi saya agar bisa bekerja lebih mudah. Ada mobil yang stand by untuk antar kemana-mana, hotel, makan, tapi tetap saja. Datang ke Jakarta untuk bekerja rasanya benar-benar bikin penat. Saya datang Rabu, pulang Sabtu, hanya 3 hari. Tapi ya pulang-pulang langsung bersyukur benar manager saya selama ini memberikan kebebasan untuk WFO dari Bandung (saya sudah mulai hybrid seminggu 2x), padahal harusnya saya ngantor di Jakarta. 




Terlepas dari semua itu, menarik sekali rasanya kalau melihat lebih jauh relasi saya dan Jakarta. Jakarta punya magnet yang sangat sangat sangat kuat menarik saya kembali kesana. Sejujurnya sebelum punya anak, saya merasa saya lebih cocok tinggal di Jakarta, saya suka pacenya yang cepat, saya suka integrasi transportasi umumnya yang membuat saya tidak bergantung pada kendaraan pribadi, saya suka beragam kegiatan terbuka yang diadakan di Jakarta. Namun setelah punya anak, semuanya berubah.

Saya tidak merasa Jakarta akan menjadi kota yang ramah bagi saya, suami dan anak saya. Bukan berarti Cimahi (atau Bandung) jauh lebih ramah, tidak juga sebetulnya, masih banyak PR dari kota tempat saya tinggal sekarang ini. Tapi setidaknya, saya punya keluarga disini, apapun yang terjadi saya bisa punya back up, di Jakarta, saya dan suami tak punya siapapun. Gak kebayang kalau weekend lelah gak bisa nitip Rana dua atau tiga jam sama embahnya sehingga saya bisa baca buku atau tidur siang. Selama ini saya sering lupa menyadari kalau itu adalah hal yang sangat mahal. 

Tapi ya, saya dan suami tidak akan pernah tahu bagaimana Allah mengatur hidup kami kedepannya, bahkan hingga hari ini, rejeki kami dibukakan Allah dari kantor-kantor yang ada di Jakarta, yang para pemimpinnya memberikan kebebasan untuk berkarya dari mana saja, termasuk dari Cimahi seperti kami saat ini. Semoga kedepannya saya, suami dan kamu yang membaca tulisan saya juga diberikan kemudahan itu untuk seterusnya ya! 


Wow! beberapa hari lalu saya berulang tahun. Usia saya bertambah satu, setahun lagi saya masuk kepala tiga, suatu hal yang rasanya sama surealnya seperti menikah dan punya anak. Usia 20an adalah usia yang unik, ada terlalu banyak hal yang terjadi. Dari kuliah, lulus kuliah, bekerja, bekerja, bekerja, menikah, punya anak dan tetap bekerja. Semuanya terjadi di usia 20tahunan. Now that it might be over, I'm quite sad but also happy! haha, awalnya saya merasa agak sedih karena akan meninggalkan periode 20snya saya, but being 30 might be fun too! dan anyway, itu masih setahun lagi haha jadi ya mari lebih banyak berefleksi tentang usia 30 di tahun depan. 
Tahun ini ulang tahun saya rasanya lumayan spesial karena saya punya wishlist barang yang ingin sekali saya beli dan beneran dibeli di hari ulang tahun. We don't even bought a cake or blow some candles at home because I want only 2 things: flowers and my wishlist. Mas Har being romantic by buying me those two things, well actually for my wishlist he contribute 40% wkkkk, but it totally fine, because I know how costly it was. 

Yah anyway, baru kali ini saya ingin sekali beli barang, dan karena tahun ini saya sudah lumayan bekerja keras nabung, rasanya gapapa deh beli. Untuk beli barang yang saya mau, saya gak sepenuhnya pakai uang tabungan sih haha, saya menjual beberapa items yang tidak lagi terpakai dan dengan tambahan hadiah dari mas har jadi cukup untuk beli hadiahnya hihi. 




Tidak ada tiup lilin tapi tetap dinner bareng Mas Har dan Rana, dan rasanya menyenangkan sekali. 

Keesokan harinya malah baru tiup lilin dan makan kue dibeliin Fitri, kami berdua kerja bareng dari kedai Kopi. Setelah tiga hari sebelumnya lumayan padat merintil dan harus kerja dari rumah sambil ngasuh Rana juga karena embahnya ada perlu ke luar kota, ga bisa nitip pas jam-jam tertentu, pergi kerja keluar bentar gini rasanya menyenangkan sekali! Refreshing. 

Walaupun belakangan kami gak terlalu punya banyak waktu buat saling cerita panjang tentang update-update kehidupan, beneran banyakan kerja dan meetingnya aja tiap ketemu, tapi lumayan banget bisa saling cerita dikit-dikit :'))).





Sebelum menutup pekan kerja, Jumat saya kerja ke kantor. Kali ini saya berangkat sendirian naik KRD dari Cimahi ke Bandung dan sambung angkot. Karena berangkat sendirian, bisa ngisi waktu commuting sambil lanjut baca buku. (Biasanya kalau bareng fitri pasti ngobrol sepanjang jalan :'))). Senang sekali kembali membaca buku Conversations on Love dan mendapatkan beberapa paragraf yang kok rasanya pas sekali dengan apa yang sedang saya rasakan sekarang. 



Masih on going baca buku ini dan ingin menyelesaikan baca di akhir pekan :) tapi bahkan belum tamat bacapun, saya amat sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca semua orang!

Sekarang, sambil menulis ini, saya sedang sendirian di rumah (senang sekali akhirnya bisa weekend santai di rumah~ belakangan susah banget, weekendnya terisi buat agenda di luar atau menerima tamu), duduk di meja kerja, memandang bunga yang dibelikan Mas Har beberapa hari lalu, minum kopi yang juga dibelikan Mas Har, dengerin lagu yang saya suka dan dikelilingi buku-buku yang menunggu dibaca dan diulas. 



Saya bisa bilang ini ulang tahun terbaik saya, karena saya punya semua yang saya butuhkan dan saya bisa semakin dan semakin mudah terhibur dan bahagia dengan hal-hal kecil yang terjadi dalam kehidupan saya sehari-hari. Alhamdulillah. 

Melewati Juli dengan tidak membaca dan menulis terlalu banyak :')).
Agustus sepertinya akan menjadi bulan yang penuh tantangan jua. 

Baru tiga hari, tapi rasanya tak henti-henti mengeluh. Kemarin saya membaca kutipan di media sosial, kalau semua hal yang kita cari, kita lindungi, kita kejar, kita sayangi bermuara pada satu hal: bersyukur.
That post hit me hard. Sepertinya saya sedang kurang kurang kurang sekali bersyukur belakangan. 

sources: https://www.instagram.com/p/CgvuO56P4eR/?hl=en


Sebulan lalu saya memulai membuat prompts jurnal yang isinya menuliskan sebaris gratitude list selama 31 hari di Bulan Juli, ada hari-hari dimana saya sulit sekali menuliskan rasa syukur. Apa yaa yang membuat saya bahagia dan bersyukur di hari tersebut. Padahal ada banyak hal-hal kecil, small win yang saya rasakan. Abainya saya pada hal-hal tersebut membuat hari-hari terasa lebih berat. :').

Kalau ditarik mundur, tentunya ada hal-hal lain yang membuat saya punya perasaan seperti ini. Hanya saja, saya sendiri kesulitan untuk menuliskan hal-hal ini, atau mungkin sungkan ya. Karena bukan hal-hal yang bisa dengan mudah saya bagikan kepada semua orang. 
Bisa jadi ini pertanda sudah saatnya konseling lagi nih! :'))). 

Atau bisa jadi saya juga sudah lama tidak membaca dan menulis santai, terlalu sibuk dengan pekerjaan dan urusan-urusan lainnya. Sepertinya saya harus mulai membuat jadwal membaca lagi, mungkin detox sosial media lagi juga haha. 

Siapapun kamu, dimanapun kamu! Semoga Agustus kamu menyenangkan!!




Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • [Review Asri] Atomic Habits - James Clear
  • Review Asri: Jalan Panjang untuk Pulang karya Agustinus Wibowo
  • Review Asri: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: Pengantin-pengantin Loki Tua karya Yusi Avianto Pareanom
  • Review Asri: As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh
  • [Review Asri] Kemarau - A.A. Navis
  • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
  • Review Asri - Tempat Terbaik di Dunia karya Roanne Van Voorst
  • Review Asri: Minimarket yang Merepotkan karya Kim Ho-yeon
  • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, Bacaan untuk Memahami Pembantaian Massal 1965 dalam Konteks Global

Arsip Blog

  • ▼  2025 (20)
    • ▼  Juni 2025 (2)
      • Review Asri: Metode Jakarta karya Vincent Bevins, ...
      • Review Asri: Salt to The Sea karya Ruta Sepetys
    • ►  Mei 2025 (5)
    • ►  April 2025 (2)
    • ►  Maret 2025 (2)
    • ►  Februari 2025 (3)
    • ►  Januari 2025 (6)
  • ►  2024 (8)
    • ►  November 2024 (1)
    • ►  Agustus 2024 (1)
    • ►  Juni 2024 (1)
    • ►  Mei 2024 (2)
    • ►  April 2024 (3)
  • ►  2023 (17)
    • ►  November 2023 (1)
    • ►  September 2023 (1)
    • ►  Juli 2023 (4)
    • ►  Juni 2023 (4)
    • ►  Maret 2023 (2)
    • ►  Februari 2023 (2)
    • ►  Januari 2023 (3)
  • ►  2022 (52)
    • ►  Oktober 2022 (2)
    • ►  September 2022 (12)
    • ►  Agustus 2022 (2)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (4)
    • ►  Mei 2022 (9)
    • ►  April 2022 (7)
    • ►  Maret 2022 (5)
    • ►  Februari 2022 (6)
    • ►  Januari 2022 (3)
  • ►  2021 (35)
    • ►  Desember 2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  Agustus 2021 (3)
    • ►  Juli 2021 (2)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (3)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (2)
    • ►  Februari 2021 (6)
    • ►  Januari 2021 (6)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (3)
    • ►  Agustus 2020 (4)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (1)
  • ►  2019 (14)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (2)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  Maret 2018 (3)
    • ►  Januari 2018 (2)
  • ►  2017 (20)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (3)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (4)
    • ►  Juli 2017 (4)
    • ►  Mei 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (2)
  • ►  2016 (65)
    • ►  Desember 2016 (2)
    • ►  September 2016 (2)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (17)
    • ►  Juni 2016 (7)
    • ►  Mei 2016 (7)
    • ►  April 2016 (25)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (29)
    • ►  Desember 2015 (3)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  Agustus 2015 (13)
    • ►  Juli 2015 (4)
    • ►  Juni 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (3)
  • ►  2014 (29)
    • ►  Desember 2014 (8)
    • ►  November 2014 (6)
    • ►  Oktober 2014 (2)
    • ►  September 2014 (2)
    • ►  Juni 2014 (3)
    • ►  Mei 2014 (2)
    • ►  Februari 2014 (6)
  • ►  2013 (66)
    • ►  Desember 2013 (1)
    • ►  November 2013 (5)
    • ►  Oktober 2013 (7)
    • ►  September 2013 (7)
    • ►  Agustus 2013 (15)
    • ►  Juli 2013 (4)
    • ►  Juni 2013 (8)
    • ►  Mei 2013 (2)
    • ►  April 2013 (5)
    • ►  Februari 2013 (3)
    • ►  Januari 2013 (9)
  • ►  2012 (6)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  Oktober 2012 (2)
  • ►  2011 (8)
    • ►  Oktober 2011 (4)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  Maret 2011 (3)

Goodreads

Asri's books

Kejutan Kungkang
it was amazing
Kejutan Kungkang
by Andina Subarja
The Fine Print
liked it
The Fine Print
by Lauren Asher
Under One Roof
liked it
Under One Roof
by Ali Hazelwood
Lessons from Surah Yusuf
it was amazing
Lessons from Surah Yusuf
by Abu Ammaar Yasir Qadhi
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran. Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...
No Exit
liked it
No Exit
by Taylor Adams

goodreads.com

Blog Perempuan

Blog Perempuan

Cari Blog Ini

Kamu pengunjung ke

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Journal Asri. Designed by OddThemes